18

1 0 0
                                    

Arra menyalami kedua orang tuanya yang sedang menonton televisi di ruang keluarga. Kemudian ia melangkahkan kakinya menaiki anak tangga menuju ke kamarnya. Arra langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya.

Pikirannya sungguh kacau saat ini. Baru saja tadi pagi ia merasa bahagia. Kemudian, ia dibuat bertanya-tanya atas hukuman yang Arkha dapat. Sekarang, salah satu teman terdekatnya mendadak berbeda sikapnya. Terasa begitu dingin. Padahal, biasanya Dirga yang selalu membuat Arra tertawa.

Dirga kenapa, ya? Gue yakin banget ada sesuatu yang dia sembunyiin dari gue. Ga biasanya dia kaya gini. Tapi, kenapa, ya? Terus, juga, tumben banget dia ga nyapa gue. Masa iya, dia ga masuk ke sekolah. Dia aja parkir di dalem. Gumam Arra.

Tangannya mengambil tas berwarna biru langit yang ia pakai saat pergi ke sekolah hari ini. Arra mengambil ponselnya yang berada di dalam tas tersebut. Menekan tombol power dan memilih salah satu ikon disana. Kemudian, ia mengetikan sesuatu disana.

Arra
Dirga....

Arra tidak terlalu menunggu balasan dari Dirga. Ia tidak ingin memaksakan Dirga untuk cerita kepadanya. Ia merasa, mungkin Dirga membutuhkan waktu untuk merenung. Karena, bisa saja ini merupakan hal yang sangat pribadi bagi Dirga.

Arra merasa tidak enak hati. Karena, ia tidak bisa membantu Dirga disaat seperti ini. Padahal, Dirga selalu melindungi dan membuatnya tertawa. Untuk saat ini, Arra hanya bisa berharap yang terbaik untuk Dirga.

***

Ia merebahkan tubuhnya dengan kasar di atas tempat tidurnya. Tangannya mengeluarkan benda berbentuk persegi panjang dari saku celananya. Melihat notifikasi yang ia terima. Ingin rasanya mengabaikan pesan tersebut. Tetapi, otaknya memerintahkan jemarinya untuk membalas pesan tersebut.

Akhirnya, ia menggerakan pesan yang baru saja ia terima. Tetapi, terhenti kala matanya melihat pesan yang sudah ia baca dari orang yang berbeda. Ia benar-benar ingin marah. Tapi, kepada siapa ia harus mengutarakan amarahnya.

Arra
Lo jangan murung.... 5

Arkha
Sorry ngerepotin

Dengan berat hati, ibu jarinya menyentuh pesan dari Arra. Ia terkejut melihat isi pesannya. Amarahnya seketika menghilang. Justru, ia merasa tidak enak hati karena telah mengabaikan si pengirim pesan tersebut. Arra sangat menyadari bahwa ada sesuatu yang terjadi padanya. Arra benar-benar khawatir terhadapnya.

Arra
Dirga....
Kalau ada sesuatu cerita aja sama gue
Seengganya bisa lebih ringan
Tapi, kalau lo belum mau cerita gapapa
Lo jangan murung lama-lama ya

Dirga
Iya Ra
Gue gapapa kok
Gue ga akan murung lagi
Makasih ya udah peduli sama gue

Arra
Lo kan sahabat gue
Ga mungkin gue biarin lo sedih

Dirga
Iya iya gue ga sedih lagi 😉

Dirga mengubah posisi tubuhnya yang tengah berbaring menjadi terduduk di tepi tempat tidurnya dengan kedua kaki yang menggantung. Tangannya meraih sebuah alat musik petik yang bersandar di sisi tempat tidurnya. Alat musik petik berwarna hitam yang selalu menemaninya mengeluarkan suara merdunya di situasi apapun.

Jemarinya mulai memetikan senar-senar pada gitarnya. Menghasilkan alunan lembut membuat suasana semakin sendu. Suasana yang sesuai dengan yang ia rasakan saat ini. Suasana hati yang bercampur antara amarah, merasa kalah, tapi tidak bisa ia tunjukan. Hanya karena alasan sebuah senyuman yang harus ia jaga.

My Last Point (REFISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang