Tidak semua yang terlihat merupakan fakta yang buruk. Terkadang, yang terlihat buruk justru menyimpan tujuan baik dibaliknya. Jadi, jangan menilai buruk hanya karena tindakan negatif yang terlihat.
Tangannya terus diumpatkan diantara tubuhnya dan punggung Arkha. Merasa tangannya hampir mati rasa kedinginan. Mereka terus melaju membelah rintikan hujan. Gemericik hujan yang membuat tubuh mereka semakin lama semakin kuyup.
Hingga tiba di rumah Arra. Disambut oleh mamanya yang sudah menunggu sejak tadi. Sedari tadi mamanya berharap anaknya membalas pangilannya. Tetapi, tidak satu pun balasan yang ia terima. Karena sinyal pada ponsel Arra menghilang. Orang tua Arra membawa mereka masuk ke dalam rumahnya.
"Ya ampun, sampai basah kuyup begini. Arra, mandi dulu dikamarmu, ya. Arkha, kamu juga mandi dulu, ya! Kamar mandinya, dekat dapur, ya. Nanti, Mama buatkan sup", seru mama Arra khawatir pada anak semata wayangnya dan pada Arkha yang mau mengantar Arra meski sedang hujan.
***
Suara hujan masih mengguyur di luar sana. Mereka sudah berada di meja makan dengan krim sup hangat dihadapan mereka. Arra mengenakan baju tidurnya berwarna biru langit yang panjang. Sedangkan Arkha memakai baju dan celana milik Papa Arra yang sudah terlalu kecil.
"Aduh, di luar masih hujan. Arkha, gimana pulangnya, ya?", seru Papa Arra khawatir.
"Iya, hujannya tambah besar. Arkha, nginep aja disini", ucap Mama Arra membuat yang mendengarnya terkejut.
"Ga!", bentak Papa Arra membuat Arra dan Arkha sedikit takut.
"Aduh, Pa. Kasihan Arkha, kalau pulang malam-malam begini. Di luar juga hujan, Pa", pinta Mama Arra membuat Papa Arra berpikir sejenak.
Bagimanapun juga, Arkha tetap seorang laki-laki. Terlalu berbahaya jika menginap di rumah seorang perempuan. Disisi lain, Arkha sudah mau mengantar anaknya pulang ditengah hujan seperti ini. Hingga rela tubuhnya terguyur hujan.
"Ya, sudah. Tapi, tidurnya di ruang keluarga. Bareng sama Papa!", tegas Papa Arra membuat Arkha merasa terawasi.
"Arkha, hubungi orang tua kamu, dulu. Nanti Mama Arra yang bicara", pinta Mama Arra.
Arkha mengambil ponselnya dari saku celananya. Mencari nomor telepon Bundanya. Menekan ikon berbentuk telepon. Meletakan ponselnya di telinganya. Menunggu hingga panggilannya terangkat oleh Bundanya di seberang sana.
Arkha mengucap salam pada Bundanya. Memberi tahu ia berada di rumah Arra. Kemudian mengatakan bahwa Mama Arra ingin bicara dengan Bundanya. Arkha memberikan ponselnya pada Mama Arra. Membiarkan mereka berbicara mengenai Arkha yang akan menginap di rumah Arra.
***
Tubuhnya sudah terbaring di atas tempat tidur empuk berukuran cukup besar. Matanya sudah tertutupi oleh kelopak matanya. Namun, pikirannya masih belum beristirahat. Pikirannya masih melayang-layang memikirkan dua orang yang tertidur di luar kamar dengan cuaca dingin setelah hujan.
Dirinya merasa sangat tidak tenang. Selain suaminya, ada seseorang telah berbaik hati mengantarkan anaknya di tengah hujan. Mereka tertidur di ruang keluarga. Di atas sofa yang tidak senyaman sebuah tempat tidur. Di tengah cuaca dingin yang keluar-masuk melalui ventilasi rumah.
Ia memilih melakukan sesuatu dari pada terganggu dengan pikirannya dan tidak bisa tidur. Ia membangunkan diri dari tempat tidurnya. Kakinya melangkah keluar pintu kamarnya. Pergi mengarah ke ruang keluarga. Menghampiri seseorang yang lebih tua dari seorang lainnya di sofa yang lainnya pula.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Last Point (REFISI)
Подростковая литератураCerita ini terinspirasi dari beberapa kisah nyata yang berbeda dan dikemas menjadi satu tokoh. Melalui pertemuan konyol, Arra menjadi jengkel terhadap Arkha. Pertemuan berikutnya justru membuat Arra jatuh hati karena sikap Arkha yang tiba-tiba berub...