16

3 0 0
                                    


Arkha
Makasih ya Ra 😊

Arra
Iya, sama-sama
Makasih juga mau ujan-ujanan

Arkha
Udah biasa ujan-ujanan
Btw, lo ga ke sekolah?

Arra
Ke sekolah kok
Kenapa?

Arkha
Yaudah, bareng aja sama gue
Gue masih di depan rumah tetangga lo

Arra
Jadi, lo dari tadi belum jalan?!

Arkha
Belum, gue nunggu lo

Arra
Tapi, lo kan panitia harus dateng duluan.

Arkha
Engga kok, kemaren kan udah disiapin
Gue tunggu ya Ra

Arra
Iya

Arra bergegas bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Tentunya pergi bersama Arkha. Dengan kaus polos berwarna hitam, celana jeans berwarna senada. Ditambah dengan luaran berwarna putih. Ia juga memadukannya dengan sepatu berwarna putih bersih. Ia mengambil tas berwarna biru langit senada dengan pelindung ponselnya yang kemudian ia gantungkan pada pundaknya dengan posisi miring.

Arra pergi keluar pintu kamarnya dengan riasan sederhana pada wajahnya yang membuatnya terlihat sangat manis dengan rambut terurai. Menuruni anak tangga dengan aura disekelilingnya berwarna merah muda yang terus mengikuti kemana langkahnya pergi.

Ia menemui orang tuanya untuk berpamitan dan menyalami mereka. Kemudian ia pergi keluar pintu rumahnya dengan langkah gembira. Menghampiri seseorang yang sudah menunggunya sejak tadi. Bukan di depan rumahnya, mealinkan di depan rumah tetangganya. Karena takut Papa Arra akan keluar dan menyorotinya lagi.

***

Ia memasukan benda berbentuk persegi panjang ke dalam sakunya. Menopang kaki kanannya diatas kaki kirinya. Jarinya terus digerakan mengetuk permukaan sepeda motornya yang menunjukan angka dan jarum pada motornya. Hingga mengeluarkan irama dari ketukan jarinya yang saling bergantian mengetuk.

Ketukan jarinya menunjukan ia sangat gugup saat ini. Entah mengapa ia bisa segugup ini. Apa karena ia baru saja mendapat respon yang baik dari seseorang. Seseorang yang sedang ia tunggu. Seseorang yang kini baru saja keluar dari sebuah pintu rumah, di samping rumah yang ada dihadapannya kini.

Seseorang yang ia tunggu semakin mendekat. Mendekatinya yang terdiam kaku. Membeku melihat seseorang yang sangat manis dimatanya. Matanya terus menatap seseorang itu mengikuti langkah kakinya yang terus mendekat.

"Kha!", seru Arra pada Arkha.

"Eh, iya, Ra. Ayo berangkat. Kita ke rumah Bunda dulu, ya. Gue mau ganti baju dulu", ucap Arkha menghilangkan rasa gugup.

Arra menaiki motor Arkha. Tentunya masih dengan bantuan bahu Arkha. Tubuhnya masih belum bisa menaiki motor Arkha tanpa bantuan bahunya. Entah apakah mereka saling mendengar atau tidak. Suara degupan jantung mereka yang saling bersahutan.

***

Suasana di sekolah sudah sangat ramai. Mereka melewati proses pembayaran tiket yang dijaga oleh anggota OSIS. Tapi, mereka dibiarkan lewat begitu saja. Harusnya, hanya Arkha yang diizinkan masuk tanpa membayar tiket. Nyatanya, Arra tidak dimintai pembayaran tiket masuk.

"Ra, gue kesana, ya", seru Arkha.

"Iya", lanjut Arra sambil melontarkan senyuman pada Arkha.

My Last Point (REFISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang