❝03. Sebuah Harapan❞

29 6 0
                                    

❝Sendu Sejuk❞

Jika tak ingin memberi
jangan pernah memberi harapan

••••••


"Safara, nanti aja ya dibeliin sepatunya, soalnya ukurannya gak tau kayak gimana."

Safara yang bermain ponsel langsung menoleh dengan mata mengerjap membulat, ia hanya mengangguk saja. Jujur rasanya senang jika ia diberi hadiah oleh kakak tiri yang paling tua itu.

Safara melihat sepatu yang dibelikan Ardy kepada adik-adik kandungnya. Sepatunya cukup bagus dan Safara menginginkannya. Tak sabar jika ia akan dibelikan oleh Ardy.

••••

Bagaimana rasanya merindukan? Rasanya Safara lupa jika ia punya sosok ibu kandung. Setiap malam dia terus menangisi mamanya. Terus mengucapkan kata maaf kepada ibu kandungnya yang sekarang hilang tanpa kabar. Terutama, kakaknya dan juga adik kecil Safara.

Dimana mereka, kenapa mereka tak menemuinya. Terbesit rasa rindu yang membara namun tak tahu harus menemui mereka dimana, seolah Safara dilupakan.

Jujur, di rumah Sinta. Safara mulai merasakan gelagat tak nyaman. Imas-ibu kandung Safara pernah mengatakan.

'semewah-mewahnya rumah, sebaik-baiknyanya orang itu. Mereka akan mengasingkan orang asing dirumahnya.'

'Saf, hidup di tempat orang asing tak akan pernah bertahan lama. Mereka bukan keluarga kita, dan apa yang diucapkan mereka sepenuhnya tak masuk di dalam hati.'

Danar mendapat hak asuh anak ialah Safara. Entahlah, padahal ia tak ingin bersama Danar. Mengingat dirinya tak dekat dengan Papanya. Yang paling dekat dengan Danar adalah adiknya, tetapi Imas tak mengizinkan dia ingin membawa Aldi dan Zira. Anak pertama dan bungsu.

Sedangkan Safara, si anak tengah. Dengan terpaksa menurut. Akhirnya ia tinggal bersama Danar dan keluarga barunya.

Safara pernah dimarahi oleh Sinta, rasanya tak seenak dimarahi oleh Imas ibu kandungnya sendiri. Sungguh, ia lebih baik di ceramahi panjang lebar oleh Imas dibanding dimarahi oleh orang baru dihidupnya.

"Mah, berangkat ya." pamit Safara kepada Sinta.

Safara tak sendiri dia berangkat dengan Racha, walau tak searah diangkot, tetapi mereka pergi bersama keluar gangnya.

Percaya tidak, jika Safara masih canggung didekat Racha. Walau sudah sekitar empat bulan ia tinggal bersama mereka, tapi rasa canggung terus menyelimutinya.

Tapi jika mereka pergi jalan-jalan atau ada acara di rumah orang tua Danar mereka selalu mengobrol seolah sudah begitu akrab. Namun jika berada dirumah rasanya seperti orang asing yang tinggal satu atap dan satu ranjang tempat tidur.

"Teh tau gak sih, rumor Lucas itu. Sumpah kesel banget ternyata yang bikin rumor orang Indonesia." kata Racha, mengoceh.

Safara yang memang kebetulan menyukai boyband Korea itu, menanggapi. Ia juga suka menggibah dengan Racha, tapi tak selang lama.

....

Dijam istirahat enaknya berdiam diri di sebuah taman, itulah yang dilakukan Safara sekarang. Telinga yang tersumpal earphone, membaca novel di ponselnya. Sesekali ia tertawa sebab dialog lelucon yang ada.

Abzar kebetulan sedang bermain handphone di balik pohon tanpa tahu jika ada seseorang yang asik berdiam diri di bangku taman. Ia terganggu ketika ada seorang gadis menghampirinya.

Sendu Sejuk | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang