❝16. Pertama Kali Dalam Hidup❞

13 1 0
                                    

❝Sendu Sejuk❞

Sadari dan hargailah apa yang kita punya
karena itu adalah bentuk rasa syukur
dan menghargai diri kita sendiri

•••∆•••


Dengan perasaan yang membuncah senang sedari tadi. Abzar begitu ingin mempercepat waktu agar menjadi jam pulang. Bagaimana tidak senang, Abzar diajak Safara pergi ke danau. Walau begitu, hati Abzar senang. Ini pertama kalinya Safara mengajak dirinya pulang bersama sekaligus pergi ke suatu tempat lebih dulu.

"Pulang tlah tiba~ pulang tlah tiba~" seru Abzar terus bersenandung. Tak perduli banyak pasang mata melihat kearahnya.

Rano yang dari belakang nya menggelengkan kepala melihat kelakuan Abzar. Ia masa bodo dan memilih pergi ke parkiran karena sang pujaan nya sudah ada disana.

"Safara~" Bak bocil SD yang mengajak temannya bermain, Abzar memanggil Safara ketika mereka berpas-an ditangga.

Safara menggaruk tekuknya yang tak gatal sembari matanya bergerilya menatap beberapa orang yang ada dilorong itu. Sedangkan Abzar sudah tersenyum dengan lebarnya.

"Ayo!" ajak Abzar dengan semangat. Safara mengangguk, dia mengikuti Abzar yang lebih dulu menuruni tangga.

Sesampai di parkiran, seperti biasa Abzar akan memberikan satu helm nya pada Safara. Ciutan demi ciutan mereka terima, tetapi Abzar tak perduli. Dia malah tersenyum dengan senang karena diledek seperti itu sedangkan Safara tak enak hati, maka itu ia lebih baik menunduk.

"Abzar kamu gak apa kita diledek kayak tadi?" tanya Safara, saat motor Abzar sudah jalan.

"Kenapa, kamu gak nyaman ya?"

Safara mengangguk, "itu teman-teman kamu ya?"

Orang yang meledeknya tadi diparkiran itu segerombolan laki-laki yang tengah nongkrong disana. Safara yakin jika itu teman-temannya Abzar. Mana banyak orang, Safara jadi malu.

"Iya, teman ekskul futsal aku. Jangan takut ya. Lagian kayaknya hampir seluruh murid disekolah tau kita lagi dekat Saf."

Safara mengerucut bibir. Kalau boleh jujur, Safara pernah ditegur oleh kakak kelas cantik yang sepertinya menaksir Abzar. Walaupun tidak menjurus mengancam atau apapun, dia hanya bertanya dengan lembut. Tapi tetap saja Safara bisa melihat jika kakak kelasnya menyukai Abzar.

Pada akhirnya Safara memilih diam, mereka juga ada dimotor jadi ia merasa tak enak mengobrol dalam posisi lelaki itu berkendara. Jadi ia akan menjawabnya ketika sudah sampai.

Tak sampai beberapa jam, akhirnya mereka sampai ditempat sejuk itu. Mereka bahkan sudah punya tempat untuk mereka mengobrol. Tempat yang kemarin, yang jauh dari kawasan orang-orang di danau itu. Disini lebih sepi dan sejuk jadi sangat nyaman mengobrol seperti Abzar dan Safara.

"Harusnya kita bawa karpet nih. Piknik," ujar Abzar. Lelaki itu langsung merebahkan setengah badannya dibebatuan yang memang mendatar.

Safara mengalihkan pandangannya melihat air mengalir mengikuti arus danau. Tidak mungkin jika pandangannya tertuju pada Abzar yang merebahkan diri sejenak itu. Sadar akan posisinya, Abzar langsung menegapkan badan menjadi duduk. Berdeham pelan, menyuruh Safara untuk duduk disampingnya.

"Duduk, Saf,"

Safara menoleh dan mengangguk, dia duduk disamping Abzar yang tiba-tiba saja dilanda kegugupan.

"Harusnya kita tadi beli makanan buat makan disini," ujar Abzar, membuka suara sekaligus mencairkan suasana hening.

"Emang mau beli apa?"

Sendu Sejuk | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang