❝21. Matahari Milikku❞

8 0 0
                                    

Sendu Sejuk

Semua akan berjalan baik-baik saja
jika perjalanan mu semulus itu

•••∆•••


Safara mendekat pada Danar yang kebetulan sedang sendiri diruang depan. Bapaknya itu sedang menghitung disebuah nota book.

"Pak," panggil Safara dengan pelan.

"Apa?" responnya.

"Aku besok mau main dulu, pulangnya sore'an. Boleh kan?" Ia baru pertama kalinya meminta izin kepada Danar, karena biasanya ia yang selalu bilang pada Sinta lalu Sinta mengatakan nya pada Danar.

Ia tidak tahu ini bisa disebut munafik atau tidak. Tapi Sinta memang mengadu seperti itu pada Danar, walau saat Safara meminta izin dan diberi izin oleh Sinta. Tetapi ia akan kena omel didepan Danar sendiri.

Jangan lupakan dengan diskriminasinya.

"Mau ngapain main? Gak penting, kamu harusnya langsung pulang abis itu belajar." ujar Danar dengan sarkas.

Safara menghela nafas pelan, "aku main sebentar kok,"

"Udah izin mama?"

Safara menggeleng, "nanti pagi."

Danar menghela nafas kasar kemudian menyimpan buku nya diatas meja. "Terserah, yang penting bilang ke Mama."

"Iya, nanti bilang." Safara menatap takut Danar, "Boleh kan tapi?"

Danar berdeham membuat Safara tersenyum sumringah. Ia bangkit untuk kembali ke kamarnya. Katakan lah jika Safara cuek dengan keluarga. Dia hanya berbicara seperlunya saja atau bahkan hal penting yang ingin ia bicarakan.

Jadi, tak banyak momen yang ia tulis didalam hidupnya bersama keluarga.

....

Sepulang sekolah, sepakat Abzar dan Safara pergi ke kebun raya. Mungkin ini kedua kalinya mereka pergi bersama untuk bersenang-senang. Bahkan Abzar entah kenapa merasa gugup dan tangan yang berkeringat.

"Aku beli tiket masuk dulu ya,"

Safara hanya mengangguk, ia menunggu didekat tangga. Melihat-lihat jalanan yang selalu ramai. Ia menenggelamkan tangan nya di lengan jaket yang dikenakan.

"Ayo!" suara itu menyadarkan Safara dari lamunan nya. Perempuan itu hanya mengangguk.

"Pasti bakal indah banget rumputnya," ucap Abzar.

Safara terkekeh, "pemandangan sama bunga nya nggak indah?"

"Indah juga!! Apalagi datangnya sama orang yang disuka." kata Abzar melirik Safara sekilas.

Safara mengangguk, "disini banyak orang pacaran kayaknya."

"Mana?" tanya Abzar, celingak-celinguk mencari sepasang kekasih disekitarnya dan benar saja, dihadapan mereka terlihat sepasang kekasih yang berjalan sambil bergandengan tangan.

"Lucu," cicit Safara pelan, sambil tersenyum gemas.

Abzar tersenyum lucu, ia langsung menggenggam tangan Safara saat itu juga. Membuat Safara melotot dan menatapnya gugup. "Biar lucu nya tersampaikan." katanya, menatap Safara dengan senyuman manisnya.

Safara meluruskan pandangan nya, berdeham pelan untuk menetralkan detak jantung nya.

"Ke air mancur yuk,"

"Dimana?"

"Ada sebelah sana, kita jalan lagi, mau kan?"

Safara mengangguk, Abzar semakin mengeratkan genggaman hangat gadisnya. Melihat tangan kecil yang ada digenggaman nya membuat Abzar semakin ingin memegang tangan itu lebih lama.

Sendu Sejuk | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang