❝12. Cerita Kisah❞

22 2 0
                                    

❝Sendu Sejuk❞

Matahariku gak punya keluarga

•••∆•••


Matanya berbinar menatap suasana damai dihadapannya. Sebuah danau yang sejuk dipandangannya dan suasana yang sepi membuat Safara tersenyum penuh lebar. Abzar tahu saja tempat yang cocok untuk dikunjungi orang seperti Safara.

Sebenarnya gadis itu tidak begitu menyukai hal damai. Untuk apa damai jika semakin mendamba. Safara netral saja, tetapi ia paling tidak suka berada ditengah keramaian jalan. Rasanya tak bebas, seperti banyak pasang mata yang memperhatikan dirinya.

"Kamu baru tau tempat ini?" Safara mengangguk tanpa menatap Abzar disampingnya. Senyuman Safara begitu sejuk dilihat dari samping, bagaimana jika dia adalah langit yang didepannya.

"Saf," panggil Abzar pelan.

"Kenapa?"

"Ada tempat yang lebih adem dari pada ini, dan tempat disana juga gak ada yang tahu."

Alis Safara terangkat nampak tertarik. "Dimana?"

"Yuk," Safara mengerjap mata ketika Abzar langsung mengambil tangannya dan menggenggam erat. Kemudian ia berjalan lebih dulu untuk menunjukkan tempat yang dimaksud Abzar itu.

"Disini ada tempat duduk,"

"Disana juga ada," sanggah Safara.

Abzar jadi menggaruk tekuknya yang tak gatal sembari menyengir lucu. "Ya pokoknya disini adem," "Tertutup juga."

"Hm?"

Abzar menggeleng, "Enggak. Btw iya kan? Adem? Disana gak ada tempat teduh."

Safara tersenyum angguk, "Iya."

Abzar duduk dibebatuan yang dibentuk menjadi tempat duduk. Lumayan besar sampai kakinya itu menggantung di tanah. Safara menghampiri Abzar yang menyuruh nya duduk. Pandangan keduanya terfokus pada pemandangan sejuk danau yang begitu luas.

"Dari sini keliatan lebih deket gunung Salaknya," ujar Safara. Matanya melihat takjub gunung disana yang begitu terlihat jelas.

"Pernah ke gunung Salak?" tanya Abzar.

Safara menggeleng, "Tapi pernah sih waktu kecil, masih kecil bangettt. Mungkin pas aku masih umur empat tahunan." 

Abzar terkekeh. "Itu artinya udah pernah,"

Safara mengangkat bahunya. "Tapi aku lupa lagi gimana penampakan gunung Salak yang sekarang."

"Mau kesana gak?"

Safara menggeleng, "Enggak ah, takut."

"Takut kenapa?"

"Ya gak mau, phobia gunung." Abzar tertawa melihat Safara yang mengekspresikan wajahnya  seperti anak kecil yang takut akan sesuatu yang membuatnya tak mau lagi melakukan itu. Safara mendengus pelan karena ditertawai oleh Abzar.

"Oh ya, btw aku punya sesuatu," kata Abzar. Ia membuka ranselnya dan mengeluarkan sesuatu yaitu sebuah gantungan kunci berliontin matahari dan bunga mataharinya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sendu Sejuk | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang