❝Sendu Sejuk❞
Aku ingin tenggelam dalam sajakmu
menjadi kata, atau tanda baca•••∆•••
Termurung. Kata itu yang menggambarkan Safara sekarang. Tak memiliki semangat hidup. Lagipula Safara memang menginginkan untuk pergi. Namun lagi-lagi ada harapan yang selalu menggagalkan rencananya. Walau saat ini ia belum menemukan harapan itu."Saf, kantin yuk." ajak Nada, ia menggenggam tangan Safara yang dingin sebab AC.
Safara menggeleng, "Kamu aja, aku lagi pengen dikelas."
Nada kembali duduk ditempatnya, sedangkan Diandra dan Flasha sudah pergi ke kantin. Kini tertinggal Nada dan Safara yang ada dikelas.
"Kenapa? Sini cerita, kayaknya aku harus jadi sosok sahabat berguna buat kamu. Kamu ngerasa gak sih Saf? Kalau aku sering perhatiin kamu. Kamu banyak murung. Ya tau sih, kamu ini pendiam, introvert. Kamu bisa bergaul dan banyak omong sama kita tapi... kamu lebih banyak pendiam dan nyimpen semua ini sendirian."
Nada kembali mendekat pada Safara yang hanya terdiam menatapnya. "Kamu boleh jadiin aku teman curhat kamu. Cerita apapun itu Saf. Karena aku rasa kita sama."
"Maksud kamu?"
Nada tersenyum, ia mendekat sekali lagi, hendak berbisik pada Safara. "Orang tua aku cerai."
Kini Safara terdiam, menatap Nada dengan tatapan yang sulit diartikan. Tetapi Nada malah memperlihatkan senyuman lebarnya, yang pasti Safara tahu. Senyuman itu, adalah senyuman rasa sakit yang pernah ia lihat.
"Kamu gak sendiri Nad, orang tua ku juga cerai. Aku sekarang tinggal sama ibu sambung aku."
Nada tak bisa mengekspresikan diri. Mereka memang memiliki kehidupan yang sama namun dengan alur yang berbeda. Nada, dia mempunyai ayah tiri dan tinggal bersamanya sedangkan Safara sebaliknya.
Cerita itu diketahui oleh Flasha dan Diandra yang datang dan langsung bergabung, mereka tak memaksa namun pada akhirnya cerita itu terkumpul dihadapan mereka. Dan empat persahabatan itu saling mengerti dan menguatkan satu sama lain.
....
Safara baru saja keluar dari kamar mandi, dirinya malah bertemu dengan Abzar yang baru keluar kelasnya. Mereka bertemu dan Safara tak bisa melarikan diri ketika Abzar memanggil nya.
"Saf, gak kekantin?" tanyanya.
"Enggak, aku bawa bekal." Abzar pun hanya membulatkan bibirnya.
"Ohiya, kata Rano. Kemarin kamu kekelas aku, ada apa? Apa ada sesuatu penting yang mau disampaikan ke aku?"
Safara menatap Abzar, jujur saja perasaannya ini ingin sekali mengatakan pada Abzar tentang Mama Imas. Namun ia teringat pesan Abzar, jadi ia seharusnya mengatakan itu?
"Kamu tau. Kemarin aku baru ketemu Mama Imas,"
Langkah Abzar refleks terhenti, menatap Safara dengan mata bulatnya. Serta senyuman Safara yang lebar dan berbinar itu membuat Abzar percaya.
"Serius Saf?"
Dengan gerakan kepala antusias nya ia anggukan, "hm, bahkan aku nginep dirumah nenek buat ketemu sa—"
"AAAAAA GUE IKUT SENENG SAF, PASTI KAMU SENENG BANGET KANN?!!!"
Tunggu, apa ini.
Abzar memeluk Safara? Iya, ini tidak salah. Abzar memang memeluknya, kenapa sangat erat. Jantung Safara rasanya ingin melompat sekarang. Dan... Ini disekolahan, sudah pasti mata para murid sudah beratensi pada dua manusia yang saling berpelukan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sendu Sejuk | End
Teen FictionKetika cewek introvert bertemu dengan cowok extrovert Safara Daressajuk adalah gadis pendiam yang jarang berbicara. Bukan karena alasan, itu memang kepribadiannya. Suatu hari Safara diuji oleh kehidupannya, dimana ia harus tinggal bersama Ibu sambun...