❝25. Kukira Kau Rumah❞

17 2 0
                                    

❝Sendu Sejuk❞

Aku bahkan tak percaya
pada keluargaku sendiri

•••∆•••


Rasanya tak percaya, apa yang tidak biasa ia lihat kini merasakannya tepat didepan mata. Sebuah pertengkaran kedua orangtua. Safara baru melihatnya dengan jelas didepan mata. Danar dan Imas jarang bertengkar tetapi malah berpisah. Itu adalah hal yang paling menyakitkan.

"Kamu tuh ditipu lagi, emang gak bisa lihat dulu ya kayak gimana barangnya, HAH?!" bentak Sinta.

Dirumah mungkin hanya ada Sinta dan Danar, mungkin dengan Racha, tetapi dia berada dikamar dan otomatis mendengar pertengkaran orangtuanya. Safara yang berada di depan rumah saja sudah enggan melangkah masuk kedalam rumah.

"Ya, maaf. Aku bakal ganti so—"

"Ini bukan soal ganti Yah! Kamu tuh bisa jangan terlalu bodoh buat dibodohin sama orang dong!"

Danar yang mendengar ia dikatai mulai tersulut emosi. "Kamu bilang aku bodoh?!"

"Memang bener kenyataan! Dari dulu kamu selalu ditipu dan habisin uang aku, kamu gak bisa ganti. Utang kamu udah banyak tau gak! Tapi dengan baiknya aku anggap lunas, kurang baik apa aku!" cercanya.

"Imas saja gak pernah mengataiku dan menghina diriku seperti kamu!" gertak Danar, menunjuk Sinta didepannya.

"Ohh jadi kamu masih inget sama Imas? Banding-bandingin aku sama dia, yaudah kamu balik aja sama dia! Bawa anak kamu!" geramnya marah. Sinta dengan emosionalnya membanting remote tv ke lantai. Kemudian pergi meninggalkan Danar ke kamarnya.

Danar mengusap wajahnya gusar, tak lama ia mendengar suara pintu terbuka yang berasal dari kamar Racha. Keluarlah sosok anak perempuan berambut pendek itu menatapnya datar, ada sorot kebencian yang diberikan kepada Danar. Dia pergi melewatinya dan masuk kedalam kamar Sinta.

Mungkin Racha berniat untuk menenangkan Mamanya. Sedangkan diluar sana, Safara yang merasa keadaan didalam hening. Perlahan dia masuk kedalam rumah, tanpa suara ia berjalan masuk. Sampai dirinya bertemu dengan Danar yang menangis disofa.

Safara menghembuskan nafas. Kenapa hidupnya seperti ini. Belum masalah di sekolah ia alami sekarang di rumah pun dia mulai merasa akan ada masalah yang menimpanya.

Kekhawatiran itu ada di hati kecil Safara. Dia khawatir akan sikap Sinta nanti seperti apa padanya. Apakah rasa kesal Sinta kepada Danar akan menjadi pelampiasan pada Safara. Ia mulai memikirkan hal negatif yang terjadi kedepannya sampai lupa untuk berfikir positif.

....

Hari yang dipenuhi rasa kekhawatiran terkadang selalu membuat overthinking. Tidak ada jalan pikiran yang jernih, selalu hal buruk yang menerdepankan jalan pikiran.

Safara merasa jika Racha memiliki jarak padanya. Tidak seperti biasa, walaupun sikapnya sama seperti hari biasanya, tetapi Safara sadar jika Racha sekarang lebih cuek padanya. Tadi saat makan malam, Sinta tak ikut makan, Danar yang pergi dan keadaan rumah yang dipenuhi tanda tanya oleh Fano.

Seakan lelaki itu merasa ada yang tidak beres dengan kedua orangtuanya. Sampai akhirnya malam itu dihari bersamaan, Fano dan Racha berbincang diruang depan. Tentunya tidak bersama Safara, siapa gadis itu. Sepertinya ia tak berhak bergabung.

Malam semakin larut, namun Safara tak kunjung menutup mata. Ingatannya terjatuh pada Danar, sampai saat ini belum ada tanda kepulangannya membuat Safara semakin khawatir. Selain Papanya yang ia khawatirkan karena tidak pulang ia juga khawatir, bagaimana jika dirinya nanti diusir oleh Sinta. Semakin aneh kadang pemikirannya itu.

Sendu Sejuk | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang