Author pov
"Halo, apa kau berada didorm?"
.....
"Aku akan menemuimu disana, ingin kubawakan sesuatu?"
....
"Baiklah"
Seulgi menutup telfonnya lalu langsung mengendarai mobilnya untuk menuju ke dormnya. Sudah beberapa hari ini dia memutuskan untuk tidur di rumahnya setelah pertengkarannya dengan irene. Seulgi sebenarnya menunggu irene mencarinya namun sia-sia saja. Irene tak pernah merasa kehilangan seulgi.
Saat ini seulgi sudah sampai di dormnya, dia melihat tidak ada mobil lain selain milik irene. Itu berarti sedang tidak ada member lain yang berada didorm. Ini bagus untuknya menyelesaikan masalahnya dengan irene. Seulgi langsung masuk dalam dorm lalu memberi salam.
"Aku pulang"
"Oh hai aku didapur"
Seulgi mendatangi irene di dapur
"Kau sedang apa?"
"Membuatkanmu minuman, kau bilang akan pulang, siang ini diluar terasa panas cuacanya jadi kubuatkan minuman saja"
"Bisakah kau berhenti irene?"
Irene yang sedang sibuk membuat minuman langsung berhenti melakukan aktivitasnya dan langsung duduk dikursi bar dapur mereka.
"Ada apa seul?"
"Bisakah kau berhenti berpura-pura tidak terjadi apapun diantara kita? Aku hampir gila memikirkan bagaimana malunya aku menjadi orang lain dalam bayangan seksmu"
"Kau yang memintaku untuk melupakan kejadian itu bukan?"
"Tapi bukan seperti ini, kau bahkan tak mencariku saat aku tidak ada"
"Bukankah Kau yang bilang ingin waktu sendiri saat terakhir kali percakapan kita? Aku memberinya lalu kenapa kau sekarang berteriak padaku hem?" Ucapan irene sangat lembut tanpa terpancing emosi seulgi.
"Aku tidak berteriak padamu, aku hanya asss.... sialan aku benar-benar malu"
"Kau tahu dari banyak member akulah yang paling dewasa disini seulgi, masalah denganmu bukannya aku tak memikirkannya. Hanya aku menunggu waktu yang tepat agar kita benar-benar jernih saat membahasnya"
"Lalu kapan waktunya hah? Saat aku tak pulang, mungkin kau tak akan mencariku"
"Kau yang akan datang padaku, aku percaya itu"
"Kenapa kau bisa setenang ini hah? Aku menidurimu tanpa kau inginkan harusnya kau marah padaku bukan?"
"Tentu saja aku marah padamu, aku merasa kalian permainkan. Dan juga ini masalah sex. Aku yang seharusnya marah bukan?" Irene masih dengan tenang menjawab seulgi.
"Aku ingin menanyakanmu satu hal. Apa kau menikmati permainanku?"
"Apa? Dari sekian banyak pertanyaan kenapa kau menanyakan itu? Kenapa tidak bertanya perasaanku?"
"Jawab saja irene"
"Ya, aku menikmatinya kau hebat dalam bermain seks"
"Bagaimana dengan sentuhan lisa sebelumnya? Apa terasa lebih hebat?"
"Demi tuhan seulgi aku akan marah jika pikiranmu hanya sebatas selangkangan saja. Kau tak ada bedanya dengan lisa jika begitu"
"Jadi menurutmu aku sama dengan lisa termasuk dalam seks?"
"Hentikan omong kosongmu. Otakmu belum jernih saat ini. Tenangkan dirimu"
"Kau mendesah sangat hebat saat ada dibawahku, bahkan kau yang meminta aku sentuh, tapi sayangnya aku hanya bayangan lisa di matamu, apa kau terlalu bodoh untuk mengetahui beda jariku dan jari lisa ketika masuk padamu? Atau karena terlalu banyak jari yang masuk pada vaginamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
FROM THE PAST_JENLISA_ (COMPELETED)✔️
FanfictionCerita ini mengandung unsur LGBT serta syarat akan muatan konten dewasa. 🔞🔞🔞🔞 Bagaimana bisa semua ini menjadi begitu ambigu bagi Jennie? Semua nampak abu2, semuanya berjalan sebagaimana mestinya pada awalnya namun lama kelamaan ketidakjelasan...