17° Ngobrol Apa?

207 49 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Dan senin ini Putri kembali ke sekolah, ada rasa takut dalam hatinya mengingat kondisinya sedang mengandung. Putri takut ketahuan sebelum waktunya Agis menyuruhnya berhenti sekolah, Putri takut ditindas.

Apalagi sama Resti, gara-gara pop ice saja bisa menjahili Putri sampai beberapa hari. Bagaimana jika Resti tahu dirinya sedang mengandung? Yang terpenting, bagaimana jika Resti tahu jika yang membuatnya mengandung adalah mantannya sendiri?

Teringat lagi percakapan Agis dengan Resti kemarin, Putri menipiskan bibirnya kala mengingat jelas Resti yang memohon-mohon agar Agis kembali padanya setelah apa yang ia perbuat pada cowok itu sendiri.

Entah bagaimana perasaan Agis menerima pernyataan kemarin, Agis benar-benar tak menunjukkan ekspresi kecewa, sedih atau pun marah di depan Putri. Cowok itu hanya fokus dengan janin yang di dalam perutnya saja, karena bagi Agis sekarang hanya dia yang terpenting.

Putri bahkan tidak tahu, apa Putri punya tempat istimewa tersendiri di hati Agis atau tidak. Dan Putri benar-benar tidak peduli sih.

Masuk ke dalam kelas, semua orang menyapa Putri dan menanyakan kabarnya. Mata Putri terbelakak, terkejut mendapat perhatian ini secara tiba-tiba.

Putri hanya tersenyum canggung dan menjawab seadanya, jelas dengan banyak kebohongan tentang mengapa Putri bisa sakit dan sampai masuk ke rumah sakit.

Putri duduk di kursinya, ada satu bungkus roti dan juga susu kotak rasa coklat membuat cewek itu menoleh ke samping.

"Dimakan, jangan dibalikin lagi ke gue." ucap Yusi di mejanya dengan senyum manisnya, Putri diam mendengarnya karena baru sadar yang biasa memberinya roti ketika dirinya dipalak Resti ternyata Yusi. Habisnya di notes nggak pernah ada nama Yusi, jadi Putri nggak tahu.

"Makasih, Yusi." ucap Putri dengan senyum tipisnya, Yusi mengangguk antusias menanggapinya.

Akhirnya, Putri menerima juga roti pemberiannya.

Sungguh awal hari yang indah, semuanya sangat baik-baik saja dari Putri sampai di sekolah lalu masuk pelajaran dan akhirnya istirahat. Putri beranjak, siap pergi ke kantin sendiri, namun tiba-tiba Yusi ikut beranjak dan tersenyum padanya.

"Gue nggak ada niat jahat sama sekali kok, Put, tapi boleh kan gue temenan sama lo?" kata Yusi membuat Putri tersentak.

"K-kita bukannya udah jadi teman sekelas?" tanya balik Putri heran.

Yusi mendecih dengarnya, "Gue nggak pernah merasa jadi temen lo karena lo terlalu tertutup dan susah banget di deketin, setidaknya satu orang aja macam gue boleh temenan sama lo. Oke nggak?" katanya membuat hati Putri sedikit menghangat.

"Ya udah," jawab Putri singkat.

Kedua remaja perempuan itu berjalan keluar kelas, di koridor Yusi bawel sekali mengajak ngobrol Putri dengan obrolan yang seolah keduanya memang baru kenalan. Dari makanan kesukaan, warna, apapun itu semuanya dibahas sama Yusi.

Fight For ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang