01° Pusat Perhatian

721 85 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




"Kali-kali lah, Gis, kapan lagi lo bisa manfaatin kesempatan ini?" ucapan itu masuk ke telinga Putri saat tak sengaja melewati salah satu meja kantin yang dipenuhi sekumpulan cowok yang isinya anak-anak hits dan banyak penggemarnya di sekolah.

Nggak banyak, sekitar 8 orang lebih gitu, nggak tahu Putri nggak kepo.

Kebetulan meja mereka di depan warung pop icenya Bu Resa dan Putri yang memesan terpaksa harus mendengar percakapan mereka karena membeli salah satu minuman berasa itu.

"Bu, yang rasa Vanilla Latte ya satu." ucap Putri memesan dengan senyum tipisnya.

Bu Resa tersenyum, "Oke, Neng, siap." katanya sambil mencari gunting yang tiba-tiba tak terlihat.

"Gua nggak bisa, ntar nyokap marah." kata seseorang di meja yang tadi Putri lewati, reflek Putri menoleh dan dalam sekejap tahu yang ngomong itu siapa, kalau nggak salah namanya Ragista, tapi akrabnya orang-orang panggil dia Agis.

Karena nggak terlalu peduli, Putri berbalik membelakangi lagi walau percakapan mereka masih jelas terdengar.

"Anak Mami emang, kan kata gua juga kesempatan, cuy. Kapan lagi lo bisa ke Blue Sky saat lo nggak satu rumah sama orang tua lo? Elo mau balik seteler apapun nggak bakal ada yang tau." Ini entah siapa, kayaknya salah satu temannya Agis.

"Ck, gua nggak pernah coba-coba begituan, gua belum berani." kata Agis mencoba menolak.

Wajar sih, Blue Sky itu salah satu club yang cukup populer di Jakarta. Sialnya sampingan sama gang rumah Putri, jadi dia cukup sering lihat orang-orang penuh masalah bermaksiat di sana. Bahkan beberapa ada yang sampai Putri hafal mukanya, saking seringnya mereka datang ke club sana.

"Oke, kita bisa paham. Tapi satu kali seumur hidup masa lo nggak penasaran masuk ke dalem?" kata teman Agis yang lain.

Putri mendecih, "Gue nggak penasaran tuh padahal lokasinya deket." gumamnya dengan mata yang mengamati Bu Resa yang sedang memblender pop ice miliknya, "Soalnya gue sering masuk." lanjutnya masih bergumam.

"Penasaran bukan berarti gua harus beneran nyoba masuk, nyet!" sahut Agis yang kayaknya masih dalam pendiriannya.

"Parah, malming lo gabut." ketus temannya Agis mengejek.

"Banyak cewek, Gis. Asli, sekalian cari pacar gitu."

"Bener, anjir! Kan lu baru diputusin Resti!"

Agis mendengus, "Nggak usah diperjelas!"

Pop ice Putri selesai di buat, cewek itu segera mengeluarkan uang selembar dua ribuan dari saku seragamnya dan memberikannya pada Bu Resa.

"Makasih, Bu," ucap Putri masih dengan senyum tipisnya menerima segelas plastik pop ice dari tangan Bu Resa, lalu kakinya melangkah menuju kelas lagi.

Fight For ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang