22° Berantem

214 50 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Nafasnya terburu, langkah Agis keluar dari kelasnya sangat tergesa-gesa. Teriakan dari murid kelas lain jika Resti dan Putri bertengkar membuatnya panik bukan main, ia takut Putri kenapa-kenapa dan tentu dengan Ayangnya yang di dalam perut Putri.

Bersamaan dengan dirinya keluar kelas, murid-murid lain serta teman-teman sekelasnya pun ikut keluar kelas. Agis kembali melangkah untuk menghampiri Putri sambil mendorong kasar siapa saja yang menghalangi langkahnya, cowok itu melihat Putri yang kewalahan melepaskan tangan Resti dari rambutnya tanpa berniat melawan Resti sama sekali.

"RESTI!" bentak Agis membuat Resti tersentak lalu menoleh mendapatkan wajah marah Agis yang mendekat.

Lengahnya Resti dimanfaatkan oleh Putri untuk melepaskan diri, cewek itu meringis sambil memegangi kepalanya yang mulai pening. Belum lagi dalam hati memaki berkali-kali karena tadi Resti menjambaknya sambil memaki Putri, segala sebutan kasar Resti lontarkan semuanya untuk Putri.

"Gila ya lo? Parah banget!" ketus Agis kemudian merapat pada Putri sambil merangkul bahunya dan menarik tangan Putri untuk digantikan oleh tangannya yang langsung mengusap lembut kepala Putri, melihat gerakan itu jelas Resti melotot tak percaya.

Putri sendiri hanya diam saja, pening di kepalanya membuat Putri benar-benar tidak bisa apa-apa selain menunduk dan meringis sakit.

"Jadi, pacar kamu sekarang Putri?" tanya Resti dengan tatapan nanarnya, "Kenapa harus Putri?" lanjutnya dengan nada lirih membuat Agis membuang muka dan lebih memilih memperhatikan Putri daripada menjawab pertanyaan Resti.

"Sakit?" tanya Agis pada Putri yang dibalas anggukan lemah cewek itu, "Sakitnya, sakit banget?" tanyanya lagi dan dibalas dengan anggukan yang sama.

Agis melirik tajam Resti lalu membawa Putri pergi tanpa bicara apa-apa lagi untuk Resti, membuat banyak murid-murid IPS saling berbisik dengan kejadian ini, sementara Azam mengikuti langkah Putri dan Agis dengan niatan kembali ke kelas saja dan melanjutkan sesi sumbangan ini istirahat oleh temannya yang lain.

Melihatnya Resti terdiam, matanya memanas dan hatinya terpukul. Rasa menyesal itu datang lagi, lalu ditambah dengan rasa iri, kemudian menjadi satu dan membuatnya marah.

Dari sekian banyaknya perempuan di sekolah ini atau pun diluar sekolah, kenapa harus Putri?

Sementara itu di posisi Agis dan Putri, keduanya jalan ke UKS. Sialnya Mbak Winda tidak ada di sana membuat Agis agak panik sendiri ketika sudah mendudukkan Putri di salah satu ranjang UKS, jadi yang Agis lakukan sekarang mondar-mandir sambil mikir apa yang harus ia lakukan untuk Putri.

Pusing juga lihatnya, Putri berdecak lalu mengangkat kepalanya menatap tajam Agis yang tidak mau diam.

"Diem nggak?!" tegur Putri membuat Agis seketika menghentikan langkahnya lalu menoleh pada Putri.

Fight For ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang