30° That Day

209 42 0
                                    


[Fight For It]


Dulu, Putri pernah bermimpi akan menikah dengan seorang pilot ganteng yang bekerja di satu maskapai dengannya. Mereka berkenalan karena menjadi partner, lalu berteman, tumbuh rasa nyaman, pacaran, diajak nikah dan akhirnya hidup bahagia dengan keluarga kecil mereka.

Selain itu, Putri juga ingin melihat wajah sang Ayah tersenyum lebar di setiap titik-titik perjalanan kisah cintanya. Bagaimana Ayah mendengar suara ijab kabul laki-laki yang menikahinya, menerima banyak tamu pentingnya, atau ketika melambaikan tangannya saat Putri akan pergi pulang bersama suaminya ke rumah baru mereka.

Semuanya Putri rekam dalam otaknya untuk ia wujudkan suatu hari nanti jika dirinya sukses bekerja menjadi pramugari. Namun sayangnya, Putri harus menghempaskan jauh bayangan tentang mimpinya itu ketika melihat wajah Agis di sampingnya.

Wali Putri bahkan di wakilkan oleh adik dari Ibunya karena Ayah sudah tidak ada, sempat Omnya itu memarahi Putri karena nasibnya yang buruk ini. Namun lagi-lagi harus menelan pahit ketika kini keluarga besarnya dengan pasrah menerima jalan hidup Putri sekarang, mereka juga harus menahan malu karena Putri.

Pernikahan Putri dengan Agis tidak mewah sama sekali, walau jelas dalam bayang-bayang Putri maupun Agis sama-sama ingin pernikahan yang mewah karena ini hanya satu kali seumur hidup. Semua berlangsung di salah satu hotel ternama di Jakarta, dilakukan secara private dan juga sekedar akad tanpa resepsi. Yang datang pun hanya keluarga besar dan ke-empat temannya Agis saja.

"Maaf," ucap lirih itu terdengar lagi di telinga Putri sekaligus menyadarkan cewek itu dari lamunannya, Putri menoleh melihat wajah cemas Agis sedang memandanginya.

"Minta maaf terus," ucap Putri sambil memalingkan wajahnya lagi dari Agis, matanya berkeliling memandangi para tamu yang sedang asik makan dan juga mengobrol.

"Kan harus," kata Agis membuat Putri tersenyum miris, "Lo punya impian sendiri atas pernikahan idaman lo, tapi harus hancur gara-gara gua yang teledor." katanya melanjutkan.

Putri tersenyum lebih lebar tanpa menoleh pada Agis, "Ini udah lebih dari cukup, Ragista." ucapnya lalu menghela nafas pelan.

Mendengarnya Agis tak kembali merespon, dipandanginya saja wajah Putri yang sedang tersenyum itu dari samping, Agis menghela nafasnya.

"Janji," ucap Agis lagi mengundang perhatian Putri untuk menoleh padanya, dengan wajah seriusnya Agis membalas tatapan polos itu. "Gua janji nggak bakalan khianatin lo, gua janji bakalan setia sama lo, gua janji bakalan cuma sayang sama lo. Kalau gua langgar semuanya, tolong lo tegur dan lo marahi gua semau lo, asal jangan pergi ninggalin gua." lanjutnya membuat Putri kembali menarik ujung bibirnya tersenyum untuk Agis.

"Gue juga janji untuk semua itu."

Agis perlahan tersenyum, cowok itu membuang wajahnya lebih dulu lalu meraih satu tangan Putri untuk di genggamnya. Putri juga ikut mengalihkan perhatiannya lagi dan membiarkan Agis menggenggamnya, sesekali juga Putri merasakan tangannya diusap lembut.

"Omong-omong, nanti ketemu Yusi ya?" ucap Agis tiba-tiba membuat Putri mengernyit heran, "Yusi murni mau temenan sama lo, gua pikir nggak ada salahnya lo buka hati buat terima orang baik kayak dia buat jadi temen lo. Gua nggak mau lo terlalu bergantung sama gua, gua mau lo juga punya tempat untuk menjadi diri lo sendiri sama orang yang bakal lo sebut bestie."

Putri diam mendengarnya.

"Putri, nggak apa-apa kalau mau rahasiain tentang kita depan Yusi, tapi coba sedikit lebih terbuka tentang lo buat dia. Kayaknya dia orang yang tepat buat ngertiin lo sebagai sesama perempuan, dia juga bilang katanya punya banyak rencana kalau boleh jadi temen lo." ucap Agis lagi dengan senyum manisnya diam-diam tanpa Putri tahu.

Fight For ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang