41° Janji Setia Putri

189 43 1
                                    

Fight For It
-




Di tengah kesibukannya mengerjakan tugas kuliah, pintu kamar terbuka mengundang perhatian Agis untuk menoleh. Putri keluar sambil menguap, Agis menyempatkan tersenyum melihat itu lalu lanjut menatap laptop di depannya.

"Bibeh, ayo tidur." ucap Putri dengan suara seraknya, cewek itu mendorong bahu Agis agar menyandar ke kaki sofa membuat Agis reflek menggenggam tangan Putri dan membantu cewek itu duduk dalam pangkuannya dengan nyaman.

"Sebentar, save dulu." ucap Agis membiarkan Putri memeluknya dan cowok itu lanjut pada laptopnya, tak lama sih setelah itu Agis mendorong bahu Putri untuk mengendurkan pelukannya agar Agis bisa melihat wajah sayu Putri yang sudah mengantuk itu. "Padahal mah kalau mau tidur, tidur aja, aku juga bakal nyusul kok nanti." katanya sambil tersenyum dan merapikan rambut Putri.

"Mau sama kamu," jawab Putri dengan wajah cemberutnya. Agis tertawa gemas, kedua tangannya kini melingkari pinggang Putri.

"Tumben?" tanya Agis heran, padahal dalam hati Agis tahu kenapa Putri tiba-tiba manja.

"Tadi pagi kamu marah, aku sampe di lewatin aja. Aku nggak suka." jawab Putri secara terang-terangan, Agis tersenyum saja membiarkan Putri mengeluh. "Aku minta maaf kalau yang buat kamu marah itu soal yang kemarin malem, tapi aku juga bingung milih keputusannya. Itu bener-bener kesempatan yang nggak mau aku lepas, tapi kalau kamu marah gitu, aku gimana lepasinnya."

Agis tersenyum miris, Putri tetap pada pendiriannya membuat Agis harus menahan perih dalam hati jika harus mengingat cewek itu pergi. Kalau dulu Agis bisa meyakinkan Putri dengan mempertahankan Mutiara, untuk yang ini apa Agis bisa meyakinkan Putri untuk tidak pergi?

"Kamu pernah kepikiran nggak kalau suatu saat Mutiara nyari Mamanya kemana?" tanya Agis dengan senyum tipisnya, Putri yang setengah sadar itu ia manfaatkan untuk bertanya hal yang mungkin saja Putri akan menjawabnya jujur dan lupa di keesokan harinya.

"Pernah, dan aku akan pulang untuk bilang kalau Mama lagi kerja dulu untuk Ayang." jawab Putri yang perlahan memejamkan matanya, mendengar itu Agis mempertahankan senyumnya.

"Kalau kamu nggak ada kabar dan susah dihubungin, aku harus jawab apa kalau Mutiara nanya lagi?" tanya Agis lagi.

"Aku kerja, Bibeh. Kalau nggak lagi terbang, berarti abis pulsa." jawab asal Putri lalu terkekeh begitu saja, Agis ikut terkekeh melihatnya.

"Kan bisa di WA atau instagram?"

"Berarti kuotanya yang belum diisi, atau Wi-Finya mati."

Agis tertawa kecil, satu tangannya ia gunakan untuk mengusap wajah Putri yang beberapa waktu ke depan akan ia rindukan.

"Nanti kalau kamu tiba-tiba ketemu cowok ganteng gimana? Aku mau ditinggal?" tanya Agis lagi masih belum puas menginterogasi.

"Kalau aku ninggalin kamu buat cowok ganteng, harusnya kemarin aku ajak balikan si Jeje aja. Atau aku pepet si Novan lah. Kayaknya Mutiara lebih cantik sih dari yang sekarang."

Kali ini pecah tawa Agis, membuat Putri tersentak lalu membuka matanya dan ikut tertawa lemah melihat Agis tertawa di depannya. Ah, Putri juga akan rindu dengan tawa itu.

"Parah ih, anaknya sendiri dibilang nggak cantik." celetuk Agis di sela tawanya, Putri lalu memukul bahu Agis tanpa tenaga.

"Aku nggak bilang dia nggak cantik, cuma bakal tambah cantik aja kalau sama mereka. Kan Mutiara cantiknya dapet dari aku doang, kamu mah nggak ada." protes Putri tak terima anaknya dibilang nggak cantik sama bapaknya sendiri.

"Terus aku jelek gitu?" tanya Agis lagi setelah tawanya selesai.

Ini lama-lama Putri kesadarannya balik lagi, Agis bertanya terus yang membuatnya perlahan tertarik dan tak mengantuk lagi.

Fight For ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang