04 - Positive

22.9K 1K 25
                                    

Sejak bangun dari tidurnya tadi, Viora merasa sangat lemas. Dia juga merasa ingin muntah, namun tak ada sesuatu yang keluar ketika dia mencoba untuk memuntahkannya.

Beruntung, hari ini hari Minggu yang tak mengharuskannya pergi ke sekolah. Kesempatan itu bisa dia gunakan untuk beristirahat. Namun, sebelum itu, Viora menyempatkan diri untuk ke super market membeli beberapa camilan dan obat maag, dia berpikir bahwa asam lambungnya kambuh.

"Coklat, susu, keju, mau pisang juga, deh!" katanya bermonolog. Matanya melihat barang belanjaannya di dalam keranjang, lalu tangannya meraih pisang segar yang sangat menggoda imannya.

"Pembalut," gumamnya lagi ketika melewati rak yang berisi pembalut. Namun, gerakannya mengambil benda itu terhenti ketika menyadari sesuatu.

"Rasanya udah lama banget nggak dateng bulan."

Tangannya lalu mengambil ponsel di saku jaketnya, melihat kalender menstruasi di sana, hanya untuk melihat dia sudah terlambat menstruasi selama lebih kurang dua bulan.

Mendadak, jantungnya berdegup kencang. Dia ingat, sejak dia melakukan hubungan badan dengan Dipta, dia belum mendapatkan tamu bulanannya. Viora sangat takut sekarang.

"Nggak mungkin hamil, nggak mungkin." Di dalam hati, dia terus menenangkan dirinya sendiri. Namun, dia juga butuh sesuatu untuk membuktikan dugaannya.

Tak melanjutkan aktivitasnya berbelanja, Viora langsung saja mencari alat tes kehamilan di sana. Setelah mendapatkannya, Viora langsung membayar dan bergegas pergi.

Sampai di kamarnya, Viora langsung memasuki kamar mandi. Membaca petunjuk penggunaan di bagian kemasan, Viora hanya membutuhkan waktu sekitar sepuluh menit untuk mendapatkan hasil.

"Ya Tuhan ... semoga negatif," doa Viora bersiap melihat test pack-nya.

Dan matanya langsung berkaca ketika melihat dua garis yang terlihat jelas di sana. Positif, satu kata yang menghancurkan hidup Viora sekali lagi. Perempuan itu langsung luruh ke lantai begitu tahu dirinya tengah hamil.

"Nggak boleh ada anak ini," gumamnya menahan tangis.

Perempuan itu bangkit, lalu mencari ponselnya untuk menemukan sesuatu yang akan membantunya menyelesaikan masalah ini.

"Kamu nggak boleh ada, Sayang. Belum waktunya." Viora berkata dengan bibir bergetar, tangannya mengusap perutnya dengan gemetar. Sungguh, dia sangat takut sekarang.

"Nanas, pare, telur mentah, pepaya muda."

Viora terlihat menggulir layar ponselnya, mengabsen satu persatu makanan yang dapat menggugurkan janin di perutnya. Dia belum siap menjadi seorang ibu, dan jalan satu-satunya adalah dengan menyingkirkan janin tak bersalah itu.

"Maafin Viora, Ma," lirihnya pilu, penuh rasa sesal dengan apa yang telah terjadi. Padahal, sejak dulu Mamanya kerap kali menasihatinya untuk menjaga pergaulan agar hal seperti ini tak sampai terjadi. Dan kini, dia mengalami hal itu. Rasa bersalah muncul dalam hatinya. Dia tak bisa menjalankan amanat yang Mamanya berikan padanya.

"Vi!"

Di tengah kekalutannya, Viora mendengar suara Razka dari luar kamar. Tentu saja dia langsung panik. Perempuan itu mengambil acak buku tulisnya dan menyelipkan test pack-nya di sana. Mengusap air matanya, Viora lalu membuka pintu untuk menemui Razka.

"Habis ngapain? Lama banget," komentar Razka begitu Viora membuka pintu.

"Di kamar mandi. Mau ngapain? Ngajak makan, ya?" Viora berlagak ceria, di hadapan Razka dia harus bersikap biasa. Dia tak ingin hal ini diketahui oleh siapapun, termasuk Dipta. Dia tak ingin menambah beban untuk Dipta juga.

Viora bertekad akan menyingkirkan janin itu, demi masa depan dan nama baiknya.

***

Sebagai anak pemilik yayasan, Dipta disediakan ruang pribadi di sekolah. Dia tak bersama guru lainnya di ruang guru. Ketika tak mengajar, di sana lah dia berada, untuk menyelesaikan pekerjaannya atau hanya sekadar istirahat.

Saat ini, pria itu tengah duduk di kursinya. Laptop di depannya menyala, tumpukan buku di hadapannya juga terlihat menggunung. Dia tengah mengoreksi tugas murid-muridnya.

"Kamu sebenarnya cerdas, Viora," gumam Dipta ketika melihat hasil pekerjaan Viora. Pria itu sedikit tersenyum, dengan tangan yang membalik lembar demi lembar buku Viora.

Sampai sesuatu yang terjatuh dari celah di antara kertas-kertas itu membuat gerakannya terhenti.

Dipta memungut benda kecil panjang itu, memperhatikannya sebentar lalu menyadari jika benda itu bukan sembarang benda.

"Positif?" beo Dipta sangat terkejut. Dia langsung mengeluarkan ponsel dan mencari informasi tentang benda itu.

Setelah mendapatkannya, Dipta mendesah kasar.

"Seharusnya gue antisipasi hal ini, dia nggak berpengalaman sama sekali," katanya menyesal. Dia merasa bodoh sekarang.

"Dia benar-benar hamil," simpul Dipta sekali lagi menatap test pack itu.

Tangannya kembali menari di atas layar ponsel, mencari nomor sekretaris kelas Viora, menyuruh perempuan itu untuk menemuinya.

Tak perlu waktu lama, akhirnya Viora datang.

Perempuan yang memakai seragam sekolah itu mencoba bersikap biasa ketika duduk di hadapan Dipta. Dia sangat gugup saat ini, walaupun ada meja dan beberapa tumpuk buku yang menghalangi mereka.

"Kamu hamil," cetus Dipta yang membuat Viora menatapnya terkejut.

"Saya nggak hamil, Pak," dalihnya menggeleng. Dia tak ingin Dipta tahu dan ikut campur, dia bisa mengatasi masalah ini sendiri.

"Saya nggak tanya, Viora. Saya ngasih tahu kamu. Kamu hamil, dan kamu nggak mau ngaku," balas Dipta lalu meletakkan test pack yang dia temukan di hadapan Viora.

"Pak Dipta dapet dari mana?"

"Dia anak saya, kan?"

"Apakah menurut Pak Dipta saya tidur sama pria selain Bapak?" tanya Viora sedikit membentak. Tatapan tajam dia layangkan kepada Dipta, merasa tak terima dengan ucapan Dipta baru saja.

"Maaf, bukan gitu maksud saya, Viora."

"Saya nggak minta Bapak buat tanggung jawab. Saya pengin gugurin janin ini," kata Viora memberi tahu keputusannya.

"Saya tahu ini kejam, tapi saya juga mau bilang itu ke kamu. Beruntungnya, kita punya pikiran yang sama."

Viora memberikan anggukannya. "Terima kasih, Pak."

"Saya bakal cari dokter aborsi buat kamu."

***

bismillah, semoga dipta dapet azab

My Little Wife Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang