08 - Mistake

16K 633 16
                                    

"Kamar saya di sini, Vio. Kamu bisa nempatin kamar yang ini."

Viora memperhatikan dengan saksama penjelasan Dipta tentang rumah pria itu. Seperti apa yang telah Dipta katakan, dia mengajak Viora untuk tinggal bersama. Pria itu menunjuk dua ruangan yang saling berhadapan, yang merupakan kamarnya sendiri dan kamar yang akan Viora tempati.

Mendengarkan penjelasan Dipta, Viora mengangguk paham.

"Kamu kalau butuh apa-apa bisa bilang ke saya, ya! Saya mau ke kamar dulu," kata Dipta lagi.

"Baik, Pak Dipta," angguk Viora mengerti.


Dipta mengulum sebuah senyum sebelum akhirnya masuk ke dalam kamarnya sendiri, meninggalkan Viora yang masih di luar. Sesampainya di dalam kamar, Dipta terduduk di tepi ranjang. Tangannya mengacak rambutnya frustrasi, tak menyangka bahwa masalah semacam ini akan menghampirinya.

Di hadapan Viora, Dipta memang berlagak tenang dan seakan semuanya akan baik-baik saja. Namun, jauh di dalam lubuk hatinya, Dipta sangat takut. Dia belum siap untuk memikul tanggung jawab sebagai seorang suami sekaligus ayah. Akan tetapi, Dipta tak memiliki pilihan lain. Dia tak bisa begitu saja lari dari kesalahan yang telah dia perbuat. Bagaimana pun juga, semua ini murni kesalahannya.

Menghembuskan napas dengan kasar, Dipta bangkit dari duduknya dan menyambar jaket yang dia letakkan begitu saja di atas kasur. Dipta butuh hiburan untuk malam ini.

Keluar dari kamar, Dipta mengetuk pintu kamar yang sekarang Viora tempati. Beberapa kali mengetuk dan memanggil nama perempuan itu, Dipta tak mendapat jawaban. Akhirnya, pria itu membuka pintu dan mendapati Viora yang sudah terlelap di atas kasur.

Sejenak, Dipta termangu. Melihat Viora tertidur seperti itu membuatnya merasa semakin bersalah. Viora adalah perempuan baik, namun dia malah menghancurkan masa depannya.

"Ah, brengsek," makinya pada diri sendiri.
Tak mau melihat Viora yang malah membuat rasa bersalahnya kian menjadi, akhirnya Dipta memutuskan pergi dari sana.

***

Dentuman musik yang memekakkan telinga tak membuat orang-orang di dalam sebuah kelab malam itu terganggu. Malah mereka asik berjoget di area dance floor, meliak-liukan tubuh mereka tanpa hentinya.

Dipta, pria dengan penampilan acak-acakan itu terlihat sedang menyesap rokok di sela jarinya dalam-dalam. Pandangannya kosong ke depan, tak ada objek menarik untuk dilihatnya sekarang.
Pikirannya sangat kacau. Dia bingung, dilema, merasa bersalah, takut, dan banyak hal lain yang dia pikirkan.

Di tengah kekalutannya, datanglah seorang Baron Angelo Maurrer, sahabatnya yang menjadi dalang utama di balik masalah yang menimpanya.

"Sialan lo!"

Begitu Baron duduk di depannya, Dipta langsung memaki Baron, yang membuat pria itu bingung.

"Lo kenapa, Dip?" tanya Baron menatap Dipta yang menenggak segelas minuman beralkohol dengan sesekali menghisap rokoknya.

"Gara-gara lo, sialan!" maki Dipta lagi, yang pastinya menimbulkan pertanyaan di benak Baron.

"Ada apa, sih?"

"Viora, murid gue yang gue tidurin, dia hamil," ungkap Dipta yang langsung membuat Baron menganga tak percaya.

"Lo serius? Mana mungkin, Dip? PSK kayak dia nggak mungkin dibiarin hamil sama Om Banun, kan? Apalagi dia cantik, dia aset terbaik," sangkal Baron tak percaya begitu saja dengan ucapan Dipta.

"Ceritanya panjang, Bar. Lo nggak bakal ngerti," ujar Dipta lagi. Matanya sudah memerah, dia sudah mabuk parah akibat alkohol yang dia konsumsi.

"Gimana, sih? Jelasin dulu, Dipta!" titah Baron tak habis pikir.

My Little Wife Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang