Extra Part

13.9K 307 12
                                    

Matahari belum benar-benar muncul ke permukaan, di luar masih agak gelap dengan sedikit cahaya matahari yang mulai mengintip di ufuk timur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Matahari belum benar-benar muncul ke permukaan, di luar masih agak gelap dengan sedikit cahaya matahari yang mulai mengintip di ufuk timur. Namun, Viora sudah diribetkan dengan segala urusan dapur dan anak-anaknya. Sejak subuh tadi, Viora sudah marah-marah kepada Dipta yang sangat susah untuk dibangunkan.

Hari ini hari Senin, Dipta ada jadwal meeting pagi dengan kliennya. Ditambah lagi, hari ini adalah hari pertama Kavin masuk sekolah. Dia belum menyiapkan seragam Dipta maupun Kavin karena dirinya yang kelelahan lantaran kemarin mereka baru saja berlibur. Ditambah lagi, Aleta, anak kedua Dipta dan Viora rewel di pagi buta seperti ini. Hal itu semakin membuat kepala Viora berdenyut kencang.

"Mas, bangun, dong! Bantuin aku!" Viora kembali mengguncangkan tubuh topless Dipta dengan dia yang kesusahan menenangkan Aleta di gendongannya.

Dipta mengerjapkan matanya cepat, pria itu bangun dan langsung mengambil alih Aleta dari gendongan istrinya. Dia memaksakan membuka matanya yang terasa berat karena Viora yang tak berhenti mengomel sejak tadi.

"Cup ... anak Papa nggak boleh nangis, dong! Nanti dimarahin Mama, loh," ucap Dipta seraya berdiri menggendong Aleta.

Sontak saja, ucapan Dipta membuat langkah Viora yang hendak ke dapur terhenti.

"Jadi maksud kamu aku tukang marah-marah? Iya? Jahat banget jadi orang, suka fitnah!" semprot Viora yang malah mengundang tawa kecil Dipta.

Mereka hampir delapan tahun berumah tangga, namun sikap Viora tak pernah berubah. Selalu saja menggemaskan di mata Dipta.

"Enggak gitu, Sayang. Udah, buruan masaknya, biar aku bangunin Kavin," balas Dipta yang membuat Viora meninggalkannya dengan tatapan sinis.

"Mama kamu, Dek, sukanya marah-marah. Tapi tetep lucu, ya?" Dipta berbicara pada putrinya.

Tentu saja Aleta tak paham maksud Dipta. Bocah kecil itu baru menginjak usia satu tahun. Aleta hanya tertawa-tawa dalam gendongan Dipta dengan mainan di tangannya. Tak rewel seperti tadi saat bersama Viora, mungkin Aleta merasakan kedamaian jika bersama dengan papanya, Dipta.

Dipta pun melangkahkan kakinya ke kamar Kakak Aleta, Kavin. Bocah pria itu kini sudah menginjak usia enam tahun. Sudah bisa ditebak bahwa dia memiliki wajah tampan nan rupawan keturunan Dipta. Badannya putih bersih seperti Mamanya. Namun, sikap bocah itu dominan turunan dari Viora. Mulai dari manjanya, tidak suka diatur, sering marah, mirip sekali dengan Viora.

"Kak, bangun, udah pagi!" Dipta duduk di tepi ranjang Kavin.

Tak butuh waktu lama, Kavin membuka matanya. Bocah laki-laki itu tersenyum kala melihat Dipta yang tengah menggendong adiknya.

My Little Wife Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang