#Part 16, Insiden Puncak.

766 70 20
                                    

Bismillah... balik lagi sama cerita yang super absurd guys.
Warn: banyak typo.

Happy Readings.


Story On.

Villa, Puncak.

Seorang gadis nampak masih tertidur lelap di sebuah kamar. Hingga sebuah tangan yang sedang membelai wajahnya, mampu mengusik tidurnya.

"Aw.. kepalaku" gumam gadis itu sembari memegangi kepalanya yang terasa berdenyut kemudian duduk

"Selamat pagi, sayang!" Ucap seseorang yang sedang duduk di sampingnya.

"Rre-rey?" Ucap gadis itu terbata.

"Ia ini aku San?" Senyum Rey, sembari membelai wajah Sandy.

"Lepas! Dimana gue?" Tanya Sandy, sinis sembari menepis tangan Rey.

"Kita ada di Villa, sayang." Ucap Rey, hendak kembali membelai wajah Sandy.

"Jauhkan tangan lo dari gue, gue benci sama lo" ucap Sandy.

Rey, hanya terkekeh mendengar perkataan Sandy, yang mengatakan dia membencinya.

"Kamu bilang, kamu benci aku? Bukankah semalam kamu bilang, kamu mencintaiku, Sandrinna?" Skakmat Rey.

"Semalam?" Bingung Sandy.

"Ya semalam sayang. Saat kita berdua bercinta dengan panas dan argh, aku tidak bisa membayangkan desahanmu yang sangat memabukkan bagiku San. Kamu membuatku tak berhenti untuk tidak menyentuhmu" ucap Rey.

"Enggak! Nggak! Mungkin, lo pasti bohongkan Rey? Sopir? Gue harus pergi" ucap Sandy, berusaha untuk tak mempercayai perkataan Rey dan hendak beranjak dari tempat tidur.

"Apa untungnya aku membohongimu Sandy, tidak ada. Dan masalah sopir, apa kamu tidak mengenalinya, hm?" Tanya Rey, sembari tersenyum devil.

"Jadi, elo?" Kaget Sandy, sembari menatap tajam Rey.

"Yupz! Tepat sekali baby girls. Sopir itu adalah aku, dan aku sengaja bawa kamu ke Villa ini" jawab Rey, dengan santainya, lalu mendekatkan wajahnya kembali.

"Nggak! Nggak mungkin, ini pasti nggak mungkin" elak Sandy, saat melihat pakaiannya berserakan di lantai dan sedikit mendorong Rey.

"Apanya yang nggak mungkin sayang? Kita benar-benar melakukan itu, dan ya terima kasih, karena menjadikan aku orang yang pertama dan yakinlah, di dalam perutmu akan ada kehidupan dariku" ucap Rey, semakin mendekatkan wajahnya hendak mencium Sandrinna.

"Lo jahat Rey. Lo jahat! Hiks.. kenapa lo lakuin ini ke gue" isak Sandy, sejadi-jadinya sembari memukuli Rey.

Rey, langsung menarik Sandy, dan membawanya kedalam pelukkannya. Jauh dalam lubuk hatinya, ia sangat terluka, melihat Sandy, menangis karenanya.

*Maafin gue San, gue terpaksa lakukan ini. Karena cuma ini satu-satunya cara agar lo nggak pergi dari gue* batin Rey.

Sandrinna, hanya diam dalam tangisnya, tak ada lagi pemberontakkan yang dilakukannya pada Rey, ia hanya pasrah saat Rey, memeluknya erat.

Dendam Dan Cinta [Season 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang