2

4K 508 13
                                    

"Sudah ketemu mas-mu?"

"Belum Ma." Cyra baru turun dari kamarnya. "Aku ada janji dengan teman, nanti saja disamperin."

Sudah dua hari semenjak Abhie pulang tapi keduanya belum bertemu, Mikhayla ingin Cyra menyapa kakaknya dulu sebelum pergi.

"Sapa saja Cyra, enggak sampai satu jam kan?"

Cyra ingin menolak tapi tidak enak, karena temannya sudah menunggu di luar, gadis itu mengirimkan sebuah pesan.

"Oke aku ke kamarnya."

Cyra berbalik arah menuju ke kamar sang kakak. Ia hanya akan menyapanya jadi benar seperti kata mama tidak akan memakan waktu lama.

Berdiri di depan sebuah kamar, Cyra menunggu penghuninya membukakan pintu.

Meski sudah banyak yang berubah setelah dua belas tahun tidak bertemu bukan berarti keduanya tidak saling mengenal mengingat mereka dibesarkan oleh orangtua yang sama, banyak kenangan yang masih terpatri di benak dua orang itu.

"Masuk."

Cyra menurut dan masuk ke kamar kakaknya.

"Apa kabar?" Cyra yang bertanya setelah memilih duduk disebuah bangku.

"Baik." Abhie tidak bertanya kabar gadis itu karena seperti yang dilihatnya Cyra semakin matang diusianya.

Suara itu juga sudah berubah, bukan hanya Cyra, Abhie juga merasakannya.

"Aku mampir untuk menyapa."

Abhie mengangguk. "Terimakasih."

Itu terlalu formal untuk mereka yang berstatus sebagai adik-kakak.

"Aku belum memutuskan untuk bergabung di perusahaan, karena aku tertarik pada dunia politik."

Abhie tidak memberikan tanggapannya.

Kamar yang begitu tenang disukai oleh adik-adik, sedang Cyra akan masuk jika memiliki kepentingan.

"Kalau begitu aku pergi dulu."

Abhie mengangguk sekali dan mengantar gadis itu sampai di pintu. Semakin dewasa makin sedikit topik yang dibahas.

Ini tidak akan canggung jika Cyra benar-benar menganggapnya kakak, tapi seperti kata gadis itu dua belas tahun silam.

"Dengan adik-adik aku tidak terlalu dekat, apalagi denganmu."

Ada maksud tersirat dalam kalimat Cyra dan Abhie mengerti walaupun saat itu mereka masih remaja.

Cyra tidak memusuhinya, tapi menjaga jarak juga batasan dan Abhie menghargai cara gadis itu.
Selama hubungan mereka baik-baik saja dalam keluarga, tidak ada yang berubah.

Jasa orangtua yang telah membesarkannya yang dianggap penting oleh Abhie, hubungan dingin dengan Cyra sebagai saudara angkat tidak tercium oleh keluarga besar.

Namun ada yang dipikirkan oleh laki-laki itu sekembalinya Cyra dari luar negeri dan hal itu belum dibicarakan dengan kedua orangtuanya.

"Sudah ketemu Cyra?"

Abhie mengangguk dengan senyum menawannya, selain mama ada adik-adiknya yang menyukai laki-laki itu. Selama ini hubungan layaknya kakak-adik cukup harmonis tidak pernah ada konflik, Abhie belajar cara bersikap bijak pada orangtuanya.

"Syukurlah, maklum sejak pulang yang dia terus keluar."

Abhie tersenyum penuh arti. "Namanya juga baru pulang Ma, reuni dulu sebelum kerja."

Mihayla tertawa.

"Papa sudah berangkat Ma?"

"Belum."

Balada Cinta Saudara AngkatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang