22

1K 107 12
                                    

 "Aku salah mendidiknya?" Mikhayla kecewa pada sikap putri sulungnya. Di saat mereka semua sedang berduka atas kemalangan yang menimpa Abhie, Cyra malah pergi ke London.

Ia tidak bisa meninggalkan putranya karena itu mengutus sang suami untuk berbicara dengan Cyra tapi kabar yang didengar olehnya membuatnya semakin lemah. Ini bukan waktu yang tepat untuk berdebat dengan sang putri harusnya Cyra memahami keadaan bukan malah membuat situasi seperti ini.

"Kita fokus sama Abhie dulu." Bhagawanta menguatkan sang istri.

"Kenapa harus London, tanggungjawabnya di Semarang aku tidak keberatan kalau dia balik ke sana."

Bhagawanta juga memikirkan hal yang sama.

"Jika aku tidak bisa, bukankan kamu juga tidak?"

Mikhayla menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan, dari semua anak-anaknya Cyra yang tidak bisa dikendalikan olehnya.

"Kepalaku sakit."

Abhie yang duduk cukup dekat dengan sang istri segera memeluknya.

Sebelum menerima kabar kecelakaan, ia sudah dikagetkan dengan berita buruk tentang Cyra saat putrinya masih duduk di bangku SMP begitu bertubi-tubi kesedihan yang menimpanya. Ujian yang diberikan setelah anak-anaknya beranjak dewasa.

"Cyra bisa menjaga dirinya, mungkin dia juga pergi karena satu alasan."

Bhagawanta tidak ingin membahas hal tersebut dalam situasi seperti ini, walaupun masih berstatus dugaan laki-laki itu perlu memberitahu dan membicarakan dengan istrinya.

"Aku tidak menyalahkannya, tapi London…" Mikhayla memijat kepalanya yang semakin sakit. London jauh, keadaan Abhie belum diketahui karena sampai detik ini masih dalam penanganan dokter, wanita itu tidak ingin membayangkan hal buruk.

Mikhayla tidak memaksa Cyra untuk datang ke rumah sakit terlebih di sini ada Sofia, ia sudah berbaik hati dengan memahami perasaan sang putri tapi lihat apa yang dilakukan Cyra untuknya.

"Dia akan menghubungi kita begitu tiba."

"Eum." sudah habis kata-kata untuk putri sulungnya. Sejak kecil Cyra terbiasa mengambil keputusan sendiri kejadian besar pun luput dari pantauan mereka.

"Sekarang kita fokus ke Abhie dulu, untuk sementara kantor di Semarang akan diurus Amalia."

Bukan perihal pekerjaan tapi sikap Cyra yang jadi pertanyaan Mikhayla. Tidak bisakah anaknya itu memaklumi situasi genting saat ini? Yang sedang ditimpa musibah bukan oranglain melainkan kakaknya sendiri.

Yang tidak diketahui Mikhayla adalah Cyra merasa sangat merasa bersalah  atas kejadian yang menimpa Abhie. Kepergiannya beralasan cukup kuat. Ia tidak pergi karena keberadaan Sofia di sisi Abhie, ia tidak cemburu pada wanita itu.

"Ma."

Dengan terpaksa Mikhayla mengangkat kepalanya ketika mendengar suara Sofia.

"Aku istirahat sebentar."

Mata Sofia bengkak, wajahnya juga pucat Mikhayla tidak bisa membenci wanita itu karena bisa merasakan cinta yang begitu tulus untuk putranya.

Marah, wajar karena Sofia pernah memperlakukan putrinya begitu buruk di masa lalu.

"Baik, ada sopir kan?"

Sofia menunjuk ke ujung koridor. "Aku istirahat di sana." 

Air mata Mikhayla tidak tertahankan. Ia pikir Sofia akan pulang ternyata wanita itu akan istirahat di sebuah kursi roda yang terletak di sana.

"Kenapa tidak pulang, besok pagi kamu bisa kembali. Mama akan menghubungimu."

Sofia menggeleng. "Aku tidak bisa meninggalkannya." wanita itu terisak.

Balada Cinta Saudara AngkatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang