21

1.3K 161 38
                                    

Sofia yang paling histeris mendengar kecelakaan yang menimpa Abhie hingga sampai detik ini dokter belum mengizinkan siapapun menjenguk pria itu. Keluarga hanya diberitahu keadaan pasien sementara saat ini dokter sedang mengusahakan yang terbaik untuk pasien di ruang operasi.

Di ruang tunggu Mikhayla mendoakan semua yang terbaik untuk Abhie. Ia sangat terpukul dengan kabar ini dan sejak satu dua jam menunggu tak satupun kata yang terucap. Ditemani oleh Bhagawanta, tidak juga tenang sebelum mengetahui kabar selanjutnya.

Mikhayla tidak terganggu pada tangisan Sofia, satu hal yang wajar mengingat status wanita itu saat ini terlebih beberapa jam lagi mereka akan menikah. Perasaanya sendiri masih simpang siur karena keadaan putranya.

Rasa bersalah mungkin ada, itu yang dirasakan Cyra saat ini. Gadis itu memilih tinggal di rumah, bukan tidak penasaran dan khawatir pada keadaan Abhie tapi ia tidak akan sanggup melihat keadaan laki-laki itu.

Seandainya saja ia tidak bicara di depan pria itu mungkin hal ini tidak akan terjadi. Siapapun akan sedih dan kecewa mendengar perbuatan buruk seseorang yang dicintainya.

Di antara anak-anak Mikhayla hanya Cyra yang tampak tenang sedangkan adik-adiknya yang lain histeris mendengar kabar kecelakaan kakak angkatnya.

"Rere di rumah sakit, aku ke sini saja."

Airi tidak mengabari Cyra perihal kedatangannya.

"Kamu tidak datang karena tidak sanggup melihat keadaannya kan?"

Cyra mengangguk. "Kenapa Rere ke sana, hubungi dia agar tidak membuat keributan." karena Sofia ada di sana, terlebih beberapa kerabat juga berada di rumah sakit. 

"Aku sudah memperingatinya." 

Cyra sedikit tenang.

Beberapa jam menuju akad, semua kerabat sudah berkumpul di rumah sahabatnya itu Airi juga sudah melihat gedung yang akan digunakan untuk melaksanakan akad nikah juga resepsi pernikahan Abhie dengan Sofia.

"Apakah terjadi sesuatu sebelum kecelakaan ini?"

Cyra mengangguk. "Aku memberitahu mama kejadian yang menimpaku dulu."

Airi terkejut dia bisa menebak bahwa Abhie tidak sengaja mendengarnya dan terpukul karena kabar itu.

"Harusnya aku tidak berbicara di depannya, ini salahku."

Airi tidak mengerti. 

"Karena sebuah kalung, aku menyebabkan keadaan se-fatal ini."

"Jelaskan, aku tidak mengerti."

Cyra menarik napas dalam dan mengembuskan dengan perlahan.

"Menurutku Sofia tidak pantas menerima kalung warisan dari mama karena itu aku mengatakan alasan itu."

Sekarang Airi mengerti. "Itu bukan sekadar alasan, harusnya dari dulu agar tidak ada kejadian seperti ini."

Mungkin.

"Mama pasti sangat terpukul dengan keadaannya."

Airi memeluk temannya. "Kamu yang lebih terpukul, tapi kamu memilih diam."

Entah, Cyra tidak tahu. "Aku menyesal memberitahunya."

"Wanita itu yang salah, dia yang pembakaran seperti ini. Kalau ada yang harus bertanggungjawab Sofia orangnya!"

Cyra tidak ingin mendengar kabar Abhie, karena dalam waktu dekat mustahil kabar baik yang diterimanya. Ia hanya tahu mobil laki-laki itu hancur, tidak dengan keadaannya.

Berbagai macam dugaan memenuhi benaknya, Cyra selalu menepis tapi bayangan buruk tentang keadaan Abhie semakin menjadi.

"Aku percaya, ada sesuatu dibalik kejadian ini."

Balada Cinta Saudara AngkatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang