13

4.8K 598 53
                                    

    Setelah pembicaraan malam itu satu persatu kepingan tentang ingatan malam panas seperti yang dipaparkan Abhie mulai terangkai, dalam keadaan mata tertutup pun bayangan itu semakin nyata.

Apa yang dipikirkan Cyra malam naas itu hingga menjadikan Abhie sebagai objek? 

Cyra mengusap wajahnya, seperti tidak percaya tapi sesuatu di balik kemeja Abhie sama dengan yang dilihat di batang leher laki-laki itu kan dan itu dilakukan olehnya?

Tuhan, ini memalukan. Abhie kakaknya, begitu aturan dalam keluarga lantas apa yang dilakukannya malam itu?

"Bagaimana Bu?"

"Hah?" mata Cyra mengerjap menatap Amalia.

"Ibu baik-baik saja?"

"Iya." apakah Amalia berbicara dengannya tadi, sungguh dia tidak tahu apa yang dikatakan wanita itu.

"Kamu mengatakan sesuatu?"

Amalia tersenyum dalam hati bingung dengan sikap Cyra beberapa hari ini. Fokus atasannya tampak terganggu, Amalia sedikit khawatir.

"Aku punya tempat rekomendasi, kalau Ibu ada waktu kita bisa pergi ke sana."

Cyra berdeham, ada yang salah dengannya hingga konsentrasinya terganggu. Tidak sedikitpun pikirannya tertuju pada pekerjaan.

"Boleh, atur saja." 

Dengan senang hati Amalia akan mengatur waktu Cyra.

"Kamu tahu, mas Abhie sudah kembali ke Jakarta belum?"

"Belum, Bu. Bapak masih berada di hotel."

Kenapa masih berada di sini, ini sudah hari ke-tiga laki-laki itu di Semarang.

"Tunangan beliau juga masih di sini, aku bertemu dengannya kemarin."

"Oh."

Mungkinkah karena keberadaan mereka dia masih memikirkannya?

Tidak ada yang ingin ditanyakan lagi tentang Abhie, walaupun sesuatu tentang malam naas masih melekat di kepalanya.

"Kapan bisa menempati rumah kita?"

"Besok sudah bisa, hari ini aku akan membereskan semuanya."

Kedengarannya bagus, mungkin sedikit kesibukan bisa membuatnya lupa dengan hal yang begitu mengganggu.

"Kita akan membereskannya." Cyra mematikan laptopnya, kemudian mengambil tas dan mengajak Amalia pergi.

"Aku bisa melakukannya sendiri, Bu. Aku terbiasa dengan pekerjaan rumah."

"Aku juga ingin melakukannya."

Amalia mengulum senyum. "Baik." sebagai sekretaris dia tidak mungkin berdebat dengan Cyra, tidak salahnya wanita itu ikut membantu.

Sejak Amalia menjadi sekretarisnya Cyra merasa memiliki teman, perlahan ia mulai sering mengajak Amalia ngobrol dan Cyra menyukainya karena gadis itu teman ngobrol yang baik.

"Kamu sudah bertemu direktur Logomart?"

Amalia mengangguk tanpa mengalihkan tatapan dari jalan karena ia sedang menyetir.

"Aku menjelaskan hasil pertemuan tadi, tapi tampaknya Ibu sedang tidak fokus."

Apa? 

"Karena itu aku mengajak Ibu ke sebuah tempat."

Cyra menggaruk dagunya, jadi tadi itu Amalia memaparkan hasil pertemuan dengan salah satu klien sedang dia sibuk memikirkan seganas apa dirinya malam naas itu?

Balada Cinta Saudara AngkatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang