16. Little Debate

13.9K 899 138
                                    

Beberapa saat lalu, Lady mendapatkan perintah melalui sambungan interkom dari dalam ruangan Ellgar. "Tolong antarkan dua cangkir teh untuk tamuku."

Tentu saja Lady tidak membuat teh menggunakan tangannya sendiri, dia meminta bantuan seorang Office Girl. Dia tidak mau mempermalukan dirinya sendiri jika tehnya akan terasa buruk.

Lady berdiri di depan cermin kamar mandi sambil memoles wajahnya menggunakan makeup. Melihat riasan Alexa yang glamor, Lady tentu tidak mau kalah saing ketika harus berdiri di sebelahnya.

Warna lipstik merah merona menjadi pilihannya. Sekalipun Ellgar tidak menyukai hal tersebut. Lady hanya ingin terlihat mencolok.

Blazernya tidak lagi tersampir di pundak. Tubuhnya hanya dibalut dress tanpa lengan yang panjangnya hanya mencapai setengah paha.

Tak lupa sentuhan terakhir, menyemprotkan parfum favotir Ellgar yang katanya mirip dengan aroma bayi. Perfect, Lady! Kau tidak akan kalah saing sekarang.

"Agar saya saja yang antar tehnya ke ruangan Pak Ellgar." Kata Lady mengambil alih nampan berisi dua cangkir teh yang masih mengepulkan asap dari tangan Office Girl.

Ketika berdiri di depan pintu ruangan Ellgar, Lady menarik panjang napasnya karena dia mendadak didera rasa gugup padahal sebelumnya dia sudah sangat percaya diri. Tenang, Lady. Kau bisa.

"Permisi, Pak. Saya ingin mengantarkan teh."

"Masuk!"

Lady melangkah hati-hati menggunakan heels sepuluh sentinya. Rasa kepercayaan diri Lady semakin lenyap saat dia melihat Alexa duduk di salah satu paha Ellgar sambil tertawa mendengar pembicaraan dua laki-laki di sekitarnya. Sial. Sofanya masih tersisa banyak loh!

"Lex, duduk yang benar. Tidak enak dilihat orang." Suara lelaki yang Lady tebak bernama Calvin itu membuat Alexa langsung mengambil tempat duduk di sebelah Ellgar. "Letakan saja di—" Kepala Calvin mendongak. Kejadian di lobi kembali melintasi pikiran Lady saat dia menatap mata coklat berbulu mata lentik itu.

"Letakan tehnya di atas meja, Lady." Ucap Ellgar.

"Baik, Pak."

"Dia Sekretaris barumu 'kan?" Alexa menuding Lady sebelum bangkit berdiri dan mengulurkan tangan kanan. "Hai, tadi kita sudah bertemu tapi belum sempat berkenalan. Namaku Alexa Elishandria."

Lady menatap uluran tangan Alexa. Gelang emas menghiasi pergelangannya. Begitu pula dengan cincin mahal di jari manisnya. Rasa tidak percaya diri Lady semakin menjadi-jadi.

"Lady Edeline. Sekretrais Pak El."

"Namamu cantik persis seperti orangnya." Alexa melirik ke arah Ellgar. "Seleramu memang tidak pernah main-main dalam memilih seorang Sektretaris. Tapi dari beberapa mantan Sekretraismu yang pernah aku temui, entah mengapa aku merasa yang kali ini akan bertahan lama denganmu. Dia tampak cantik dan polos, berbeda dengan yang dulu-dulu, buas seperti singa betina. Dimana kau menemukannya?"

"Dia..." Ellgar tampak ragu-ragu. "Teman lamaku."

"Teman lama?"

"Teman SMA lebih tepatnya." Sahut Lady dimana membuat Alexa tampak sedikit terkejut. Jika Lady memperkenalkan diri sebagai mantan kekasih Ellgar, bagaimana reaksinya?

"Oh pantas, kemistri kalian terlihat seperti dua orang yang sudah mengenal lama." Alexa menyentuh pundak Lady. "Kenapa kau malah memilih menjadi Sekretaris? Wajah cantikmu ini sangat menjual untuk menjadi seorang model loh."

Ellgar mendengus, "Alexa, jangan mulai."

"Saya ingin bekerja sesuai dengan basic yang saya miliki."

Shout Out To My ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang