43. Always Want You

9.9K 501 60
                                    

WARNING!🔥

***

"Kemarin Alexa mengirim foto kalian diatas podium saat perayaan hari ulang tahun Amber. Entah mengapa Ibu merasakan kehangatan, kalian seperti keluarga kecil yang sedang berbahagia." Itu kalimat yang Ibu ucapkan setelah menyapa Ellgar dengan ucapan selamat pagi.

Ellgar mendengus malas meladeninya. Sudah bukan hal luar biasa lagi ketika Ibu kerap kali menjodoh-jodohkannya dengan Alexa. Respon Ellgar masih sama; masa bodoh, anggap saja angin lalu karena perasaan seseorang tidak bisa dipaksakan.

"Ibu masak apa untuk sarapan kita hari ini?" Begitu cara Ellgar mengalihkan topik pembicaraan.

"Ibu membuat panekuk dengan selai strawberry." Ibu meletakan satu buah panekuk di atas piring Ellgar. "Alexa yang meminta Ibu membuatkannya. Katanya dia rindu masakan Ibu."

Ellgar mendongak dengan dahi mengerut menatap Ibu. Alexa lagi?

"Sebentar lagi Alexa datang dan ikut sarapan bersama kita. Alexa mengajak Ibu untuk mampir ke butiknya. Katanya dia butuh saran dari Ibu mengenai desain busana terbarunya yang beberapa sudah selesai dijahit. Gadis itu sangat pekerja keras. Persis seperti Menantu yang Ibu harapkan."

Ellgar lanjut mengunyah panekuknya, tak berselara.

"El, jawab Ibu dengan jujur. Apakah sekarang kau sedang menjalin hubungan dengan seseorang?" Pertanyaan itu membuat Ellgar tersedak. Dia buru-buru menuangkan air ke dalam gelas dan menegaknya hingga habis. "Apa ada yang salah dengan pertanyaan Ibu? Biasanya kau dengan lantang menjawab tidak."

"Sikap Ibu yang seperti ini selalu membuatku tidak nyaman."

"Ibu hanya ingin tahu apakah Putra Ibu sudah memiliki kekasih atau belum?"

"Jika aku berkata bahwa aku sudah memiliki kekasih, apakah Ibu akan berhenti menjodoh-jodohkanku dengan Alexa?"

"Tergantung. Apakah perempuan itu bisa lebih baik dari Alexa Elishandria? Ibu tahu kau cukup pintar menilai seseorang. Kau pasti tahu mana orang yang tulus denganmu dan mana orang yang hanya ingin memanfaatkanmu. Tidak kah kau mengingat bagaimana Alexa sering membantumu, membantu kami, ketika kami sedang hidup dalam masa-masa sulit setelah Ayahmu meninggal dunia? Apakah menurutmu akan ada perempuan sebaik dirinya?"

"Ibu—"

"Selamat pagi. Aku datang." Suara sopan milik Alexa terdengar. Suasana meja makan mendadak hening. Alexa menatap keduanya dengan wajah bingung. "Apakah sedang terjadi pembicaraan serius? Wajah kalian tampak sangat tegang."

"Hai, Lex. Beruntung kau cepat datang. Bisa kah kau temani Ibu sarapan? Aku harus berangkat bekerja." Ellgar bangkit bahkan saat panekuknya belum habis.

"Kenapa buru-buru sekali?"

"Aku memiliki rapat penting." Ellgar melirik arloji ditangannya. "Jamnya sudah mepet. Aku tidak ingin datang terlambat jika tidak ingin mencoreng nama baikku sendiri. Tolong temani Ibu ya."

"Ellgar, pembicaraan kita belum selesai."

"Kita bisa lanjutkan nanti, Ibu. Aku harus pergi sekarang. Selamat pagi."

"Ellgar, kembali ke tempat dudukmu!" Perintah Ibu, sedikit berteriak. Namun Ellgar tetap melanjutkan langkah kakinya untuk segera pergi. "Anak itu benar-benar. Ck."

"Sudahlah, Tante. Tidak apa-apa. Mungkin Ellgar benar-benar sedang sibuk. Masih ada aku disini. Aku bisa menemanimu sarapan setelah itu kita akan pergi ke butik." Alexa tersenyum hangat sambil menghusap pundak Marcella. Kedua matanya berbinar saat menatap panekuk di atas meja makan. "Astaga! Tante benar-benar membuatkan panekuk strawberry untukku? Terimakasih."

Shout Out To My ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang