39. He Understands Me

8.9K 498 86
                                    

"Apakah cappucinonya enak?"

Ellgar mendorong pintu di depannya untuk Lady saat gadis itu bertanya. Mereka tidak tinggal lebih lama di coffee shop yang hendak tutup. Memilih untuk langsung pulang karena seharian ini terasa amat melelahkan untuk keduanya.

"Biasa saja."

Lady langsung menoleh cepat pada Ellgar. Pandangannya jatuh pada cup cappucino ditangan lelaki itu yang masih tersisa seperempat. "Biasa saja? Padahal itu buatanku."

"Tetapi dibantu oleh lelaki bernama Andres itu. Jadi tidak terasa spesial atau selebihnya terasa menyebalkan."

Nada ketus Ellgar membuat Lady terkikik. "Lain kali kau harus coba vanilla latte buatan Andres. Itu minuman favoritku."

"Bisakah kau berhenti memuji lelaki lain di depan pacarmu sendiri?"

"Kau cemburu?"

"Dan kau masih bertanya?" Ellgar menahan suaranya. Dibanding menyeramkan, Ellgar terlihat lebih menggemaskan dimata Lady.

"Oke, aku diam kalau begitu." Lady melakukan pergerakan mengunci bibirnya rapat-rapat. Walau di dalam hati dia bersorak sorai merayakan kemenangan. Memangnya hanya Ellgar yang bisa membuatnya uring-uringan seharian ini?

Lady melangkah lebih dulu menuju kamar, membuka blazer kerja yang dia gunakan seharian. Begitu dia ingin melepaskan high heelnya, pergerakannya tertahan oleh seseorang yang berlutut di belakangnya.

"Kenapa kakimu lecet?"

Buru-buru Lady menunduk, memperhatikan kakinya yang kotor yang mengalami lecet kecil karena berlari menghindari William tanpa menggunakan alas kaki. Namun dia tidak menyadari hal tersebut. Sakitnya baru terasa saat Ellgar menyentuhnya.

Lady meringis.

"Aku akan obati. Tunggu sebentar."

Ellgar keluar dari pintu kamar dengan langkah tergesa-gesa. Sementara Lady duduk tidak tenang di tepi tempat tidur. Jika Ellgar sudah melihatnya terluka seperti ini, alasan apa lagi yang harus Lady katakan untuk membuat lelaki itu tidak penasaran?

Untungnya, Ellgar tidak mengeluarkan sepatah kata pun saat dia fokus mengobati kaki Lady. Sebenarnya lecetnya tidak seberapa tetapi Ellgar terasa sangat berlebihan. "Apa perlu kita periksakan lagi ke rumah sakit?"

"Kakiku tidak apa-apa. Jangan berlebihan."

"Apa yang menimpamu selama aku tidak ada?"

"Tidak ada. Ini hanya..." Lady memutar otak. Dia belum memikirkan prihal alasan apa yang ingin dia katakan untuk membuat Ellgar percaya.

"Hanya apa? Jangan tutupi apapun dariku, Lady. Aku berhak tahu apa yang terjadi pada kekasihku. Katakan."

Lady mengesah panjang hingga kedua bahunya merosot. Tidak bisa lagi berkelit. "Kau sudah tahu tentang hutang yang Ayahku miliki 'kan? Ya, orang itu berhasil menemukanku lagi—tadi di supermarket dekat perusahaan."

Rahang Ellgar tiba-tiba mengetat. "Siapa sebenarnya orang itu?"

"Relasi bisnis sekaligus kerabat baik Ayahku. Tapi di dunia ini memang tidak ada jaminan jika orang yang baik kepada kita, akan selamanya baik. Dia hanya memanfaatkan kepercayaan yang Ayahku berikan hingga Ayahku mengalami kebangkrutan. Sedangkan dia tertawa di atas penderitaan kami, merampas apa yang seharusnya menjadi hak kami. Namun semua itu seolah tidak cukup, dia menuntut hutang Ayahku agar segera dilunasi."

"Berapa jumlah hutang Ayahmu? Sebutkan."

"Aku tidak akan membiarkan sepeser pun uangmu keluar untuk dia. Kau sama sekali tidak terlibat."

Shout Out To My ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang