28. Red Dress

12.4K 709 78
                                    

Kedatangan Sang Ibu membuat Ellgar harus melanjutkan pembicaraan penting bersama relasi bisnisnya di lain waktu. Ibu membawa sekotak makan siang, masakan rumahan khas Ibu yang memiliki aroma dan rasa yang sangat lezat. Akan tetapi kehadiran Ibu tidak menunjukan keramah tamahan seperti biasanya.

"Mengapa kau tidak pernah mengatakannya kepada Ibu, El?"

"Mengatakan apa, Ibu?"

"Jangan pura-pura bodoh." Ibu mengibas tangannya, kesal. Kemudian menunduk ke arah pintu ruangan yang sudah tertutup rapat. "Ibu melihat perempuan itu lagi. Tepat di sebelah pintu ruanganmu. Bukankah itu meja Sekretaris?"

Pada akhirnya Ellgar paham. Ternyata ini tentang Lady Edeline yang pernah beberapa kali bertemu dengan Ibu saat mereka masih menjalin hubungan.

"Lady bekerja sebagai Sekretarisku sekarang."

"Gadis sombong dan kaya raya itu mau berkeja menjadi seorang Sekretaris? Ck. Yang benar saja." Ibu tergelak tidak percaya medengar fakta itu. Tangannya terlipat di depan dada. "Sudah berapa lama?"

"Hampir dua bulan."

"Mengapa kau tidak pernah memberitahu Ibu tentang hal itu, Ellgar?"

"Bukankah sejak awal Ibu memang tidak pernah tertarik dengan dunia bisnis yang sedang aku geluti?"

"Tapi kali ini berbeda, El. Kau mempekerjakan perempuan itu di perusahaanmu. Apa kau tidak ingat apa yang pernah dia lakukan padamu? Mengapa kau masih sudi menjalin hubungan baik dengannya?"

"Ini tidak ada hubungannya dengan masa lalu kami. Dia melamar kerja di perusahaanku dan aku melihat dia sangat berkompeten. Terlepas dari apa yang pernah terjadi di antara kami dulu, sekarang aku membutuhkan bantuan Lady untuk menangani pekerjaanku yang rumit, Ibu."

"Masih ada banyak orang yang lebih berkompeten darinya yang bisa kau rekrut menjadi Sekretaris. Mengapa harus perempuan itu, Ellgar? Apa kau ingin kembali padanya?"

Ellgar menghela napas panjang hingga bahunya merosot. Melangkah mendekati Sang Ibu yang tampak marah, Ellgar pun menghusap kedua pundak Ibu. Mencoba menenangkannya.

"Ibu masak apa hari ini?"

"Jangan mengalihkan pembicaraan!"

"Tidak ada yang salah dengan Lady, Ibu. Aku sudah melupakan masa lalu kami."

"Dia adalah perempuan yang membuat Ibu tidak memiliki seorang menantu dan cucu hingga detik ini. Bagaimana Ibu bisa tenang jika kau setiap hari berada di dekatnya? Dia pernah menghinamu, menghina keluarga kita karena kita orang miskin. Derajat kita berbeda dengan keluarganya yang hidup bergelimang harta. Dan, kau lihat sekarang! Saat kau berada di puncak kesuksesaan, dia menunjukan batang hidungnya lagi. Bersikap manis untuk mendapatkan perhatianmu seperti dulu. Jangan mudah tertipu dengan perempuan itu lagi."

"Ibu tolong jangan berbicara seperti itu tentang Lady."

"Ibu hanya ingin melindungi Putra Ibu." Sudut mata Ibu berair saat dia menghusap wajah Ellgar. Nyatanya Lady dan keluarganya pernah meninggalkan luka sedalam itu pada keluarga Ellgar. "Putra Ibu adalah orang yang baik, dia pantas didampingi orang baik juga."

"Aku mengerti ketakutan, Ibu." Ellgar mendekap erat tubuh Sang Ibu. Meresapi rasa takut di dalam diri wanita itu. "Tapi aku sudah dewasa. Aku tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Jangan khawatirkan aku. Aku bisa mengatasi semuanya. Tolong jangan jadikan ini masalah besar, Bu."

"Perempuan itu bukan orang baik. Ibu tidak suka dia, El."

Ellgar tidak akan bicara lebih banyak lagi atau dia akan mendengar caci maki Ibu mengenai Lady yang sama sekali tidak ingin dia dengar. Entah mengapa hati Ellgar juga sakit mendengar hal tersebut.

Shout Out To My ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang