56. He Knows

9.4K 555 52
                                    

Lady terbangun bagai mendapat serangan mimpi indah. Semalam tidurnya sangat lelap seolah tubuh hangat Ellgar menjaganya sepanjang malam. Dia menyentuh bibirnya sendiri. Bodoh. Kemarin dia tidak bisa menahan diri untuk tidak mencium bibir Ellgar.

Rasanya masih teringat jelas. Manis bercampur sedikit rasa pekat alkohol. Lady ingat bagaimana Ellgar melumat bibirnya dengan lembut. Sangat berhati-hati. Berusaha mengontrol diri walaupun dia sedang mabuk.

Seandainya waktu bisa dihentikan, Lady ingin terkurung selamanya seperti kemarin. Hanya berdua bersama Ellgar. Begitu lepas tanpa ada beban yang harus dia pikirkan.

Ponsel Lady yang berdering di atas nakas membuat Lady tersadar dari lamunannya. Kening Lady mengerut. Nomer tidak dikenal.

"Halo."

"Selamat pagi, Lady. Bagaimana udara Kota Boston di pagi hari? Apakah sejuk?"

Suara itu milik William. Lady tidak mungkin salah mendengar. Sialan. Kenapa William harus datang lagi? Bukankah seharusnya urusan mereka sudah selesai?

"Untuk apa kau menghubungiku lagi? Kita sudah tidak memiliki urusan apapun."

"Kata siapa?" Sela William. "Pacarmu—Oh ralat, maksudku...mantan kekasihmu sudah berani membuat masalah denganku. Si brengsek itu membuat wajahku babak belur dan tulang hidungku patah. Sialan. Aku akui dia sangat kuat, maka dari itu aku memilih untuk balas dendam dengan cara yang manis. Aku tidak perlu mengotori kedua tangan bersihku untuk membuat hidupnya hancur. Kau tahu betapa kuatnya keluarga Edeltho bukan?"

"Apa lagi yang kau inginkan sekarang? Mengapa kau tidak pernah puas menggangguku?"

"Aku tidak akan puas sampai melihat kehancuran seorang Ellgar Ryker!"

"Jangan berani menyakiti Ellgar atau kau akan berurusan denganku, William!"

"Wah, apa yang baru saja aku dengar? Kalian berdua seperti pasangan di sebuah film. Romantis. Tapi sayangnya aku tidak terbuai dengan drama sialan kalian. Oh Lady, harusnya aku memberitahu Ellgar bahwa Anthony lah yang sudah membakar bengkel Ayahnya hingga harus meregang nyawa?"

Detik itu jantung Lady rasanya berhenti berdetak. Sialan. Sialan. Sialan. Bagaimana bisa William mengetahui hal tersebut?

"Kenapa diam? Kau pasti terkejut karena aku mengetahui semuanya bukan?" William terkekeh keras sedangkan tangan Lady bergetar kuat hingga hampir membuat ponsel di telinganya terjatuh. "Aku adalah Edeltho. Mencari informasi mengenai musuh bebuyutan adalah hal mudah. Jadi sekarang kau tidak lagi bisa berbuat macam-macam karena aku memegang salah satu kartu AS Anthony."

"Brengsek. Kau benar-benar brengsek, William!" Teriak Lady. Napasnya tersendat hingga bahunya naik turun.

"Bisa kau bayangkan bagaiman jadinya jika aku membuka mulut? Bukan hanya Ellgar yang akan membenci dirimu seumur hidup tapi Anthony juga bisa terancam di penjara seumur hidup bila dia bangun dari komanya. Tapi rasanya Anthony tidak akan pernah bangun. Dia hanya akan meninggalkanmu dalam lingkaran permasalahan."

"Diam!"

"Aku bisa saja menutup mulut, mungkin selamanya. Tapi kau tahu itu tidak akan gratis 'kan? Harus ada keuntungan yang aku dapatkan."

Lady mematikan sambungan telepon lalu melempar ponselnya menuju karpet. Tidak bisa lagi menahan kekesalan yang merambat kemana-mana. Dia mengumpat sambil menangis. Sialan. Ternyata ini belum juga berakhir.

***

Di tangan Lady terdapat sebuah cek sesuai dengan nominal yang dikatakannya pada Calvin pada awal kontrak kerja mereka. Dia menatap benda tersebut dengan perasaan campur aduk.

Shout Out To My ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang