08. Lady's Apartment

18.6K 942 141
                                    

Dipenuhi rasa bersalah, Lady pun mengobati luka sobek yang cukup dalam pada telapak tangan Ellgar dengan telaten. Lelaki itu diam, tidak mengeluarkan ringisan sama sekali sehingga Lady mendongak beberapa kali untuk memastikan jika Mantannya itu masih bernapas. Usi menggulung luka tersebut menggunakan perban, baru lah Lady mulai memecahkan keheningan di antara mereka.

"Aku akan mengompres memar di wajahmu menggunakan es batu. Setelah itu kau bisa minum obat. Air mineral dan obat sakit kepalanya ada di dalam tasku."

Ellgar mengangguk dan sikap diam lelaki itu sangat membantu Lady dalam situasi ini. Lady datang dengan sebuah baskom berisi es batu dan juga kain. Lady ragu-ragu untuk menggerakan tangannya menuju wajah Ellgar. Entah mengapa sikap dingin Ellgar selalu membuat nyali Lady menciut, sama seperti dulu saat dia pernah mengobati Ellgar yang dihajar oleh Kapten Tim Basket keesokan hari setelah mereka resmi putus.

Kapten Tim Basket Sekolah tidak terima karena Ellgar berani menonjoknya. Tentu saja itu karena ulah Lady yang nekad mencium lelaki lain. Mereka berdua berkelahi di lapangan basket disaksikan oleh seluruh siswa. Kapter Tim Basket mengalami patah tulang dibagian hidung sedangkan Ellgar babak belur. Untuk pertama kali dalam sejarah seorang siswa teladan seperti Ellgar Ryker di skorsing oleh pihak sekolah selama dua minggu.

Lady Edeline menjadi penyebabnya. Oh sial.

"Kenapa kau melamun?" Ellgar mengembalikan kesadarannya. Masih belum adanya respon, membuat Ellgar langsung menarik tangan Lady sehingga kain berisi es batu itu menempel pada sudut bibirnya yang sobek. "Sebenarnya kau berniat mengobatiku atau tidak?"

Lady berdeham. Tidak. Dia tidak harus mengingat-ingat masa lalunya bersama Ellgar. Semua sudah berakhir sejak sepuluh tahun yang lalu.

"Apakah rasanya sakit?"

"Dan kau masih bertanya?"

Baiklah. Ellgar yang menyebalkan sudah kembali lagi. Tarik napas dan buang secara perahan karena kau harus lebih bersabar setelah ini, Lady.

Tanpa disengaja, Lady menekan luka dibibir Ellgar lebih keras. Demi Tuhan itu diluar kehendaknya, tangannya sendiri yang bergerak hingga membuat Ellgar meringis keras. "Kau sengaja?"

"Ti-dak. Aku tidak sengaja." Menarik dagu Ellgar untuk menghadap ke arahnya, Lady menurunkan kain berisi es batu itu lalu menghusap sudut bibir Ellgar yang terluka dengan sangat hati-hati. Jangan sampai dia dituduh sengaja mencelakai lagi. Nyatanya husapan ibu jari Lady membuat Ellgar bungkam seperti sebelumnya. "Masih sakit, El?"

Bukannya menjawab, Ellgar justru mengecup ibu jari Lady menggunakan ujung bibirnya. Sensasi dari kecupan kecil itu merambat ke sekujur tubuh Lady. Sebelum kejadian di dalam ruangan Ellgar kembali terulang, Lady pun menarik tangannya dan bangkit dari tempat duduknya.

"Aku harus..." Lady memutar otaknya mencari alasan untuk kabur dari situasi mendebarkan itu. "Membawa baskomnya ke dapur sebelum akan mengotori ruang tamuku."

Akhirnya bisa kabur! Lady bersorak gembira di dalam hati. Lalu membuang air yang berasal dari es batu yang mencair ke wastafel.

Seolah tidak membiarkan jantung Lady berdetak normal, Ellgar menghampirinya menuju dapur dengan telapak tangan yang menyentuh punggung Lady. Sial. Ini bukan kabur namanya tapi cari masalah baru. Lampu dapurnya lebih remang-remang dari lampu ruang tamu.

"Mengapa mereka menyerangmu?"

"Ya?"

"Orang-orang yang berbadan besar itu. Mengapa mereka menyerangmu? Apakah kau mengenal mereka sebelumnya?"

Tidak. Lady tidak akan mengatakan yang sebenarnya kepada Ellgar. Dia tidak ingin Ellgar menertawai hidupnya yang melarat. Dulu dia pernah mengatakan kalimat menyakitkan tentang status sosial untuk mengakhiri hubungan. Sebut saja ini karma. Lady kini terlilit hutang dengan jumlah yang sangat besar, semua karena Ayahnya. Dan lebih baik jika Ellgar tidak pernah mengetahuinya.

Shout Out To My ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang