24. Potatoes & Milk

12.8K 725 112
                                    

"Bagaimana keadaan kakimu?" Paula menghampiri unit apartemen Lady saat dia baru saja pulang bekerja. Sedangkan ini merupakan hari ketiga Lady cuti dimana artinya besok dia harus kembali beraktivitas. "Seharusnya sekarang perbannya sudah bisa dibuka."

"Kakiku baik-baik saja. Nanti aku bisa buka perbannya sendiri. Well, kau sudah mencarikan rekomendasi apartemen terdekat dari kantorku?"

Paula membuka ponselnya dan memperlihatkan hasil pencariannya selama tiga hari terakhir kepada Lady. Mata gadis itu membola melihat biaya sewa apartemen yang dua kali lipat lebih besar dari apartemen yang Lady tempati sekarang.

"Tidak ada yang lebih murah lagi? Kalau aku pindah kesana yang ada gaji bulananku akan habis untuk membayar biaya sewa apartemen saja. Aku harus irit, Pau. Aku harus bisa mengumpulkan uang untuk membayar hutang Ayah."

"Aku tahu. Tapi tidak ada apartemen yang dekat dengan kantormu selain tiga apartemen yang aku rekomendasikan ini. Sebenarnya kau bisa saja tetap tinggal disini, aku yakin William belum mengetahui tempat tinggalmu. Kau hanya perlu merubah rute perjalanan pulangmu agar tidak melewati jalanan seperti biasanya. Mereka kapan saja bisa menunggumu melewati jalan itu dan membuntutimu hingga kemari. Alternatif lain yang bisa kau lakukan adalah menyisihkan uang untuk membeli kendaraan atau kau bisa pinjam salah satu mobilku. Bagaimana?"

Lady menarik rambutnya ke belakang sambil menghela napas panjang.

"Jika kau tidak setuju dengan ideku, apa kau punya ide lain?"

"Akan aku pikirkan nanti."

Paula mengangguk sebelum bersidekap untuk meluruskan rasa penasarannya. "Pacarmu mana?"

"Pacar? Aku tidak punya pacar."

"Ck. Maksudku Ellgar. Dimana lelaki tampan itu? Tumben dia tidak kelihatan. Biasanya dia rajin sekali datang membawakanmu makanan."

"Darimana kau tahu?"

"Selain jadi Dokter, aku berbakat menjadi Detektif." Paula menyenggol lengan Lady sambil menaik turunkan kedua alisnya. "Belum balikan juga?"

Lady sendiri tidak tahu harus mendeskripsikan hubungan mereka seperti apa. Secara formal, status Ellgar dan Lady adalah Atasan dan Bawah. Sedangkan secara non formal, mereka teman?

Teman. Ya, hanya status itu yang pernah Ellgar tawaran kepadanya di luar jam kerja. Tapi lagi-lagi Lady bertanya, apakah normal dua orang teman saling berciuman berulang kali? Sepertinya tidak. Lalu hubungan mereka layak disebut apa?

"Sepertinya Ellgar masih mencintaimu."

"Dia hanya bersikap peduli kepada seorang teman terlebih lagi aku adalah Sekretarisnya."

"Oh My God. My stupid bestie!" Paula medorong dahi Lady dengan telunjuknya akibat rasa gemas yang melanda. "Kau tidak bisa melihat tatapan cinta yang dia berikan tiap kali dia menatapmu? Aku ragu, kau benar-benar tidak paham atau kau hanya sedang berusaha untuk menyangkal? Apa lagi sekarang? Kau ingin berkata bahwa kau masih insecure dengan sahabatnya yang bernama Alexa itu? Oh, come on, Seth bilang mereka tidak ada hubungan apa-apa. Hubungan Ellgar dan Alexa sama seperti hubungan Seth dan perempuan itu."

Rasanya percuma membela diri di depan Paula. Sahabatnya itu hanya belum tahu bagaimana interaksi langsung antara Ellgar dan Alexa.

Terkadang Lady merasa bahwa Ellgar masih bisa menjadi miliknya, seperti dulu. Namun dibeberapa situasi dia kembali tertampar, sadar akan apa yang pernah dia lakukan kepada Ellgar. Dan selalu merasa rendah diri dengan keadaannya yang sekarang.

Dia tidak memiliki apapun untuk dibanggakan di depan Ellgar. Justru dia hanya akan menjadi benalu yang merepotkan.

Usai menceramahi Lady dengan maksud ingin membuat Lady kembali balikan dengan Ellgar, Paula pun memutuskan untuk kembali ke unit apartemennya. Dia butuh istirahat setelah seharian bekerja dan dia juga ingin memberikan Lady waktu untuk memikirkan tawarannya.

Shout Out To My ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang