Maaf, Ta

69 19 2
                                    

"Lo jalan jam berapa, Ta?" Tanya Fiki.

Sekarang Aletta, Fenly, Fiki dan Zweitson berada di kamar Fenly untuk melakukan ritual, eh salah, sedang menemani Aletta dan memberi semangat karena Ia akan menemui Fajri dan menyelesaikan masalahnya.

Sebelumnya Fiki memberi usul untuk mengikuti Aletta, tapi tidak mendapat izin oleh Ibu negara dan menyuruhnya untuk menunggu dikamar Fenly saja.

"Malem, gak tau jam berapa, tunggu kabar dia aja." Ucap Aletta.

"Gue tunggu kabar baiknya aja deh." Kata Zweitson.

"Lo beneran gak mau kita temenin, Ta? nanti kalau terjadi sesuatu gimana?" Tanya Fenly yang lagi lagi khawatir takut Aletta kenapa-kenapa padahal cuma pengen bincang-bincang.

"Santai, gak usah panik gitu ah."

"Terserah lo deh, ya."

Sangking asiknya mereka ngobrol, tidak terasa hari sudah gelap yang artinya waktu untuk bertemu dengan Fajri sedikit lagi.

Aletta menghela nafasnya, "Gue jalan ya."

"Iya, hati-hati, beneran gak mau kita ikut, Ta?" Tanya Fiki sekali lagi.

"Enggak, udah ya gue jalan, bye asshole!"

Aletta keluar dari kamar Fenly. Belum ada beberapa jam Aletta pergi dari kamar Fenly, Fenly sudah khawatir dengan perempuan itu. "Apa gue samperin aja kali ya?"

"Apa sih lo, Aletta juga pasti masih dijalan. Lebay!" Sahut Fiki yang berkutik dengan Handphonenya.

"Santai aja kali, Fen. Sebrengseknya Aji, gak bakal kali sampe lukain Aletta." Tambah Zweitson yang tangannya sibuk membuat karya dibelakang buku Fenly yang kosong.

"Aduh, gue gak bisa nih kaya gini!" Fenly menggaruk kepalanya frustasi.

Zweitson meletakkan pulpennya dan menengok kearah Fenly. "Berisik banget sih lo! Gini deh, kalau sampe jam 8 Aletta gak ada kabar, kita samperin. Gimana?" Zweitson memberi usul biar Fenly diem.

"O-oke!"

"Udah ya, diem. Scroll tiktok aja lo sana, berisik banget!"

Fenly memainkan handphonenya tapi mata tidak berhenti melirik kearah jam. "7:45, YUK SAMPERIN!"

"Jam 8, anjir! jangan sampe, tangan gue melayang ke muka lo ya?" Kata Fiki yang ikutan emosi.

Tepat pada jam 8, pintu kamar Fenly terbuka dan menampakkan seorang perempuan dengan perawakan yang menyedihkan.

"Aman, Ta?" Tanya Zweitson

"Bentar, kok mata lo sembab?" Tanya Fenly.

"Gapapa, Ta?" Tanya Fiki

Padahal Aletta belum bersuara, tapi sudah disambut dengan pertanyaan ini.

Aletta tersenyum simpul, "Gue putus."

"PUTUS?" Kompak mereka bertiga.

"Kok bisa?"

Aletta menceritakan semua kejadian ketika Ia bertemu dengan Fajri tadi, "Ya mungkin, emang udah gak sejalan." Jawab Aletta.

Fiki dan Zweitson memberikan pelukan hangat pada Aletta, "Aduh kasian banget sih, kalau lo bukan temen gue, udah gue pacarin, Ta" Kata Fiki modus mode on.

"Gak ah, lo bekasan Alisya HAHA!"

"Kalau gue yang suka sama lo gimana ta?" Tanya Fenly.

Aletta kaget

Zweitson dan Fiki ikutan kaget

Yang ngomong juga kaget, Fenly tidak menyadari kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutnya.

"Apaan sih lo!"

"Kok apaan, gue serius!"

"Wah ngelantur lo ya, udah malem gue balik aja deh." Ketika Aletta bangun dari duduknya Fenly memegang tangan Aletta.

"Ta, gue beneran, gue suka sama lo."

"Fen, apaan sih, aneh banget lo."

"Ta, lo masih gak paham juga ya?"

"Sorry, kayanya gue sama Fiki balik aja ya, mungkin kalian butuh privasi berdua." Ucap Zweitson.

Fenly hanya mengangguk mengiyakan dan Fiki juga Zweitson keluar dan meninggalkan Fenly dan Aletta.

"Ta--"

"Gue capek Fen, gue mau balik."

"Ta, gue suka sama lo."

"Fen, kita itu--"

"Iya gue tau, kita cuma sahabat, tapi salah ya kalau gue suka sama lo. Ta, gue udah nahan ini dari lama, bahkan sebelum Aji muncul!"

Fenly tidak tahu kenapa dirinya membicarakan hal ini disaat yang tidak tepat. Tapi apa boleh buat, toh sudah terlanjur.

"Kalau emang udah dari lama, kenapa? kenapa lo gak bilang?"

"Gue takut, Ta. Gue takut lo jauhin gue."

"Maaf, Fen. Tapi, gue sayang lo sebagai sahabat."

"Karena Aji?"

"Aji?"

"Iya, lo gak suka gue karena lo lebih pilih Aji ya kan?"

"Fen, lo apaan sih!"

Ketika Aletta ingin pergi dari hadapan Fenly, Fenly langsung memeluk Aletta. "Ta, kasih gue kesempatan, gue janji bakal bikin lo bahagia." Kata Fenly.

Aletta benar-benar tidak bisa berkata-kata, Ia hanya diam mematung dengan tatapan kosong. "Ta, ya, kasih gue kesempatan?"

"Maaf, Fen. Gak bisa, dan gak akan pernah terjadi!" Aletta menahan tangisannya. "Fen, kalau lo masih mau temenan sama gue, gue mohon berhenti suka sama gue!"

Perlahan Fenly melonggarkan pelukannya, dan pada saat itulah Aletta pergi dari kamar Fenly.

Diam, hanya itu yang bisa Fenly lakukan melihat kepergian Aletta. Inilah mimpi buruk yang Fenly takuti jika hal seperti ini terjadi.

Aletta pergi menjauh.

"ANJING!" Teriak Fenly dan satu pukulan mendarat di tembok putih Fenly, menghasilkan tangan Fenly berdarah.

Fenly mengacak-acak rambutnya, satu tetes air mata keluar membasahi pipinya. "Maafin gue, Ta. Gue udah suka sama lo!"

Kemarahan sedang menyelimuti Fenly, Fenly mengambil Handphonenya dan mencari kontak Fajri dan langsung menelponnya.

'Fen, kalau lo mau marah, gue bisa jel--'

'Dimana lo?'

'Taman, gue masih di taman.'

Fenly mematikan Telepon dan langsung menuju ke tempat dimana Fajri berada.























...

Dag dig dug srot

Tekan bintang dibawah, untuk membuat Fenly sabar 🙏🏻😃

Best Friend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang