Kamu seperti lilin. Keberadaanmu seolah membawa cahaya dalam hidupku.•••••
Happy reading 💙❤️
Jangan lupa vote 🙆🙆🙆
Hari ini Sea pulang cukup larut, jam setengah delapan malam. Walaupun kampung yang dituju lumayan dekat, namun banyak kendala yang terjadi di sana hari ini. Mulai dari hujan yang tiba-tiba turun, kamera yang bermasalah dan narasumber yang datang terlambat. Membuat pekerjaan Sea dan Galen menjadi bertambah banyak.
Sea diantar pulang oleh Galen, namun ia meminta untuk diturunkan agak jauh dari rumah. Karena tidak ingin Kian mengetahui siapa yang mengantarnya.
Selain Keenan, Kian juga sangat tidak menyukai Galen. Entahlah kenapa dua lelaki itu terlihat kompak dalam hal membenci orang yang sama.
"Makasih ya, Gal." ucap Sea saat turun dari motor dan melepaskan helm di kepalanya, lalu menyerahkannya kepada Galen.
"Iya, Sea. Sama-sama." Sahut Galen seraya mengambil helm yang dipakai Sea tadi. "Hari ini kita sibuk banget ya, kamu pasti capek."
Sea hanya tersenyum dan mengangguk. "Capeeeek bangeeet."
"Ya udah, nanti kamu langsung istirahat aja. Semangat ya, tinggal tiga hari lagi." ucap Galen dengan tangan yang terangkat ke atas.
"Fightinggggg!!" balas Sea antusias dengan mengangkat kedua tangannya.
Mereka saling tertawa setelahnya.
Ketika membuka pintu rumah, Sea langsung disambut oleh Lucy—kucing kesayangannya itu.
"Eh sayaaang. Nungguin, ya?" ucap Sea sambil duduk merendahkan dirinya—menatap Lucy. "Kita mainnya besok-besok aja, ya? Hari ini capeeeek banget." Kini Lucy sudah berada dalam gendongannya, Sea meletakkan Lucy di dalam kandangnya dan tidak lupa memberinya makan sebelum ia beranjak naik menuju kamarnya.
Kian menyadari kedatangan adiknya itu, ia kemudian melangkahkan kakinya ke kamar sebelah untuk memeriksa keadaan adiknya. "Sea?"
"Kamar mandi!" teriak Sea di dalam sana.
Kian memutuskan untuk menunggu Sea di luar—di balkon kamar itu.
Saat keluar kamar mandi, Sea melihat kakaknya berada di balkon kamarnya—sedang menatap ke arah langit yang malam ini terlihat begitu cerah.
"Abang." Kini ia memeluk Kian dari belakang, melepaskan rasa lelahnya di sana. Sambil memejamkan matanya, berharap ia mendapatkan kekuatan dari tempatnya bersandar itu.
Kian sedikit menoleh ke arah Sea, tersenyum singkat melihat tingkah adiknya yang mulai manja itu. "Kamu baik-baik aja, kan?"
"Iya, Bang. Aku baik-baik aja."
"Tiap hari kamu pulang dalam keadaan lelah kayak gini, ngerjain tugas tuh jangan terlalu diforsir waktunya. Yang ada nanti kamu sakit." Kian sedikit berceramah. "Kamu nggak kasian apa sama tubuh kamu sendiri? Jangan dipaksa kalau nggak mampu." lanjutnya.
Sea hanya mendengarkan, tidak terasa air matanya menetes jatuh di pipinya. Ucapan Kian seperti penyembuhan baginya, rasa lelah itu perlahan menguap dan menghilang. Mungkin memang inilah yang diperlukan Sea. Memeluk seseorang untuk membagi rasa lelahnya.
"Sea?"
"Hm." Sea sedikit menjauh dari Kian. Berusaha menghapus air mata itu sebelum Kian mengetahuinya. Namun bukan Kian namanya jika tidak peka dengan apa yang terjadi pada adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Scenario [END]
Teen FictionSeanna Calarenjana Sakhi, gadis berusia 17 tahun itu tidak menyangka bahwa usahanya menyayangi dan mencintai selama dua tahun tanpa status, dibalas dengan sebuah kebohongan. Hingga akhirnya ia dipertemukan kembali dengan seseorang yang berasal dari...