Love Scenario | 51

52 14 0
                                    


Merindukanmu adalah hobi ku, merawatmu adalah pekerjaanku, membuatmu bahagia adalah tugasku, dan mencintaimu adalah hidupku.

•••••

Happy reading 💙❤️

Jangan lupa vote 🙆🙆🙆







Setahun sejak kepergian Sea, tidak banyak yang berubah, semuanya masih sama.

Sepi, hening, kosong.

Keenan masih dengan apik menjaga tempat untuk Sea di dalam hatinya. Ia tidak berencana untuk memberikan tempat itu pada orang lain. Perasaannya pada Sea masih sama, tidak berkurang sedikitpun.

Pesan yang telah ribuan kali dikirimnya itu tidak pernah mendapatkan balasan sama sekali, ia ingin menyerah saja rasanya, namun dirinya sudah berjalan sejauh ini, sudah bertahan selama ini, terasa sia-sia jika harus berhenti sekarang.

Dalam sehari sedikitnya Keenan akan mengirimkan dua pesan pada Sea, di saat bangun tidur dan di saat dirinya ingin tidur. Dia rindu, sangat. Dirinya hampir hilang akal karena sangat merindukan Sea. Hanya sebuah foto lah yang menjadi perantara melepas rasa rindunya.

Keenan mulai bangkit dari keterpurukan, ia mencoba berdamai dan membiasakan diri dengan keadaan ini. Dengan ataupun tanpa kabar dari Sea, ia berjanji akan selalu menjaga perasaannya ini hingga tiba mereka akan bertemu kembali.

Besok adalah hari kelulusan bagi Keenan dan kelima sahabatnya yang lain. Tidak terasa mereka telah sampai di ujung masa sekolah yang banyak memberikan kenangan itu. Saatnya Keenan memikirkan ke mana ia akan melanjutkan kuliahnya. Hidupnya harus terus berjalan, bukan?

Dengan bantuan dari ayahnya, akhirnya Keenan memilih Inggris sebagai negara yang dituju untuk melanjutkan pendidikan. Dan, Cambridge University adalah pilihannya. Ia akan mengambil jurusan manajemen bisnis di sana, agar ilmunya untuk melanjutkan bisnis ayahnya semakin matang.

"Jadi, pilihan lo sudah final, Keen?" Aroof mengambil posisi duduk di hadapan Keenan.

"Iya, Ar. Gue udah yakin."

"Jadi, kita LDR-an nih?" Demi apa Aldebaran mulai drama.

"Dih LDR-an—ck." Ledek Baga.

"Lho, bener kan? Kita nggak ada di negera yang sama. Keenan Inggris. Aroof Jerman, gue Swiss. Lo Kanada." tunjuk Aldebaran pada Baga. "Lo Korea." Beralih ke Nevan. "Dan lo Spanyol." Kini pada Aslan.

Aldebaran mendengus pelan, lalu menunduk lesu setelah mengucapkan kalimat dramatisnya itu.

"Kenapa jadi kayak cewek gini sih, Al?" ujar Aslan.

"Kita ambil jurusan yang sama, tapi kenapa harus beda negara, sih?!" Mata Aldebaran mulai berkaca-kaca.

"Al, udah deh. Katanya mau jadi orang sukses?" timpal Nevan

"Ya ... nggak harus pisah sama kalian juga, kan?"

"Al? Kita pasti ketemu lagi, kok. Kita cuma belajar di sana, rumah kita kan masih di sini." jelas Baga.

Aldebaran menutup matanya rapat, menyandarkan punggungnya di sofa besar yang terletak di kamar Aroof. Berusaha menahan air matanya untuk tidak keluar. Apa jadinya jika menangis di hadapan para sahabatnya ini? Pasti ia akan dibully habis-habisan. Membayangkannya saja Aldebaran ngeri.

"Gue rasa ... cukup waktu itu kita berlima terpisah jauh sama Keenan." Masih lanjut dramanya.

Kelima sahabatnya hanya terkekeh pelan, melihat tingkah Aldebaran yang mulai kekanak-kanakan itu. Mereka memang sedih jika harus berpisah jauh, namun entah kenapa melihat Aldebaran seperti itu mereka jadi ingin tertawa.

Love Scenario [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang