Love Scenario | 57

63 13 0
                                    

Bahagia itu sederhana, tersenyum dan selalu bersyukur.

•••••

Happy reading 💙❤️

Jangan lupa vote 🙆🙆🙆








Saat ini mereka berlima duduk di meja makan, menyantap hasil masakan Bunda, yang ternyata Bunda memasak ayam rica kesukaan Sea. Entah apa yang Bunda pikirkan saat memasak tadi, karena sebelumnya tidak pernah ada yang suka ayam rica di rumah. Mungkin, Bunda memiliki feeling bahwa Sea akan datang hari ini? Bisa jadi.

Mereka saling mengobrol, membicarakan apapun, terutama tentang kehidupan Sea selama ini yang mereka tidak ketahui. Bunda menatap bangga pada Sea saat perempuan itu mengatakan berencana melanjutkan pendidikan untuk spesialisnya. Ayah menatap penuh haru ketika mendengar gadis itu telah tumbuh menjadi perempuan dewasa dan baik-baik saja. Ternyata, banyak sekali perubahan ada pada diri Sea yang membuat kedua orang tua Keenan kagum.

"Bun?" Keenan membuat semua orang mengalihkan tatapan padanya.

"Ya?"

"Aku mau nikah sama Sea."

Sea tersedak, saat Keenan mengatakan keinginannya, ia baru saja meminum segelas air yang kini airnya sudah tumpah menjatuhi punggung tangannya.

Barra memberikan selembar tissue untuk Sea, dan langsung mendapat tepisan juga pelototan dari Keenan. "Jangan ganjen kamu!" ucapnya.

Barra hanya mendengus, seraya memutar bola matanya. Katakan di mana letak ganjennya?

"Keenan?" panggil Sea seraya menatap lelaki yang berada di sebelahnya.

"Gimana, Bun? Yah? Setuju, kan?" Sepertinya Keenan tidak ingin membuang waktu lebih lama lagi untuk bersatu dengan kekasihnya.

"Keenan—" gumam Sea cukup pelan.

Ayah dan Bunda dibuat melongo oleh anak sulungnya, perkataannya yang tiba-tiba itu cukup membuat orang tuanya terkejut.

"Keenan, kita bisa bicarakan ini nanti. Setelah selesai makan." Sea masih menahan diri untuk tidak mendelik ke arah Keenan.

Keenan menggeleng, "Nggak. Lebih cepat lebih baik." Matanya kini menatap Bunda dan Ayah bergantian, alisnya terangkat, ia menunggu jawaban dari kedua orang tuanya.

"Kamu serius, Keenan? Kamu sudah pikirkan matang-matang?"

"Aku serius, Yah. Selama enam tahun ini aku sudah pikirkan semuanya. Termasuk untuk menikahi Sea." Ia berucap sangat yakin.

Ayah mengangguk sambil tersenyum, "Oke kalau begitu, lakukan."

"Bunda?" Keenan menatap Bunda, setelah mengatakan terima kasih kepada Ayah karena telah mendukungnya.

Bunda tersenyum, seraya menggenggam tangan Keenan. "Memangnya apa alasan Bunda untuk nggak setuju? Pilihan kamu tepat, Sayang." Tidak disangka, ia akan mengatakan itu dengan sangat mudah. Padahal ia sudah berpikir yang aneh-aneh tadi, seperti bagaimana jika dirinya tergagap-gagap saat mengatakan niatnya, bagaimana jika orang tuanya melarang—kalau ini sepertinya tidak mungkin, bagaimana jika dirinya diminta menunggu beberapa tahun lagi untuk berumah tangga. Semua itu menjadi kekhawatirannya sesaat, yang pada akhirnya dirinya merasa membuang-buang waktu untuk memikirkan itu semua.

Sea yang tertegun mendengar obrolan kedua orang tua dengan anak itu kini terlihat menunduk, air mata yang sudah ditahannya sejak tadi akhirnya berjatuhan di sudut-sudut matanya. Entah kenapa akhir-akhir ini emosinya selalu mudah tersentuh, dirinya sadar dalam beberapa hari terakhir ini sering sekali menangis—menangis bahagia.

Love Scenario [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang