Cerita ini sebenarnya sudah selesai satu tahun yang lalu. Tapi baru percaya diri buat publish tahun ini 🤭🤭🤭
Semoga dapat feel nya yaa.
Happy reading untuk yang berkenan membaca.
💙❤️
•••••
Sea terbangun saat mendengar suara petir yang menggelegar. Dia cukup terkejut, sampai-sampai langsung bangun dan membuka mata dalam sekejap. Membuat laki-laki yang berada di sebelahnya juga ikut terkejut. Gerakan cepat Sea saat bangun ternyata membuat tubuh laki-laki itu tergerak.
Sea tidak sadar dengan apa yang baru saja dia lakukan. Bahkan, sepertinya dia juga tidak sadar telah menjadikan bahu laki-laki asing itu sebagai bantal tidurnya. Terlihat dari ekspresi Sea yang sama sekali tidak merasa bersalah. Padahal, tangan laki-laki itu kesemutan karena menahan posisi Sea dengan waktu yang tidak sebentar.
Ternyata, tidak hanya petir yang mengiringi perjalan mereka. Hujan mulai turun, awan hitam muncul di hadapan mereka. Seketika suasana mencekam tercipta di dalam pesawat. Tentu saja, fenomena itu membuat seluruh penumpang mulai over thinking. Tanpa terkecuali, Sea.
Dirinya yang takut hanya dengan lampu mati itu tentu saja akan semakin ketakutan saat menghadapi situasi seperti ini. Sea mulai ketakutan, pikiran yang sangat luas itu membuatnya tidak mudah untuk berpikir positif. Selalu hal-hal terburuk yang pertama kali hadir di kepalanya.
Tangan Sea bergetar hebat, dia ketakutan. Berulang kali dia mencoba untuk menenangkan diri sendiri dengan pikiran-pikiran yang positif.
Sampai pada akhirnya pesawat terasa bergoyang. Menandakan mereka sedang melewati badai di atas sana.
Hujan serta awan hitam masih setia menunjukkan dirinya. Sea pun memutuskan untuk memejamkan mata dan mengalihkan pandangannya dari luar jendela.
Ia tidak ingin ketakutan itu bertambah besar. Karena tidak ada Kian di sini—di sampingnya—jadi Sea harus menyakinkan diri sendiri agar tidak takut.
Sampai pada akhirnya ada pengumuman dari Cabin Crew yang mengatakan mereka akan merasakan turbulensi hebat, dan meminta semua penumpang untuk mengeratkan sabuk pengamannya. Sea panik seketika.
Tanpa aba-aba turbulensi datang. Pesawat kembali bergoyang. Sea semakin ketakutan. Segala upaya telah ia coba untuk tidak takut. Namun gagal. Sea tidak bisa mengatasi ketakutannya sendiri.
Tangan Sea bergetar hebat sekali lagi. Dan ketika pesawat semakin terasa bergoyang dengan posisi menukik ke atas, Sea spontan mencengkeram lengan laki-laki yang duduk di sebelahnya itu. Laki-laki itu terkejut, dan merasa sakit secara bersamaan. Bagaimana tidak, Sea mencengkeram sangat kuat hingga kuku-kukunya terasa akan menembus kulit laki-laki itu.
Laki-laki itu berusaha untuk menahan rasa sakitnya, dia menggigit erat bibir bawahnya. Diperhatikannya wajah Sea yang terlihat sekali sangat ketakutan. Mata Sea terpejam, cengkeraman tangannya semakin kuat. Laki-laki itu yakin, tangannya sudah berdarah.
Sea terkejut saat tangannya terasa digenggam oleh seseorang, namun ia tidak berusaha melepaskan genggaman itu. Tiba-tiba dirinya merasa tenang dan aman, karena rasanya seperti menggenggam tangan Kian. Mereka saling menggenggam untuk saling menguatkan satu sama lain.
•••
Turbulensi semakin parah, pesawat bergoyang ke kanan dan ke kiri. Tubuh keduanya pun ikut terguncang.
Genggaman tangan keduanya semakin erat. Rasanya ada sebuah pesan tersirat dari genggaman itu. Mereka seolah berkata, semua akan baik-baik saja.
Guncangan semakin hebat. Sampai barang-barang di kabin pesawat berjatuhan. Menimpa penumpang yang berada di bawah.
Ketika salah satunya akan menimpa kepala Sea, laki-laki itu otomatis melindunginya dengan tangannya—tanpa Sea ketahui.
Tangan yang melindungi Sea seketika berdarah akibat kejatuhan benda berat itu, entah bagian—koper—mana yang mampu membuat tangannya terluka. Laki-laki itu meringis, menahan rasa sakitnya. Dan Sea sama sekali tidak tahu akan hal itu.
Kian sudah berada di bandara saat ini, ia sudah menunggu hampir lima jam lamanya, kemudian tiba-tiba ia menjadi gelisah memikirkan adiknya.
Harusnya Kian tidak boleh berpikiran seperti ini, bukankah dia sendiri yang tadi meminta adiknya untuk memikirkan hal-hal yang positif?
Kian berusaha menenangkan dirinya sendiri dan mencari kabar tentang pesawat yang ditumpangi oleh Sea.
Apalagi maminya yang kini sudah mulai cerewet meneleponnya berkali-kali, menanyakan keberadaan mereka berdua.
"Abang di mana, udah ada kabar dari Sea?"
"Belum, Mi. Mami jangan khawatir. Sea pasti baik-baik aja."
"Ya ampun, Bang. Mami nggak tenang kalau belum dapat kabar dari Sea."
"Mi, tenang. Jangan panik dulu. Kita kan belum tau. Doain aja Mi, semoga Sea nggak kenapa-kenapa."
"Iya, Bang. Kalau sudah dapat kabar langsung hubungin Mami, ya? Papi belum tau soal ini, kamu jangan kasih kabar dulu sama Papi. Biar Mami aja."
"Iya, Mi."
Sambungan telepon terputus, kegelisahan kembali Kian rasakan.
Semoga hal buruk tidak terjadi, Ya Tuhan. Doa Kian dalam hatinya.
•••••
Kian Raegan Sakhi
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Scenario [END]
Fiksi RemajaSeanna Calarenjana Sakhi, gadis berusia 17 tahun itu tidak menyangka bahwa usahanya menyayangi dan mencintai selama dua tahun tanpa status, dibalas dengan sebuah kebohongan. Hingga akhirnya ia dipertemukan kembali dengan seseorang yang berasal dari...