Aku berusaha untuk ikhlas setelah kehilangan dan berusaha untuk selalu tersenyum dari rasa sakit.•••••
Happy reading 💙❤️
Jangan lupa vote 🙆🙆🙆
"Seaaa." Teriak Kian dari kamarnya.
"Sea." Dua kali.
"Seaaaa." Tiga kali.
Sea memutar bola matanya, jengah mendengar suara berisik Kian yang sudah terdengar beberapa kali itu.
Lalu, ia dengan sangat berat hati melangkah menuju suara yang memanggilnya sejak tadi, padahal saat ini ia sedang fokus menonton drama korea kesukaannya.
"Ada apa sih, Bang? Ya ampun. Teriak-teriak dari tadi, aku nggak budek. Lagian kamar kita juga sebelahan gini." ucap Sea dengan panjang lebar saat melangkahkan kakinya ke kamar Kian.
"Terus? Dari tadi dipanggil kenapa nggak nyahut-nyahut? Apa namanya kalau bukan budek? Hm? Capek tau nggak teriak-teriak. Sakit nih tenggorokan!" balas Kian tidak kalah panjang dan dramatis, sambil melipat tangan di depan dadanya dengan tatapan kesal.
"Iya iya, maaf. Ada apa, sih?"
"Sini." Kian menepuk-nepuk sofa di sebelahnya.
Sea menurut, ia duduk dengan tatapan penuh tanya menghadap Kian.
"Gini ... Abang sudah diterima kerja di sebuah perusahaan."
"Serius???" Mata Sea membulat, tidak percaya. Namun perasaan bahagia juga ia rasakan.
Kian mengangguk,
"Selamat ya, Bang. Akhirnya, ini kan yang Abang mau." Sea memeluk erat kakak kesayangannya itu.
Kian menepuk-nepuk punggung Sea, sesekali mengelus rambutnya.
Setelah pelukan itu terlepas, Sea melihat raut wajah Kian yang tidak bisa dijelaskan. Bukankah mendapat pekerjaan itu sebuah berita bagus? Tapi mengapa ekspresi Kian mengatakan sebaliknya?
"Bang?" Sea mengangkat kedua alisnya. "Kenapa, sih? Kok kayak nggak senang gitu mukanya. Ada apa?" Kepalanya meneleng, menatap penuh selidik Kian yang sedari tadi tidak mengeluarkan sepatah kata apa pun.
"Sea?"
"Ya?"
"Abang mau jelasin sesuatu, tapi kamu dengerin dulu sampai selesai. Jangan dipotong-potong. Oke?"
Sea mengeryit, kebingungan dengan ucapan Kian. Tapi ia tetap mengangguk menuruti.
"Jadi gini ... Abang diterima di sebuah perusahaan. Perusahaan terbesar kedua di Jakarta. Terus, perusahaan itu kan punya cabang di Singapore. Baru mau dijalankan, jadi ada beberapa karyawan yang ditugaskan ke sana. Karena mereka perlu mencapai target dalam waktu kurang dari satu tahun, mereka belum mau mempekerjakan orang baru di sana. Jadi orang-orang yang di sini yang diminta pergi ke sana."
Sea hanya mengangguk-angguk mendengarkan penjelasan Kian, walaupun ia sendiri belum dapat mengerti apa inti dari semua yang Kian katakan.
"Dan ... Abang salah satu karyawan yang dipilih itu." ucap Kian dengan hati-hati.
Kian diam beberapa saat, memperhatikan ekspresi Sea yang tidak bisa di mengerti. Sea hanya menatap Kian dengan tatapan datar.
"Abang dipindahkan ke Singapore, Sea. Abang akan kerja di cabang perusahaan di sana." lanjut Kian sambil menggenggam tangan Sea—mengusapnya lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Scenario [END]
Teen FictionSeanna Calarenjana Sakhi, gadis berusia 17 tahun itu tidak menyangka bahwa usahanya menyayangi dan mencintai selama dua tahun tanpa status, dibalas dengan sebuah kebohongan. Hingga akhirnya ia dipertemukan kembali dengan seseorang yang berasal dari...