Love Scenario | 02

267 21 0
                                    


Mencintai diri sendiri berarti memahami bahwa kamu tidak perlu menjadi sempurna untuk menjadi baik.

•••••







Liburan semester akan segera tiba.
Sea terlihat sangat antusias menyambutnya, karena ia merasa lega akan terbebas dari tugas sekolah.

Sea sangat menyukai Kota Bandung—Kota kelahiran Mami. Bandung terkenal dengan banyaknya tempat wisata. Kota Kembang orang menyebutnya. Ada juga yang menyebut sebagai Paris van Java. Di sana dulu terdapat berbagai bunga-bunga yang indah, itulah sebabnya julukan itu muncul.

Tujuan utamanya mengunjungi Kota Bandung adalah Braga. Jalan Braga Bandung merupakan gudangnya wisata kuliner malam. Sea suka sekali makan, jelas Braga masuk ke dalam list liburannya.

Namun sayang, Mami dan Papi tidak bisa menemani Sea berlibur tahun ini, di karenakan pekerjaan keduanya yang tidak bisa ditinggal. Juga abangnya, Kian. Yang tidak bisa meninggalkan tugas kuliahnya. Akhirnya dia pun nekat memutuskan untuk berlibur sendiri.

Mami benar-benar takut melepas anak gadisnya pergi berlibur sendirian sejauh itu tanpa pengawasan. Berulang kali perempuan berumur tujuh belas tahun itu berusaha meyakinkan Mami dan Papi serta Kian, bahwa dia akan baik-baik saja—sendirian di Bandung.

Ada keraguan dalam diri Mami. Tapi, Papi dengan mudahnya memberi ijin. "Ini waktunya kamu mandiri, Sea." gumam Papi.

Mami hampir saja tidak menyetujui keputusan Papi, namun Kian membantunya untuk meyakinkan Mami. Akhirnya Mami setuju, tapi dengan satu syarat.  "Setiap saat harus kasih kabar ya, Sea." pesan Mami.

"Iya Mi, pasti." jawab Sea, menurut.

Bukan Sea namanya kalau tidak bisa membujuk kedua orang tuanya.

•••

Kian bertugas mengantarkan adik perempuannya ke Bandara, siang ini. Sepanjang perjalanan Kian selalu memberikan wejangan kepada Sea.

"Jangan aneh-aneh ya Sea di sana."

"Kamu sendirian, harus hati-hati."

"Jangan ngobrol sama orang asing."

"Hp kamu harus selalu aktif."

"Jangan lupa selalu kasih kabar ke kita, terutama Abang."

Dan banyaaaaak lagi. Kian memang se-over protective itu kepada Sea, adik perempuan satu-satunya.

"Iya, Bang. Jangan khawatir, aku kan udah gede aku tau kok aku harus apa."

"Nggak, kamu itu masih kecil." sanggah Kian.

"Iya iya, aku masih kecil." Sea enggan berdebat, namun tanpa sadar ia mengerucutkan bibirnya.

Membuat Kian tertawa melihat tingkah lucu Sea yang tiba-tiba merajuk. Kian mencubit bibir Sea yang dimanyunkan sambil tertawa lebih nyaring, "Gemesin, deh."

Sea mengaduh kesakitan seraya menepis pelan tangan Kian, "Abang sakit!"

Keduanya memang sering seperti itu, Kian sangat suka melihat adiknya merajuk seperti tadi. Menurutnya itu sangat menggemaskan.

Sesampainya di Bandara Soekarno Hatta, Sea bergegas turun dari mobil Jeep putih milik Kian. Dan kakak laki-lakinya itu tentu saja membantu membawakan koper miliknya.

Lagi, Kian yang over protective melanjutkan ceramahnya di sepanjang jalan memasuki Bandara. Takut jika saja adiknya melupakan pesannya di dalam mobil tadi.

"Iya Bang, aku ingat kok. Tenang aja." Sea tidak tahan dengan kicauan Kian yang kadang berlebihan baginya.

Kian mengacak rambut Sea, "Dengerin aja kenapa sih kalo abangnya ngomong, susah ya?" Kian tidak terima dengan penolakan Sea.

"Aku dengar kok, tapi nggak usah di ulang-ulang juga." Sea menghela napas.

"Dasar!" Kian menarik rambut Sea pelan.

Kian memeluk Sea erat dan mencium keningnya, sebelum memasuki waiting room. Di detik itu, Sea merasa nyaman dengan pelukan sayang dari abangnya.

Kemudian dia membalasnya dengan memberikan ciuman di pipi Kian, "Dah Abang, jangan kangen ya selama aku liburan." Pelukan itu melonggar, namun tangannya masih mencengkram jaket Kian.

"Pokoknya kalau Abang kangen, kamu harus langsung pulang." ucap Kian, yang lebih terdengar seperti sebuah perintah.

Sea hanya tertawa sambil menjulurkan lidahnya—meledek, kemudian melambai seraya memasuki ruangan.

Kian menunggu di sana, menatap adiknya sampai punggung itu tidak terlihat lagi.

•••

Setelah lima belas menit menunggu, akhirnya Sea menaiki pesawat untuk bersiap berangkat ke Bandung.

Perempuan yang memakai blouse bermotif bunga dengan warna dasar hitam dan celana jeans hitam yang dipadukan dengan sepatu kets putih itu merasa sangat excited karena tidak sabar ingin segera menjejakkan kakinya di Kota Bandung.

Perjalanan satu jam lancar, aman terkendali. Pesawat Sea landing pukul tiga sore waktu Bandung.

Ketika turun dari pesawat aroma segar khas Bandung menyeruak dirasakan oleh Sea. Hawa dinginnya membuktikan bahwa dirinya sekarang benar-benar sedang berada di Bandung.

Dia merasa senang namun juga kesepian, karena kali ini tidak ada keluarga yang menemaninya berlibur. Terlebih lagi, Sea akan berada di sini selama satu minggu penuh.

Bandung adalah kota wisata, tidak afdol rasanya jika ke sini hanya sebentar. Perlu waktu untuk menjelajahi seluruh kotanya. Sea bersemangat hanya dengan memikirkan hal itu.

Lalu, tidak lupa Sea memberi kabar kepada sang kakak mengenai dirinya yang baru saja sampai.

Seanna
Bang.

Aku udah nyampe Bandung 😘

ATM berjalan❤️
Alhamdulillah, ingat ya pesan Abang.

Jangan sampai lupa!!

Seanna
Iya abangku sayang.

Aku kan nggak mudah lupa.

ATM berjalan❤️
Ya udah, istirahat langsung.

Besok aja jalan-jalannya.

Biar kamu nggak kecapean pas malam.

Seanna
Siaap Bang.

Nanti aku kirimin ya foto-foto di sini.

ATM berjalan❤️
Kirim aja.

Biar Abang ngerasa ada di sana juga hehe.

Have fun ya, Sea.

Sea tersenyum membaca pesan dari abangnya. Sepertinya Sea sudah sangat merindukan keluarganya. Padahal baru beberapa jam saja tidak bertemu.

Sea memang tidak pernah senekat ini untuk berada jauh dari keluarganya—sendirian.

•••••

•••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Love Scenario [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang