Jawaban dari doa-doa yang ku panjatkan adalah kamu.•••••
Happy reading 💙❤️
Jangan lupa vote 🙆🙆🙆
Sudah memasuki hari kedua Sea dan Galen mensurvei tempat yang akan dijadikan bahan lomba fotografi. Ternyata mengunjungi beberapa kampung di Jakarta itu cukup sulit, tidak semudah yang dibayangkan. Mereka harus menghadapi orang-orang yang tinggal di sana, yang kadang tidak semuanya setuju jika ada orang lain mau menyorot kehidupan pribadi mereka.
Namun tidak sedikit juga yang senang jika kampung mereka menjadi bahan untuk di jadikan lomba. Mereka berpikir kelak semua orang akan tahu bahwa masih ada kehidupan yang menyenangkan di kampung, yang notabene nya sangat jauh dari jangkauan kota.
Sea sangat menyukai anak-anak, maka dari itu ia lebih banyak mengambil gambar dengan anak-anak sebagai objeknya. Saat mereka sedang bermain bola, berjalan ketika pulang sekolah, dan lain-lain.
"Capek, nggak?" tanya Galen, sesaat setelah mereka berdua duduk di bangku panjang di pinggiran rel kereta api.
"Sedikit. Tapi seru, sih."
"Minum dulu, nih." Galen menyodorkan air mineral pada Sea.
"Makasih, Gal." Sea mengambil botol minum yang tutup segelnya sudah terbuka itu.
Hubungan mereka mulai membaik, bukan karena kerjasama ini juga sebenarnya. Mungkin karena memang mereka berdua akhirnya sadar, bahwa kejadian itu sudah lama terjadi dan tidak ada yang bisa merubahnya. Saling menjauh beberapa saat dan saling membiarkan satu sama lain bahagia adalah hal yang tepat.
•••
Sea tiba di rumah pukul tujuh malam, selalu seperti itu selama dua hari ini. Mengingat jarak yang ditempuh lumayan jauh, waktunya banyak terbuang hanya untuk perjalanan pulang pergi saja.
Wajahnya penuh minyak, rambutnya sudah tidak serapi saat berangkat sekolah tadi pagi, tubuhnya lengket karena terlalu banyak berkeringat. Tampilan Sea selalu kacau seperti itu ketika pulang ke rumah.
Untuk berjalan menaiki tangga menuju ke kamar pun rasanya berat, Sea memutuskan untuk merebahkan dirinya sebentar di sofa ruang tengah. Tubuhnya direbahkannya di sepanjang sofa di ruang tamunya, matanya terpejam sangat kelelahan, bahkan sepatu pun tidak sempat di lepasnya. Tugas ini memang benar-benar menguras tenaganya.
Kian turun dari lantai dua dan melihat keadaan Sea yang sangat kacau itu, ia iba melihat adiknya terbaring kelelahan selama dua hari ini ketika pulang ke rumah. Ia mendekat ke arah Sea, kemudian duduk perlahan di lantai lalu memijat kaki Sea pelan. "Capek banget kayaknya." ucap Kian dengan nada khawatir.
"Hm." Sea hanya bergumam dengan posisi yang tidak berubah sama sekali.
"Sudah hari ke berapa nih tugasnya?"
Sea hanya mengangkat dua jari tangan nya, karena tidak mampu rasanya untuk sekedar berbicara.
"Masih lama, dong?"
"Hm." Lagi-lagi Sea hanya bergumam pelan.
"Masuk kamar sana, mandi. Nanti Abang bawain makanannya ke atas. Habis makan terus tidur. Besok masih harus berjuang lagi, kan?"
"Sebentaaaar ... lagi Bang. Aku masih nggak sanggup jalan."
Kian menggeleng menatap Sea, setelah itu Kian langsung mengangkat tubuh Sea. Digendongnya tubuh mungil itu dan dibawanya ke atas menuju kamarnya. Walaupun awalnya terkejut tapi Sea tidak menolak, ia malah mengalungkan kedua tangannya pada leher Kian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Scenario [END]
Ficção AdolescenteSeanna Calarenjana Sakhi, gadis berusia 17 tahun itu tidak menyangka bahwa usahanya menyayangi dan mencintai selama dua tahun tanpa status, dibalas dengan sebuah kebohongan. Hingga akhirnya ia dipertemukan kembali dengan seseorang yang berasal dari...