Pantai itu bukan hanya tentang pasir, tapi semua yang menghiasi lautan.
•••••
Happy reading 💙❤️
Jangan lupa vote 🙆🙆🙆
Seanna. Namanya mengandung kata laut, Kian yang memilih nama itu.
Bagi Kian melihat Sea itu adalah ketenangan-menyejukkan dan damai. Itu lah mengapa nama Sea dipilih menjadi nama panggilan untuk adiknya.
Mami dan Papi mengibaratkan Kian dan Sea seperti laut dan pantai. Mereka tidak bisa terpisah satu sama lain. Mereka memang ditakdirkan bersama. Jika tidak ada laut maka pantai tidak akan berarti-begitu pun sebaliknya.
Mereka saling melengkapi. Memancarkan keindahannya masing-masing. Sangat indah jika mereka dilihat secara bersamaan. Kian dan Sea adalah anugerah terindah bagi Mami dan Papi.
•••
Mobil Kian memasuki halaman rumah keluarga Sakhi yang sangat minimalis itu. Tidak begitu besar juga tidak begitu kecil. Sangat pas untuk mereka berempat. Mami yang memilih rumah ini. Karena Mami suka dengan halaman belakang rumahnya yang begitu luas. Di sanalah Kian dan Sea kecil dulunya bermain.
Mobil terparkir di garasi mobil rumah itu, terlihat ada mobil mewah lain berjejer di sana. Setelah mobil benar-benar berhenti, Sea langsung membuka mobil dan berlari masuk ke dalam rumah. Kian ditinggalkannya sendiri untuk membawakan kopernya. Kian tahu Sea sangat merindukan mami papinya.
"Mamiiiiiii Papiiiiiiiii, aku pulang." teriak Sea saat memasuki rumahnya.
Mami keluar dari arah dapur sambil merentangkan tangannya bersiap untuk memeluk putri cantiknya itu. "Ya ampun, Sea. Mami khawatir banget sama kamu. Kamu baik-baik aja, kan? Nggak ada yang luka, kan?" Mami berbicara setengah berbisik, karena Mami tidak mau sampai Papi mendengarnya.
"Iya, Mi. Aku nggak apa-apa kok, nih lihat aku sehat kan?" Sea sedikit menjauh agar Mami bisa melihatnya dengan jelas.
"Alhamdulillah, Mami bersyukur banget kamu baik-baik aja."
"Tapi aku bikin masalah Mi di pesawat tadi."
"Masalah? Masalah apa?"
"Mami tau kan kalau aku selalu menggenggam apapun kalau aku lagi ketakutan? Biasanya kan aku peluk siapapun buat nenangin diri, tapi entah kenapa pas di pesawat tadi aku malah nyakar tangan orang, Mi."
"Ya ampun, Sea. Beneran? Siapa yang kamu cakar?"
"Aku juga nggak tau, Mi." Sea bergerak untuk duduk di stool. "Aku nggak kenal sama orangnya, dia duduk di sebelah aku."
Mami menggeleng-geleng. "Harusnya kamu hati-hati, Sayang. Terus gimana? Lukanya parah?"
"Siapa yang luka?" Papi muncul, setelah tadi berada di kamar.
Sea kini memeluk Papi. "Sea kangen banget deh sama, Papi."
"Kamu luka, Sayang?"
"Bukan Sea yang luka. Tapi orang lain." sambung Kian.
"Orang lain?" Papi semakin bingung.
"Tadi Sea nyakar tangan orang Pi di pesawat."
"Serius?" Papi tertawa mendengar ucapan Kian. "Kok bisa?"
"Nggak ngerti juga. Sea itu kelakuannya kadang nggak jelas." Kian mendapat tatapan tajam dari adiknya setelah mengatakan itu.
"Gimana dong, Pi? Aku jadi nggak tenang, nih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Scenario [END]
Novela JuvenilSeanna Calarenjana Sakhi, gadis berusia 17 tahun itu tidak menyangka bahwa usahanya menyayangi dan mencintai selama dua tahun tanpa status, dibalas dengan sebuah kebohongan. Hingga akhirnya ia dipertemukan kembali dengan seseorang yang berasal dari...