Ting!
"Aku jemput 5 menit lagi. See you babe."
Naren tersenyum melihat pesan dari kekasihnya. Setelah membalas pesan dari sang kekasih, ia segera mengganti pakaiannya dan turun kebawah untuk menunggu kekasihnya. Mereka berjanji untuk menonton film hari ini.
Saat sampai di bawah, Naren dikagetkan dengan suara berat sang ayah.
"Mau kemana nih? Tumben wangi banget, padahal masih pagi."
Naren yang kaget pun menatap ayahnya kesal. "Ayah apaan sih ngagetin aja. Aba-aba dulu kek kalau mau nanya."
"Ya maaf Ren. Lagian kamu tumben udah rapi jam segini, mau kemana sih?" tanya Yudha; Ayah Naren.
Yang ditanya tidak menjawab, ia malah jalan mendekati Ayahnya lalu mendudukan diri di pangkuan sang ayah.
"Mau pergi sama Alfian." jawab Naren setelah ia memposisikan dirinya dengan nyaman di pangkuan Yudha. Yudha menganggukan kepalanya mendengar jawaban dari anaknya.
"Papi sama Naresh mana, Yah?" tanya Naren. Sedari tadi ia tidak melihat keberadaan papi dan saudara kembarnya itu.
Yudha menggeleng, "Ayah gatau. Ayah aja baru bangun ini."
Naren mendengus. Lalu kembali memeluk tubuh ayahnya dan menenggelamkan wajahnya di dada sang ayah. Kebiasaan Naren kalau sedang berdua dengan Ayah atau Papinya.
Yudha dengan senang hati membalas pelukan Naren. Tangannya terangkat mengusap lembut surai hitam anaknya.
"Jangan di puk puk Ayah, nanti Naren ketiduran." rengek Naren sambil menarik tangan Ayahnya. Yudha tersenyum tipis.
Ting tong!
Suara bel berbunyi membuat Naren bangun untuk membukakan pintu untuk kekasihnya. Ia tau itu kekasihnya; Alfian, sebab tadi ia mendengar suara mobil milik Alfian.
"Al." Naren langsung memeluk tubuh tinggi kekasihnya itu.
"Masuk dulu Al, pamitan sama Ayah." ucap Naren.
Alfian mengangguk. Ia segera masuk ke dalam dan mencari keberadaan ayah pacarnya. Sedangkan Naren, ia menuju kamarnya untuk mengambil ponsel serta dompetnya.
"Serius banget nontonnya Yah." ucap Alfian sambil menempatkan dirinya di sebelah Yudha.
"Papi sama Naresh mana Yah? Sepi banget." tanya Alfian.
"Gatau. Ayah aja baru bangun." sahut Yudha.
"Dih males banget jam segini baru bangun." ucap Alfian sambil memakan cookies buatan Winata; Papi Naren.
Hening. Yudha fokus sama tontonannya sedangkan Alfian sibuk nguyah. Belum ada 5 menit Alfian disini cookies di toples udah tinggal setengah.
Beberapa saat kemudian, Naren sudah kembali dari kamarnya.
"Al, ayo berangkat." ajak Naren. Alfian mengangguk dan segera berdiri menghampiri kekasihnya. Tapi sebelum itu dia menyempatkan mengambil 2 cookies lagi.
"Yah, kita jalan dulu ya." pamit Alfian ke Yudha.
Yudha menoleh lalu mengangguk, "Hati-hati kalian. Kalau pulang malem kabarin ayah." pesan Yudha untuk sepasang kekasih itu.
"Iya ayah." sahut keduanya secara bersamaan.
Setelahnya mereka berdua keluar menuju mobil hitam milik Alfian.
— DREAM —
Mereka berdua; Alfian dan Naren sudah selesai menonton film 30 menit yang lalu. Sekarang mereka sedang berada di salah satu rumah makan favorite keluarga Naren.
"Sayang mau makan apa?" tanya Alfian sambil membolak-balikkan buku menu yang ada di depannya. Yang ditanya tampak berpikir, terlihat dari jari telunjuknya yang mengetuk pelan dagunya.
"Aku mau ayam sama udang pedas manis, terus minumnya es teh." sahut Naren.
Setelahnya Alfian memanggil salah satu pelayan untuk mencatat pesanan mereka berdua.
Hening melanda saat pelayan itu pergi untuk mengambil pesanan mereka. Naren yang sibuk bertukar pesan dengan kembarannya dan Alfian hanya diam menatap Naren.
"Alpi, entar mampir ke cafe papi ya." ucap Naren tanpa menoleh ke arah pacarnya.
"Ga mau." sahut Alfian.
Naren mengangkat kepalanya menatap Alfian, heran. Tumben banget pacarnya gamau ke cafe Papi Win, biasanya dia semangat kalau diajak mampir.
"Kenapa?" tanya Naren.
Alfian membenarkan posisi duduknya, "Kamu ngomongnya ga ngadep aku, males ah."
Naren terdiam mendengar perkataan Alfian. Apaan sih ni orang untung sayang, ucap Naren dalam hatinya. Ia menghela nafas, lalu menatap Alfian. "Alfian sayang, nanti mampir ke cafe papi ya." ucapnya sambil tersenyum.
"Oke." Mendengar jawaban Alfian, Naren langsung mendatarkan raut wajahnya.
Beberapa menit kemudian, pelayan yang tadi kembali membawa makanan yang mereka pesan.
"Selamat menikmati tuan." kata pelayan itu, lalu ia membungkuk dan pergi meninggalkan mereka berdua.
"Terimakasih." ucap Naren.
Setelahnya mereka menyantap hidangan yang ada di depan mereka dengan tenang.