Dream 21

109 15 0
                                    

Setelah puas berkeliling dan membeli hampir semua makanan yang ada disana, mereka bertiga memutuskan untuk kembali ke rumah masing-masing. Lagipula jam sudah menunjukan pukul setengah 12 malam, ternyata cukup lama juga mereka berada disana.

Naren membuka gerbang rumahnya dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara, takut nanti orang rumah kebangun. Dengan langkah cepat ia berjalan menuju pintu rumahnya, mengetuk pintu itu pelan lalu membukanya. Gelap, itu yang Naren liat saat memasuki rumahnya.

Setelah menutup pintu dan menguncinya, Naren berlari menaiki tangga untuk menuju kamarnya. Namun suara sang ayah menghentikan langkahnya.

"Naren, ngapain kamu lari-lari begitu?" Ucap Yudha tiba-tiba saat melihat anaknya menaiki tangga sambil berlari.

Naren terkejut mendengar suara berat milik sang ayah. Ia menolehkan kepalanya ke arah ruang keluarga, tempat dimana Yudha berada. Saat melihat keberadaan ayahnya, Naren berbalik menuruni beberapa anak tangga yang sudah ia naiki untuk menyusul ayahnya yang berada di deoan televisi.

"Ayah ngagetin aja, untung Naren gak jatuh." Ucap Naren begitu ia mendudukan dirinya di sebelah Yudha.

"Lagian kamu udah kayak dikejar setan aja lari-lari."

"Ya kan Naren takut, yah. Gelap ini. Nanti kalau ada yang muncul dari dapur kan gak lucu."

"Gak ada apa-apa. Kalau ada yang muncul juga itu papi kamu atau adik kamu."

Yudha mengusak rambut hitam milik Naren. Heran dengan anaknya yang satu ini. Sudah tau dirinya takut gelap masih aja pulang malam.

"Udah sana kamu tidur. Besok kamu sekolah kan?"

"Iya ayah. Ayah juga tidur cepetan, jangan keasikan nonton bola, nanti di marahin papi."

"Iya sayang, ini bentar lagi selesai."

"Yaudah, Naren naik dulu. Malam ayah."

"Malam juga sayang."

Setelah itu Naren berjalan dengan cepat menuju lantai dua. Saat hendak berbelok ke arah kamarnya tak sengaja ia menabrak seseorang. Naren langsung menutup matanya agar tak melihat sosok di depannya itu. Jaga-jaga kalau itu hantu Naren tak perlu melihat wajah hantu yang jelek itu.

Sedangkan yang di tabrak memegang erat gelas yang dibawanya agar tidak jatuh.

"HUAAAA AYAH ADA HANTU!!" Teriak Naren tanpa melihat orang yang ia tabrak.

"Naren, sayang ini papi. Astaga kamu ngapain teriak sih?" Ucap Winata terkejut mendengat teriakan Naren.

Naren membuka matanya, melihat orang yang tak sengaja ia tabrak.

"Eh papi. Naren kira hantu." Sahut Naren diiringi tawa tak berdosa.

"Kamu baru pulang?"

"Udah daritadi pi, cuma nongkrong dulu sama ayah di bawah."

"Ya sudah, kamu cepetan tidur sana."

"Siap! Selamat malam papi."

"Malam juga, sayang!"

Naren kembali melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda tadi. Ia memasuki kamarnya lalu merebahkan dirinya diatas kasur empuk miliknya, tanpa melepaskan sepatu serta hoodie yang ia gunakan.

Tangannya meraih tab miliknya yang tergeletak di atas nakas, lalu membukanya dan mencari gambar wajah seseorang yang ia gambar pagi ini. Setelah menemukan gambar itu, Naren meletakannya kembali ke atas nakas.

Ia bangun untuk membuka hoodie serta sepatunya, meletakannya di sembarang tempat. Naren kembali menaiki ranjang dan mengambil tab miliknya, memandangi gambar yang ada di layar.

dream - guanren [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang