Dream 9

130 16 0
                                    

Setelah menghabiskan waktu berjam-jam di dalam bus, akhirnya rombongan kelas 12 SMA 2 tiba di hotel yang akan menjadi tempat mereka menginap selama beberapa hari kedepan.

Sekarang mereka semua sedang berada di lobi hotel menunggu arahan dari Pak Cahyo selaku pendamping mereka.

"Semua sudah turun kan?" tanya Pak Cahyo yang baru tiba di lobi.

"Sudah Pak."

"Baiklah. Pembagian kamarnya sesuai sama teman duduk kalian ya. Masing masing kamar berisi 4 orang." ucap Pak Cahyo. "Yang tadi duduk cewek cowok pisah ya kamar nya. Takutnya nanti ada kejadian yang nggak-nggak." lanjutnya.

"Baik Pak." sahut semuanya secara bersamaan.

"Tolong perwakilan satu kamar berkumpul di depan." titah Pak Cahyo. Beberapa murid langsung maju sesuai perintah Pak Cahyo. Setelahnya Pak Cahyo membagikan kunci kamar kepada perwakilan kamar masing-masing.

"Semua sudah dapat kunci kamar kan? Sekarang kalian semua istirahat, besok baru kita mulai kegiatannya." kata Pak Cahyo.

Detik berikutnya lobi yang tadinya sepi berubah menjadi ribut karena semua remaja jompo ini mengucap syukur karena akhirnya mereka bisa rebahan. Selanjutnya mereka semua berbondong-bondong menuju kamar masing-masing

- DREAM -

"Narennnnn tidur sama gue yaaaa" teriak Naresh begitu mereka berempat memasuki kamar hotel. Ya, si kembar dan pacar mereka satu kamar.

"Loh terus gue?" tanya Alfian sambil menunjuk dirinya.

Naresh yang baru saja merebahkan dirinya di kasur langsung bangun saat mendengar suara Alfian. "Sama Jenan lah." sahut Naresh sinis.

"Udah lah Al, daripada ngambek lagi anaknya." Jenandra pasrah. Daripada kelinci manisnya ini merajuk lebih baik dia menuruti ucapan kekasihnya.

Alfian mengangguk lemah. Mau gak mau Alfian juga ikut pasrah. Karena dia tahu, si kembar Na kalau ngambek suka nyuekin mereka berhari-hari.

Naren duduk dipinggir kasur sambil memperhatikan wajah kekasih tiangnya itu. Kasian banget, wajahnya melas seperti anak anjing ditinggal induknya.

"Alfian." panggil Naren pelan. Lalu dia melambaikan tangannya menyuruh kekasihnya itu mendekat.

Alfian mendekat lalu duduk dibawah Naren. Kepalanya ia sandarkan di paha kekasihnya. Tangan yang lebih mungil terangkat guna mengusap lembut kepala yang ada di pahanya.

"Lemes banget kayaknya." kata Naren.

Alfian mengangkat kepalanya agar bisa menatap wajah Naren. "Hmm... iya, soalnya bentar lagi kita bakal pisah." sahut Alfian pelan. Dia memejamkan matanya menikmati usapan tangan Naren dikepalanya.

"Pisah? Emang kamu mau kemana?" Naren bingung, kenapa tiba-tiba pacarnya ngomong kayak gitu.

Alfian tertawa pelan, "Nggak kemana-mana." Hening sejenak sebelum Alfian membuka suara lagi. "Mau jalan-jalan gak yang? Mumpung masih sore." tanya Alfian.

Naren menoleh sebentar ke arah kembarannya yang sedang tidur, lalu menatap kembali menatap Alfian.

"Ayo." seru Naren. "Jen nitip Naresh ya, nanti kalau bangun bilangin gue keluar bentar." pesan Naren ke Jenandra yang sedari tadi bermain game di ponselnya yang dibalas dengan acungan jempol oleh Jenandra.

- DREAM -

Alfian dan Naren saat ini sedang berada di taman dekat hotel tempat mereka menginap. Mereka sudah meminta ijin kepada Pak Cahyo, tapi dengan syarat ponsel salah satu dari mereka harus tetap aktif.

Mereka berdua sedang berjalan santai disekitar taman. Ternyata banyak anak sekolah mereka yang ada di taman ini. Tak terkecuali Rara, Hyangga, Haekal, dan Raka.

"Kal!" sapa Naren dari jauh begitu melihat keberadaan teman sekelasnya.

Haekal merasa ada yang memanggil segera menolehkan kepalanya ke belakang dan mendapati teman mungilnya itu sedang berlari kearahnya.

"Oi, Naresh sama Jenandra mana?" tanya Haekal saat Naren sudah berada tepat di depannya.

"Naresh tidur. Jenandra jagain Naresh tidur." jelas Naren yang membuat Haekal membulatkan mulutnya mengerti. "Yaudah kalau gitu kalian lanjut aja, gue mau ke Alfian."

"Iya sana."

Setelah nya Naren berlari menuju kearah Alfian yang sedang mengantre untuk membeli pop ice di salah satu dagang disana. Sampainya disana Naren langsung memeluk Alfian dari belakang mengabaikan orang-orang yang menatap mereka.

Duh.. dunia berasa milik berdua ya, yang lain cuma singgah doang.

"Capek." ucap Naren dengan nafas yang terengah. Jarak tempat Haekal dengan penjual pop ice lumayan jauh. Jadi tenaga Naren lumayan terkuras karena lari.

"Duduk yang, nanti aku bawain minumnya." suruh Alfian ke pacar munggilnya yang langsung diangguki oleh si mungil.

Naren melepas pelukannya lalu berjalan menuju kursi yang tidak jauh dari sana. Ia mendudukan dirinya disana sambil menatap sekeliling. Tiba-tiba matanya tertuju pada satu titik yang menarik perhatian Naren.

"Cotton candy!" pekik Naren. Segera ia melangkahkan kakinya menuju penjual cotton candy yang berada beberapa langkah dari tempatnya duduk.

"Pak, mau yang pink satu ya." ucapnya saat dia sudah di depan si penjual.

"Oke, tunggu sebentar ya."

Sembari menunggu Naren mengedarkan pandangannya untuk melihat keberadaan pacarnya. Lama banget ngantre nya, batin Naren saat melihat pacarnya masih berdiri disana.

"Dek, ini permennya." panggil si penjual saat permen milik Naren sudah siap.

"Gede banget! Makasih, pak. Ini uangnya, sisanya buat bapak aja." ucap Naren sambil menyerahkan uang berwarna biru.

"Tapi ini banyak banget dek, permen yang bapak jual aja cuma 15 ribu."

Naren menggeleng saat melihat si bapak ingin memberikannya kembalian. "Gak usah pak, anggap aja itu rejeki bapak." Setelah mengucapkan itu, Naren membungkukan badannya lalu pergi menuju Alfian yang sudah mendapat pesanannya.

Alfian melihat sekeliling untuk mencari keberadaan pacar mungilnya itu. Takut pacarnya diculik oleh om-om, secara badan pacarnya terbilang mungil untuk seukuran anak SMA.

"Al." sapa Naren begitu tiba di dekat kekasihnya. Ditangannya terdapat permen kapas yang dibungkus oleh plastik.

"Kamu abis darimana?" tanya Alfian khawatir.

"Dari situ." Naren menunjuk penjual permen kapas tadi.

Alfian menyerahkan pop ice yang sedari tadi ia dipegang untuk pacarnya, lalu ia mengambil tangan Naren untuk dikaitkan ke lengannya.

"Balik yok, udah mau gelap." ajak Alfian yang langsung diangguki oleh Naren.

Naren yakin nanti begitu mereka sampai di hotel, Naresh akan merajuk karena dirinya tidak diajak pergi oleh kakak kembarnya. Tak apa, Naren punya permen kapas untuk membujuk adiknya.

dream - guanren [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang