Benar dugaan Naren, adik kembarnya itu merajuk. Naresh langsung menyelimuti dirinya dengan selimut saat melihat mereka berdua memasuki kamar hotel.
Naren menaruh minuman dan permen kapasnya diatas meja. Lalu menghampiri adiknya yang tengah merajuk itu.
"Nana, gue bawa cotton candy lo mau gak?" tanya Naren sembari memeluk tubuh kembarannya.
Naresh membuka selimut yang menutupi wajahnya begitu mendengar kata cotton candy. Dua anak Bapak Yudha Adhitama ini memang addicted sama yang namanya cotton candy.
"Candyyy? Bentuk kinci?" tanya Naresh dengan mata berbinarnya.
"Nggak."
Mendengar itu Naresh kembali cemberut. Tapi sedetik kemudian wajahnya kembali cerah, "Yaudah lah. Ayo Naren kita makan." ujarnya semangat.
"Ayooo." balas Naren tak kalah semangat.
Mereka berdua gak tau aja kalau dua orang dominant yang ada disana sedari tadi nahan gemas melihat mereka berdua.
"Jen.." panggil Alfian pelan, yang dibalas dehaman oleh Jenandra.
"Gemes banget anjinggggg" pekik Alfian sambil menggigit tangannya sendiri.
— DREAM —
Saat ini seluruh siswa SMA 2 sedang berada di restoran yang ada di dalam hotel tersebut. Duduk dimeja dengan tenang sambil menunggu giliran untuk mengambil makanan. Disini sistem makanannya prasmanan sesuai permintaan Pak Cahyo ke pihak hotel.
Fyi, yang punya hotel ini keluarganya Jenandra. Keluarga yang bisa dibilang paling kaya se-Indonesia.
"ANJING JENANDRA LO NGAPAIN BUNUH GUE BAMSAT!" teriak Alfian saat karakter game yang dia gunakan ditembak oleh Alfian. Untungnya disana tidak ada orang lain selain siswa dan guru SMA 2. Iya lah, orang hotelnya udah di booking sama yang punya, khusus buat SMA 2.
Selagi menunggu giliran untuk mengambil makan Alfian dan Jenandra memutuskan untuk bermain game sebentar. Mereka heran kenapa meja sebelah gak selesai-selesai ngambil makannya.
"Ya kan lo musuh gue tolol."
"Oh iya."
Setelah menunggu beberapa saat akhirnya karakter yang digunakan Alfian kembali hidup dan ia melanjutkan permainannya. Dilihatnya karakter yang digunakan Jenandra sedang berusaha untuk membunuh prajurit-prajuritnya, Alfian dengan cepat menyerang Jenandra bertubi-tubi hingga karakter yang digunakan Jenandra mati.
Umpatan Jenandra hampir keluar kalau saja suara Naresh tidak menginterupsi mereka.
"Makan." kata Naresh sambil menyerahkan piring milik Jenandra yang sudah berisi nasi serta lauk.
Jenandra mengernyit heran, "Lah kapan kamu ngambil ini? Perasaan daritadi kamu gak ada gerak sama sekali."
"Ya kamu nya fokus nge game terus daritadi." sahut Naresh cuek. Lalu dia memakan makanannya dengan tenang.
Selang beberapa detik Naren datang membawa dua piring yang sudah berisi nasi dan lauk. "Makan Al. Nge game mulu." ucapnya begitu tiba di meja.
"Iya."
Alfian segera menyantap makanannya dengan ponsel yang masih menyala di tangan kirinya menampilkan game yang ia mainkan tadi. Naren yang melihat itu dengan cepat merampas ponsel milik kekasihnya dan meletakannya di kantong hoodie nya.
Naren paling tidak suka melihat orang yang sedang makan sambil memainkan ponselnya.
Alfian menoleh kearah kekasihnya yang sedang menikmati makannya seperti tidak melakukan apa-apa. Alfian menghela nafas, ia melanjutkan makannya dengan cepat agar bisa memainkan game lagi.
— DREAM —
"Ay, handphone ku mana?" pinta Alfian ke Naren.
Naren menoleh kearah Alfian lalu mengedikan bahunya, "Gatau." jawab Naren singkat.
Saat ini mereka sedang berada di sekitaran Malioboro. Menikmati angin malam di kota Jogja. Tadi setelah selesai makan malam, Pak Cahyo mengajak seluruh siswa untuk berjalan-jalan ke daerah Malioboro. Yang mau-mau aja, yang mager dibiarin tidur di hotel.
"Yang~" rengek Alfian. Tangannya menggoyangkan lengan kekasihnya pelan. "Gak lagi deh makan sambil main hp."
Naren menghela nafas. Mengambil ponsel milik kekasihnya dari saku celananya kemudian menyerahkannya kepada si pemilik. Wajah Alfian seketika berubah cerah ketika melihat ponselnya, ia langsung mengambil ponselnya kemudian menaruhnya di saku celananya
Alfian menarik tangan mungil Naren lalu dimasukkan ke kantong hoodie yang ia kenakan.
"Al, mau itu." kata Naren sambil menunjuk salah satu pedagang yang ada disana.
Alfian mengikuti arah yang di tunjuk oleh kekasihnya kemudian mengangguk. "Tunggu disini ya, jangan kemana-mana."
"Iya."
"Pak, saya mau kesana dulu ya, mau beliin Naren jajan." Alfian meminta ijin terlebih dahulu ke Pak Cahyo yang duduk tidak jauh darinya.
"Yaudah. Cepetan ya, abis ini kita balik."
Alfian mengangguk mengiyakan lalu berlari menuju pedagang yang dimaksud Naren.
Bosan menunggu Alfian yang sedang mengatre untuk membeli pesanannya, Naren bergeser agar ia duduk disebelah Pak Cahyo yang sedang fokus dengan ponselnya.
"Diliat-liat udah ada kemajuan nih." ucap Naren saat dia sengaja melihat ponsel Pak Cahyo yang menampilkan percakapan dengan salah satu guru di sekolahnya.
"Iya dong. Dek Bagas mana bisa nolak pesona saya." sahut Pak Cahyo bangga. Pak Bagas ini guru seni budaya yang ngajar kelas 12 di SMA 2.
"Cih. Itu juga dibantuin kelasnya Alfian." cibir Naren.
"Y."
"Dih, untung lo guru gue."
Detik berikutnya Pak Cahyo berdiri dan menghampiri siswa yang lain untuk diajak kembali ke hotel. Meninggalkan Naren yang masih menunggu Alfian.
Biarlah jugaan mereka udah tau jalan pulang.
"Loh pak kok udah mau balik? Alfian nya masih ngatre loh." ucap Naren sedikit berteriak karena posisinya lumayan jauh dengan Pak Cahyo.
"Kalian balik sama Pak Agus aja. Dia lagi nemenin anaknya beli gulali disana."
Pak Cahyo menunjuk salah satu pedagang gulali yang ada disana. Naren mengikuti arah yang ditunjuk oleh guru nya itu dan benar saja disana ada Pak Agus beserta putri kecilnya sedang memilih gulali mana yang akan dibeli.
"Oke."
Setelah mendengar jawaban Naren, Pak Cahyo beserta murid lainnya berjalan menuju hotel tempat mereka bermalam. Sementara Naren, ia memilih untuk menyusul kekasihnya karena sedari tadi ia merasa ada yang memperhatikannya dari belakang.
— DREAM —
Makin kesini makin gak jelas ini cerita. Dahlah. Bye.