"Ren, aku mau nanya" ucap Alfian memecah keheningan di dalam mobil. Saat ini mereka dalam perjalanan pulang setelah dari cafe Winata.
Naren mengalihkan pandangannya dari jalanan lalu menatap Alfian, "Apa? Awas kalau aneh-aneh."
Bukannya gimana, Naren tau kalau isi otak pacar tiangnya ini random banget. Dulu, awal pacaran Naren pernah ditanya gini sama Alfian,
"Tau ga kenapa gajah dinamain gajah?"
Naren menatap Alfian bingung, "Kenapa?"
"Karena g ajah."
"Apasih. Prik." ucap Naren seraya memukul pelan kepala Alfian.
Alfian melirik pacar mungilnya sebentar, lalu kembali fokus ke jalanan yang ada di depannya. "Serius ini. Aku kepikiran ini dari kemaren."
"Apa?" kata Naren yang sudah siap dengan semua umpatannya kalau pertanyaan pacar tiangnya ini sama seperti dulu.
Alfian menatap Naren dengan serius. "Kalau apartemen berantem namanya tetep apartemen atau berubah jadi aparmusuh?"
Naren menghela nafas lalu tersenyum. Ia mengangkat tangannya tinggi-tinggi dan yang terjadi selanjutnya adalah
PLAK!
Kepala belakang Alfian jadi sasaran geplakan Naren. Beruntung mereka masih di lampu merah, jadi ya aman kalau mau mukul Alfian lagi. Saking kesalnya, semua umpatan yang Naren siapkan tadi tidak jadi keluar.
Kayaknya Naren demen banget mukul kepala Alfian.
"Al, nanti di depan berhenti ya."
"Loh kenapa? Kan rumah masih jauh."
"Aku naik bis aja. Cape aku Al sama kamu, makin hari makin prik."
Sesuai perintah Naren, Alfian menghentikan mobilnya di depan toko yang sudah tutup. Dengan segera Naren melepaskan seatbeltnya dan keluar dari mobil. Alfian tidak tinggal diam, dia langsung menyusul kekasihnya keluar.
"Ngapain kamu ikut turun? Sana balik." ucap Naren saat melihat kekasihnya berada di sebelahnya. Alfian mengedikan bahunya, lalu meraih tangan pacarnya untuk di genggam.
- DREAM -
"Ihh lucu." pekik Naren saat melihat permen kapas dengan berbagai bentuk. "Al~ mau itu, yaa?" pinta Naren sambil menunjuk penjual permen kapas tersebut.
Sekarang mereka lagi ada di pasar malam, yang kebetulan dekat dengan tempat Alfian menghentikan mobilnya. Awalnya Naren gak mau diajak kesini, tapi karena dia ngeliat ada penjual permen kapas, jadinya dia nurut aja.
"Kan tadi udah yang." kata Alfian sambil mengelus tangan Naren yang masih di genggamannya.
Naren melepas genggaman tangan Alfian saat mendengar jawaban dari kekasih tiangnya itu, lalu jalan menuju penjual cotton candy tersebut. Kalau kekasihnya tidak mau membelikannya, ia masih bisa beli sendiri.
Setelah beberapa menit menunggu akhirnya pesanan Naren siap. Ia menyerahkan selembar uang merag kepada si penjual, "Kembaliannya ambil aja pak."
"Tapi ini kebanyakan dek."
"Gapapa pak, anggap aja itu rejeki bapak malem ini." ucap Naren sambil tersenyum. Aduh baik sekali anak bapak Yudha Adhitama ini.
"Makasi banyak ya dek."
Naren mengangguk, setelahnya ia pergi untuk mencari tempat duduk. Ajaran Ayah Yudha kalau makan atau minum itu gak boleh berdiri. Naren masih mengabaikan kekasihnya yang sedari tadi mengikutinya.
Saat sedang asik menikmati cotton candy nya, tiba-tiba Naren merasakan ada yang menarik pelan lengan bajunya. Ia menolah kesamping dan mendapati wajah melas kekasihnya.
"Apa?" tanya Naren dengan nada ketusnya.
Mata Alfian berkaca-kaca, "Jangan dicuek in." rengek Alfian. Jujur dia paling gak bisa dicuek in sama Naren.
Sebenarnya Naren masih pengen diemin pacarnya. Tapi karena gak tega liat wajah pacarnya yang udah kayak anak kecil, jadi dia udahin acara diemin pacarnya, "Iya, nggak. Udah gausah nangis gitu, malu diliatin sama bocil."
Alfian mengusap air matanya yang hampir terjun di pipinya. Raut wajah yang tadinya suram berubah menjadi ceria. Persis kayak bocil dikasih permen sama mamaknya.
"Mau main dulu ga?" tanya Alfian. Naren melirik sebentar jam yang melingkar indah di tangannya sebelum akhirnya mengangguk.
Melihat itu Alfian langsung menarik tangan Naren menuju permainan yang ada disana. Mereka mencoba semua wahana mulai dari yang kecil hingga yang besar. Senyum bahagia tercetak jelas di wajah keduanya. Walaupun cuma di pasar malam, mereka bisa buat kenangan indah berdua.
Jam menunjukkan pukul 10 malam yang artinya mereka harus menyudahi kencan dadakan mereka hari ini, eh ini bisa disebut kencan kan?
"Yang, ayo pulang udah jam 10." ajak Alfian ke Naren yang sedang memakan asik corndog.
"Nanti Al, kita belum naik itu." kata Naren sambil nunjuk bianglala di depannya.
"Abis naik itu pulang ya?"
Naren mengangguk, dengan cepat ia menghabiskan corndog miliknya. Lalu menarik tangan Alfian untuk mengantri agar bisa menaiki bianglala di hadapannya ini.