Dream 15

108 16 0
                                    

Berjam-jam mereka duduk di dalam bus selama itu pula mereka terus beradu bacot satu sama lain. Sampai-sampai Pak Cahyo sebagai pendamping mereka bingung harus dengan cara apa menenangkan mereka semua.

Sampai akhirnya bus memasuki kawasan SMA 2. Saat Pak Cahyo hendak memberi tau kan bahwa mereka akan segera tiba di sekolah, ia terdiam melihat anak-anaknya tertidur.

"Perasaan tadi masih ribut. Kapan mereka tidurnya?" Gumam Pak Cahyo.

Pak Cahyo menggeleng pelan, mau tidak mau ia harus membangunkan mereka semua. Pertama ia akan membangunkan Haekal dan selanjutnya ia akan menyuruh muridnya itu untuk membangunkan yang lainnya karena pasti Haekal mempunyai 1001 cara untuk membangunkan teman-temannya.

"Kal, bangun. Udah sampe." Ucap Pak Cahyo sambil menggoyangkan pelan lengan Haekal.

Haekal yang merasa tidurnya terusik lantas membuka mata dan menoleh siapa yang mengusiknya.

"Eh bapak. Kenapa pak?" Tanya Haekal sembari meregangkan tubuhnya yang sedikit sakit akibat tidur dengan posisi duduk.

"Udah mau sampai. Kamu bangunin yang lain gih."

"Siap pak!"

Haekal yang mendengar itu langsung semangat, kesukaannya dia nih. Senyum lebar terbit di bibir tipisnya. Haekal diam sebentar untuk memikirkan cara untuk membangunkan teman-temannya. Beberapa detik kemudian, Haekal bangun dari kursinya lalu berjalan ke depan.

"WOIII BANGUN!!!! BUS NYA KEBAKARAN!!" Haekal berteriak heboh, sampai-sampai sopir bus terkejut mendengar suaranya. Sedangkan Pak Cahyo hanya bisa menutup telinganya agar tidak sakit akibat suara melengking Haekal.

Dan gotcha!!!!

Seluruh penghuni bus 2 membuka matanya dan menatap sekeliling dengan ekspresi panik. Tidak ada asap.

"BAJINGAN MEMANG ANAK NYA SI JONNATHAN!" Jenandra berteriak sembari memegangi kepalanya, pusing karena di bangun kan secara tiba-tiba.

"GUE BILANGIN BAPAK LO YE KAL!" Alfian yang baru sadar ikut meneriaki Haekal yang berada di depan.

"Sorry sorry. Gue di suruh Pak Cahyo buat bangunin kalian soalnya bentar lagi sampe sekolah." Ucap Haekal dengan cengiran khasnya.

Setelah itu keadaan bus kembali tenang, Haekal pun sudah kembali ke tempat duduknya.

"WOI ADA YANG BAWA FRESHCARE GAK?" Belum ada 5 menit, suara teriakan kembali terdengar dari arah belakang. Semua menoleh ke arah suara dan mendapati Alfian yang sedang berdiri menunggu jawaban dari teman-temannya.

Rara mengangkat tangannya yang memegang botol kecil, sepertinya itu yang di butuhkan oleh Alfian.

"Gue bawa. Buat apaan emang?" Tanya Rara sambil menyerahkan botol kecil itu.

"Buat Naren. Pusing sama mual katanya." Sahut Alfian. Tangannya menerima botol kecil itu lalu mengoleskannya ke pelipis Naren. Lalu membawa kepala kekasihnya untuk bersandar di bahunya.

"NAREN TEKDUNG??" Heboh Haekal.

Naren memejamkan matanya mendengar teriakan Haekal tangannya meremas tisu yang sedari tadi ia genggam, lalu melemparnya ke arah Haekal.

"MULUT LO BACOT BENER KAL!" Balas Naren jengah. Ia capek mendengar suara Haekal.

"Sabar sayang sabar."

- DREAM -

Seluruh siswa kelas 12 SMA 2 berkumpul di halaman sekolah setelah turun dari bus masing-masing. Sebelum pulang, Pak Agus mengumpulkan mereka semua untuk memeriksa apakah semua sudah berada di sekolah atau ada yang tertinggal disana. Pak Agus mulai menyebutkan satu per satu nama murid yang ikut serta dalam kegiatan studi tour ini.

Setelah semua beres, Pak Agus membubarkan barisan tersebut dan mempersilahkan mereka untuk pulang.

Naren mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan ayah dan papinya. Tadi Yudha mengabari anak-anaknya kalau ia sudah menunggu di sekolah. Naren melihat ayah serta papinya yang tak jauh dari bus yang mereka tumpangi tadi.

"PAPI!!" Seru Naren. Ia berlari menuju kedua orang tuanya dan langsung disusul oleh kembarannya.

"Sayang, pelan-pelan." Peringat Alfian, mengingat kekasihnya sedang tidak enak badan.

"NARESH JANGAN LARI!" Jenandra meninggikan suaranya untuk memperingati Naresh. Mereka berdua melangkah dengan cepat agar bisa menyusul para kekasih mereka yang sudah berada di depan sana.

Sedangkan Yudha dan Winata tersenyum mendengar teriakan dari kekasih kedua anaknya. Seperhatian itu mereka terhadap kekasihnya masih-masing.

"Halo sayangnya ayah." Kata Yudha sambil merentangkan tangannya bersiap menerima salah satu anak kembarnya.

"AYAH!" Naresh berteriak, lalu melompat ke dalam pelukan sang ayah.

"Kangen ya kamu sama ayah?" Tanya Yudha yang di balas gumaman oleh Naresh.

Yudha mengelus surai hitam anaknya dengan lembut. Begitu juga dengan Winata, ia juga melakukan hal yang sama ke Naren. Dua orang lainnya hanya diam sambil melihat anak dan ayah itu berpelukan.

"Oh iya Jen, kamu pulang bareng ayah ya. Tadi si Jeff ngabari kalau dia sekarang harus ke Bali. Terus kamu juga di suruh nginep di rumah." Ucap Yudha setelah melepas pelukannya. "Kamu juga Al, nginep aja di rumah." Lanjutnya.

"Oke, biasanya juga nginep kan yah." Sahut Alfian.

"Iya. Barusan papa ngabarin Jenan." Jawab Jenandra.

"Jen, Al, itu tas nya tarus di belakang aja." Ucap Winata saat melihat kekasih anak-anaknya kesusahan membawa tas di masing-masing tangan mereka. Winata yakin itu tas milik anak-anaknya.

Jenandra dan Alfian mengangguk, lalu mereka membuka bagasi mobil dan meletakan tas yang sedari tadi mereka bawa. Saat hendak kembali ke tempat semula, ponsel Alfian berdering menandakan adanya panggilan masuk.

"Jen, gue angkat ini dulu ya." Kata Alfian sambil mengangkat ponselnya. Yang dibalas anggukan oleh Jenandra.

"Loh Alpi mana, Jen?" Naren bertanya saat ia tidak melihat kekasihnya bersama Jenandra.

"Lagi angkat telpon." Sahut Jenandra. Naren mengangguk mengerti.

"Yaudah kita tunggu di dalam mobil aja. Disini panas." Usul Winata yang di setujui oleh mereka semua.

Beberapa menit kemudian, Alfian akhirnya menyelesaikan acara menelponnya. Lalu ia kembali ke tempat dimana mobil Yudha parkir. Saat tiba disana, ia tak melihat siapa pun. Tanpa pikir panjang, Alfian mengetuk kaca mobil di sebelahnya meminta untuk di bukakan pintu agar ia bisa masuk.

"Siapa yang nelpon, Al?" Tanya Yudha.

"Papa. Katanya besok mereka balik kesini. terus Al disuruh jemput." Jelas Alfian.

Yudha yang mendengar itu hanya ber 'oh' saja. Teman sekaligus adik kelasnya saat sekolah menengah akan kembali kesini setelah beberapa bulan menetap di negara tetangga.

— DREAM —

dream - guanren [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang