Dream 11

139 16 6
                                    

Hari pertama study tour diawali dengan mengunjungi sebuah tempat bersejarah yang ada di Jogja.

Seluruh siswa sudah bersiap di depan lobi hotel menunggu bis yang akan mengantar mereka ke tempat tujuan. Mereka akan mengunjungi dua tempat untuk hari ini.

Sembari menunggu bis yang akan mengantar, Pak Cahyo dan semua guru pembimbing lainnya memberikan arahan kepada seluruh siswa dan berdoa agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan selama kegiatan ini berlangsung.

"Paham semua?" tanya Pak Agus setelah Pak Cahyo menyelesaikan ucapannya.

"PAHAM PAK!" jawab semua siswa dengan serentak.

"Nah sekarang kalian boleh masuk ke bus masing-masing. Pelan-pelan!" Pak Agus meninggikan suaranya saat melihat murid-muridnya saling mendorong saat masuk ke dalam bus.

Setelah memastikan semua siswanya masuk ke dalam bus, semua guru yang mendampingi pun ikut menyusul.

Pak Cahyo mendapat tugas untuk mendampingi siswa di bus 2, yang mana isinya udah kayak setan semua.

"Pak duduk sini pak!" panggil Raka yang kebetulan ia duduk sendiri.

"Loh kamu sendiri Rak?" tanya Pak Cahyo.

Raka mengangkat bahunya acuh, "Tadinya saya sama Nanda, tapi sekarang gak tau dia kemana."

"Oh Nanda. Kemarin malem dia gak enak badan, jadi dianya bapak suruh istirahat di hotel."

"Sendiri?"

"Nggak lah. Ada Buk Jenni yang nemenin."

"Ohhhh..."

Kita beralih ke bagian belakang. Dimana tempat para perusuh berkumpul. Sebenarnya Raka salah satu bagian dari mereka, tapi saat ini baterai Raka belum penuh makanya dia memilih untuk diam di bangkunya.

Keadaan di belakang sana tidak baik. Haekal yang sedang ketawa hingga menangis, sedangkan yang lain sudah lemas karena tertawa. Entah apa yang mereka tertawakan hingga begitu.

"Udahan anjir perut gue sakit." ujar Naresh sebagai orang pertama yang berhasil menghentikan tawanya.

"Hahh... Diem lo semua!" Kali ini Haekal yang bersuara. Ia sudah lelah tertawa.

"Anjing emang lo Ra!" umpat Hyangga ke Rara yang masih mengatur nafasnya.

Rara mengangkat tangannya menghentikan ucapan Hyangga yang akan keluar dari bibirnya, "Diem Yang. Gue capek."

Lima belas menit berlalu, keadaan di kursi belakang sudah membaik. Para perusuh yang tertawa tadi kini tertidur pulas karena lelah tertawa, kecuali Naren dan Alfian. Sepasang kekasih itu sedang mengobrol santai.

— DREAM —

Bus memasuki area parkir yang disediakan di tempat yang mereka tuju. Butuh sekitar kurang lebih 1 jam untuk sampai disana.

Sekarang para siswa sedang berkumpul di depan pintu masuk untuk mendengar arahan dari orang yang akan mengajak mereka berkeliling.

"Yang, tasnya aku bawain sini." Alfian mengulurkan tangannya meminta agar sang kekasih memberi tas miliknya.

Naren menatap uluran tangan Alfian lalu menggeleng, "Aku aja. Gak berat juga."

"Ohh yaudah, tangan kamu aja siniin."

Langsung saja Alfian menggenggam tangan mungil kekasihnya.

"Kok tangan kamu makin mungil yang?" tanya Alfian sambil membolak balikkan tangan kekasihnya.

"Tangan kamu aja yang kayak tangan titan." sahut Naren, lalu menarik tangan Alfian untuk menyusul rombongan yang sudah masuk ke dalam.

Di dalam sana seseorang yang bertugas untuk menemani mereka, sebut saja Pak Bambang, menjelaskan segala hal yang ia ketahui tentang benda-benda yang terpajang di dalam rak kaca. Sesekali menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh salah satu siswa.

Seluruh siswa merekam apa yang dijelaskan oleh Pak Bambang untuk ditulis ulang saat ujian akhir nanti. Ini salah satu tugas yang diberikan Buk Mina sebagai salah satu guru yang mengajar sejarah wajib di SMA 2.

"Nah semuanya, karena sudah memasuki jam makan siang, sebaiknya kita beristirahat sebentar sebelum lanjut mengelilingi tempat ini." Ucap Pak Bambang saat jam yang ada disana berbunyi menunjukkan waktu makan siang.

Setelah sekitar 1 setengah jam berkeliling, akhirnya mereka mendapat waktu untuk beristirahat. Beberapa siswa membawa diri mereka menuju keluar gedung tersebut untuk membeli makan siang. Sementara sisanya memilih untuk berdiam diri di bawah pohon rindang yang tidak jauh dari parkir bus.

"Capekkk!" Naren mengeluh begitu ia mendudukan dirinya.

"Minum yang. Abis itu aku beliin makan." titah Alfian sembari menyerahkan botol minum. Naren dengan senang hati mengambil botol minum yang kekasihnya berikan.

"Mau makan apa?" tanya Alfian saat Naren sudah menyelesaikan minumnya.

Naren meletakkan telunjuknya di dagu; berpikir, "Hm... samain aja kayak kamu Al, aku gak tau mau makan apa."

Alfian mengangguk. Lalu ia beranjak menuju salah satu pedagang yang ada disana.

Beberapa menit setelah kepergian Alfian, Naresh beserta pacar sipitnya datang menghampiri Naren. Ia mengambil tempat duduk disebelah kembarannya lalu menyenderkan kepalanya di bahu Naren.

Tak ada percakapan diantara mereka bertiga. Sampai akhirnya suara ponsel milik Naresh berdering menampilkan nama sang ayah.

"Halo ayah." Sapa Naresh saat wajah ayahnya muncul di lanyar ponselnya.

"Halo twins. Kalian udah makan?" Tanya Yudha.

"Naresh udah." Jawab Naresh dengan senyum cerianya

"Naren?"

"Masih di beliin sama Al. Ayah sama papi udah makan?"

"Udah sayang."

"Papi mana yah?"

Yudha tidak menjawab, ia mengarahkan kamera ponselnya kearah Winata yang sedang sibuk dengan laptop di depannya.

"Papiii!!!" Naresh memekik saat melihat wajah sang papi.

"Sayang, Naresh sama Naren nanyain kamu." ucap Yudha memanggil suami mungilnya. Winata mengangkat wajahnya menatap layar ponsel Yudha.

"Halo anak-anak papi. Gimana disana? Seru?"

"Seru, tapi capek banget. Padahal baru hari pertama." keluh Naren. Winata hanya tersenyum menatap kedua anaknya.

"Yang, makan dulu." Tiba-tiba Alfian sudah berdiri di depannya membawa dua bungkusan yang entah apa isinya.

Naren mendongak menatap Alfian lalu menatap layar ponsel Naresh lagi, "Papi, Naren makan dulu ya. Sambung nanti lagi, dadah~" Naren melambaikan tangannya kearah kamera.

Setelahnya Naren bergeser mendekat ke Alfian. Sedangkan Naresh tetap melanjutkan mengobrol bersama ayah dan papinya.

— DREAM —

Hah... Jujur, ini gak tau mau ngelanjut kayak gimana lagi. Pengen saya unpublish aja.

BYEEE!!!

dream - guanren [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang