Hari sudah sore, saatnya kembali ke hotel tempat dimana mereka menginap. Setelah mengunjungi dua tempat akhirnya sebentar lagi mereka bisa bertemu dengan kasur.
Di tengah perjalanan menuju hotel, roda bus 2 tiba-tiba saja bocor. Butuh 15 sampai 20 menit untuk menunggu montir yang akan mengganti roda bus tersebut datang.
Pak Cahyo, sebagai pendamping murid di bus 2 memerintahkan mereka untuk memesan gocar agar mereka semua dapat beristirahat dengan cepat. Tenang, biaya ditanggung oleh sekolah. Jadi, para siswa tidak mengeluarkan sepeser pun untuk membayar gocar tersebut.
Sekolahnya kaya, gak kayak sekolah saya.
"Capek?" tanya Alfian saat ia melihat raut wajah kekasihnya. Yang ditanya hanya mengangguk lemah, tenaga nya terkuras karena digunakan untuk berkeliling berjam-jam tadi.
Alfian membuka ponselnya untuk melihat gocar pesanannya, "Abangnya udah deket, sabar ya." ucapnya sembari mengelus pelan kepala Naren yang bersandar di bahunya.
Gantian dong Ren.
"Alpiiii~ minum kamu masih gak?" tanya Naren pelan.
Alfian menunduk agar bisa melihat wajah kekasihnya lalu menggeleng pelan, "Haus?" Alfian balik bertanya.
NGGA AL ITU NARENNYA MAU MANDI.
"Ngga Al, aku laper." sahut Naren sambil tersenyum lebar. Kesel Naren tuh.
Alfian mengedarkan pandangannya mencari warung. Ia melihat tepat di seberang terdapat warung yang menjual minuman dingin. Segera Alfian melepaskan pelukan Naren lalu beranjak menuju warung tersebut.
"Pak, saya mau kesana bentar ya? Mau beli minum, punya saya udah gak kesisa." Ijin Alfian ke Pak Cahyo selaku guru pengawas mereka.
Pak Cahyo mengangguk, "Ya sana. Hati-hati nyebrangnya." Peringat Pak Cahyo yang dibalas ancungan jempol oleh Alfian.
Setelah beberapa menit menunggu, Alfian kembali dengan membawa 4 botol minuman dingin di tangannya. Dua untuk dirinya dan Naren sedangkan dua lagi untuk Jenandra dan Naresh.
Langsung saja Alfian melempar dua botol tersebut ke arah Jenandra yang duduk di sebelah Naren.
"Jen tangkap!" seru Alfian.
HAP!
Untung saja reflek Jenandra bagus, kalau tidak dua botol itu mungkin saja mendarat di jidat mulus Jenandra.
"Anjir!" Bukannya berterima kasih, malah mengumpati Alfian.
"Sama-sama."
TINN!!
"Dengan Alfian Sanjaya?" tanya seseorang dari dalam mobil tersebut.
Baru saja Alfian hendak mendudukan dirinya di sebelah kekasihnya, suara bapak-bapak itu menginterupsi pergerakannya. Ia mengambil ponselnya untuk melihat apakah di hadapannya ini gocar yang ia pesan.
"Iya. Bapak gocar yang saya pesan ya?" tanya Alfian yang di balas anggukan oleh si bapak.
"Muat ber lima gak pak?"
"Bisa, mas."
Alfian menganggukan kepalanya pelan lalu menoleh ke samping untuk memanggil Haekal.
"KAL AYO PULANG!" Alfian berteriak tanpa aba-aba membuat Naren yang duduk di sebelahnya terlonjak kaget.
"Alpi!! Jangan teriak di sebelah aku!" bentak Naren dengan tangan yang memukul pelan dada Alfian.
"Sorry ay. Udah yok naik, kasian bapaknya nunggu lama." ajak Alfian.
— DREAM —
"CAPEKKKK" teriak Naren begitu mereka memasuki kamar hotel. Ia langsung merebahkan dirinya di atas kasur tanpa melepas sepatu, hoodie, serta tas yang ia kenakan.
Mata Naren hampir terpejam kalau saja suara Alfian tidak terdengar di sebelahnya.
"Mandi dulu, yang." ucap Alfian sembari menarik badan mungil Naren agar kekasihnya itu duduk.
Kepala Naren jatuh begitu saja di pundak Alfian setelah Alfian berhasil membuatnya terduduk. Tangannya ia bawa untuk memeluk tubuh besar kekasihnya. Dengan pelan Alfian mengusap sayang kepala Naren yang ada di pundaknya.
"Males Al~ besok aja ya mandinya." rengek Naren.
Alfian menggeleng, "No. Kamu harus mandi sekarang."
Alfian melepaskan pelukan Naren, ia mengangkat tangan Naren untuk membuka hoodie yang membalut tubuh kecil Naren dan membuka sepatu yang masih terpasang di kaki kekasihnya.
Setelahnya Alfian mengangkat tubuh Naren ke arah kamar mandi. Naren yang di perlakukan seperti itu hanya diam, ia terlalu lelah untuk bergerak.
"Dah sana mandi." titah Alfian begitu sampai di kamar mandi. Ia menurunkan badan Naren di dalam bathtup yang belum terisi oleh air.
Naren mengangguk lemah. Perlahan tangannya mendorong badan Alfian agar kekasihnya itu keluar dari kamar mandi.
"Kamu keluar."
"Mandi bareng yang." ucap Alfian sambil menaik turunkan alisnya menggoda Naren.
Al dah cem om pedo kalau dibayangin.
Naren mendelik tajam saat mendengar ucapan lelaki tiang di depannya ini. Dengan cepat tangannya mengambil shower yang menggantung di atasnya lalu diarahkan ke Alfian.
Tawa Alfian menggelegar saat ia melihat wajah merah kekasihnya. Tapi itu tidak berlangsung lama karena baju yang dikenakannya basah karena Naren menyalakan shower yang ia pegang.
"YANG BASAH!!! UDAH UDAH!" teriak Alfian.
"Makanya jangan macem macem!" kesal Naren.
"Cuma satu macem kok." sahut Alfian, tak lupa cengiran khas nya yang membuat Naren makin kesal dengan kekasih tiangnya itu.
"ALFIAN!"
"Iya iya."
— DREAM —
waw... sekian dari saya. BYE BYE!!