Dream 4

236 19 3
                                    

"HUAAA PANAS BANGET" teriak Haekal saat tiba di dalam kelas.

Seluruh siswa beserta guru dan pegawai SMA 2 baru saja menyelesaikan kegiatan upacara bendera yang berlangsung selama 1 jam. Minggu-minggu sebelumnya tidak selama itu, hanya 45 menit. Tapi ini karena amanat yang diberikan kepala sekolah mereka sangat panjang, jadilah upacara berlangsung selama 1 jam.

"Gausah teriak anjir Kal. Lo kira ini hutan apa." ucap Rara, ketua kelas 12 IPA 4 itu sembari memukul pelan kepala belakang Haekal.

"Ih mami kasar, Haekal ga like." kata Haekal dengan wajah cemberut yang dibuat-buat. Rara hanya mendengus mendengar ucapan Haekal, lalu ia berjalan menuju mejanya. Rara sudah terbiasa mendengar Haekal memanggilnya dengan sebutan 'mami'.

PLAK!!

"Anjing!" Haekal menatap si pelaku. "Oalah anaknya si Yudha pantes kurang ajar banget." ucapnya saat melihat si pelaku.

Naresh; si pelaku tidak menghiraukan perkataan Haekal. Dengan sekuat tenaga ia menarik tangan si korban agar segera duduk di tempatnya. "Duduk. Naren otw kesini sama Pak Cahyo."

"Lah udah mau masuk aja tu guru, padahal kelas masih sepi gini." heran Haekal, gurunya yang satu itu kelewat rajin. Di dalam kelas hanya terdapat 9 orang, termasuk Naren yang sedang menuju ke kelas bersama Pak Cahyo. Sisanya masih ada di luar kelas, entah itu dikantin atau di toilet.

Ngomong-ngomong Alfian dan Jenandra berada di kelas yang berbeda dengan para kekasihnya. Mereka berada di kelas 12 IPS 3.

Tak lama masuklah sosok Naren bersama Pak Cahyo yang membawa setumpuk kertas. Semoga saja bukan soal ulhar.

"Loh yang lain kemana Ra?" tanya Pak Chayo ke Rara selaku ketua kelas.

Rara menggeleng tidak tahu, "Palingan masih ngadem pak di kantin."

"Oh yasudah. Rara tolong bagikan ini." perintah Pak Cahyo sambil menyerahkan kertas yang ia bawa tadi ke Rara. Rara bangkit dari tempat duduknya lalu mengambil kertas tersebut dan segera membagikannya ke teman-teman sekelasnya.

"Nah jadi anak-anak, minggu depan kita bakal ngadain tour ke Yogyakarta selama 5 hari. Surat itu tolong diberikan ke orang tua kalian, suruh tanda tangan kalau orang tua kalian setuju. Kalau tidak setuju tolong diberikan alasan." ucap Pak Cahyo.

Tour ini diadakan dengan tujuan agar anak-anak kelas 12 tidak

Sembilan orang itu mengangguk tanda mengerti dengan apa yang diucapkan oleh Pak Cahyo.

"Ada pertanyaan?"

Haekal mengangkat tangannya, "Pak, nanti ini bakal digabung sama kelas lain kan?"

"Iya Haekal." sahut Pak Cahyo.

"Pak, nanti tidurnya di hotel?" tanya Naresh.

"Nggak Naresh, nanti kita tidurnya di depan ruko orang." jawab Pak Cahyo

"Yah padahal saya pengen di hotel Pak. Kan bisa sekalian nganu sama pacar saya." ucap Naresh bercanda. Pak Cahyo hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar ucapan anaknya Yudha yang satu ini.

"Ada lagi yang nanya?"

Naren mengangkat tangannya, "Bayar ga Pak?"

"Tidak. Semua udah ditanggung sama pihak sekolah." sahut Pak Cahyo yang dianggukin oleh Naren.

"Udah kan gaada yang mau ditanyain lagi? Kalau gitu saya keluar, hari ini pelajaran saya kosong. Saya ada urusan. Kalian jangan ribut."

Setelah mengucapkan itu, Pak Cahyo langsung pergi meninggalkan kelas itu. Sepeninggalan Pak Cahyo satu per satu murid penghuni kelas tersebut masuk.

Kenapa gak masuk pas ada Pak Cahyo aja? Karena mereka takut diinterogasi sama guru itu. Pak Cahyo akan berubah jadi galak kalau ada yang masuk belakangan daripada dia.

"Kemana aja lo?" tanya Naren saat melihat dua sahabatnya baru memasuki kelas.

"Kantin beli minum, pas mau ke kelas keburu ada Pak Cahyo. Yaudah kita diem dulu di tangga." jelas Raka. Yang lain manggut-manggut aja denger penjelasan dari Hyunjin. Tangga yang dimaksud Raka itu tangga menuju rooftop yang berada di samping kelas mereka.

— DREAM —

"Kamu ikut tournya ga yang?" tanya Naren setelah Alfian memasuki mobilnya. Sekarang udah jam pulang sekolah, rencananya mereka mau mampir sebentar ke cafe milik Papi Win.

"Kamu gimana?" Alfian balik bertanya. "Kalau kamu ikut, aku ikut. Kalau nggak ya aku nggak ikut juga." lanjutnya.

"Ikut lah, mumpung gratis ini." sahut Naren. Alfian ber 'oh' saja, lalu ia menjalankan mobilnya menuju cafe milik Winata.

Selama perjalanan mereka membicarakan hal-hal yang bisa dibicarakan oleh sepasang kekasih. Seperti kenapa roda mobil berputar, kenapa bumi itu bulat, dan lain sebagainya. Tak jarang juga mereka bernyanyi mengikuti lirik lagu dari radio yang dihubungkan ke ponsel milik Naren.

Bahkan sesekali mereka menertawakan pengendara lain yang terlihat lucu di mata mereka. Contohnya saja saat ini mereka sedang menertawakan bapak ojol yang memakai helm berhiaskan bebek diatasnya.

Ya kalau bebeknya biasa aja sih gapapa ya, lah ini bebeknya udah sakarotul maut alias kepalanya udah copot nyisa badannya aja.

"ALFIAN STOP!" teriak Naren tiba-tiba.

Alfian yang kaget langsung mengijak rem. Untungnya dibelakang mereka tidak ada kendaraan.

"Kenapa sih yang?" tanya Alfian tidak suka. Naren suka banget nyuruh pacarnya untuk berhenti secara tiba-tiba.

Tanpa menjawab pertanyaan sang pacar, Naren langsung melepas sabuk pengamannya lalu berlari keluar dari mobil. Alfian yang melihat itu hanya menghela nafas. Ia tau apa yang menyebabkan pacarnya berlari keluar seperti itu.

Tak lama kemudian, Naren kembali dengan wajah cerahnya. Tangannya membawa permen kapas berbentuk karakter kesukaannya; Moomin.

"Moomin." ucapnya sambil menatap Alfian dengan senyum yang menghiasi wajah manisnya.

Tangan Alfian terulur untuk mengacak surai hitam milik pacarnya, "Lucu banget."

"Moominnya?"

"Kamu. Lucu."

"Apasih." Naren memalingkan wajah kearah guna menyembunyikan pipinya yang memerah.

"Cie pipinya merah." goda Alfian.

"Diem."

Tawa Alfian meledak begitu saja saat melihat wajah Naren semakin memerah.

"Alpiiiii jangan ketawa ih. Udah cepetan jalan." ucap Naren saat melihat pacar tingginya tertawa hingga mengeluarkan air mata. Tangannya terangkat untuk memukul pelan lengan kiri pacarnya.

"Aduh! iya iya ini jalan. Udahan dong mukulnya."

Alfian diam sebentar meredakan tawanya. Setelah itu dia kembali melajukan mobilnya ke cafe milik Winata.

dream - guanren [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang