Dream 13

128 14 0
                                    

Hari ini hari terakhir para siswa SMA 2 berada di Jogja. Tak terasa lima hari sudah mereka berada disana.

Hari terakhir, Pak Cahyo membebaskan mereka untuk berpergian kemana saja yang mereka inginkan. Tak ada lagi kunjungan ke tempat-tempat bersejarah seperti museum, candi, dan lain-lain.

"Oke karena ini hari terakhir, Bapak bebaskan kalian untuk pergi ke tempat yang sekira nya pengen kalian datangi. Tapi ingat, sore nanti kalian semua udah harus kumpul disini. Satu lagi, ponsel harus tetap hidup biar nanti gampang ngabarin kalau ada apa-apa."

"BAIK PAK!" Jawab mereka serentak.

Setelah itu mereka semua berpencar mencari partner yang akan diajak untuk berkeliling di Jogja. Mungkin sebagian dari mereka akan pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli oleh-oleh.

Naren dan Alfian memutuskan untuk berkeliling kota Jogja menggunakan sepeda motor yang Alfian sewa. Entah dimana ia menemukan tempat rental motor. Hanya Alfian dan mas yang punya rental yang tau.

"Ayo naik." Ucap Alfian begitu ia sampai di hadapan kekasih mungilnya. Tak lupa ia menyerahkan helm berwarna biru agar dipakai oleh Naren. Dengan senang hati Naren menerima helm tersebut dan segera memakainya.

Saat hendak menjalankan motor tersebut, terdengar suara yang sangat familiar dari arah belakang mereka. Siapa lagi kalah bukan Naresh.

"NARENNNN, mau kemana?" Tanya Naren begitu ia sampai di sebelah motor hitam itu.

"Nggak tau." Sahut Naren sambil mengedikan bahunya.

Jawaban itu membuat Naresh memutar bola matanya, "Al, kemana?"

"Keliling sambil beli oleh-oleh." Jelas Alfian yang diangguki oleh Naresh.

"Yaudah, hati-hati. Gue mau nyari Jenan dulu, byeeee!"

Setelah mengucapkan itu Naresh berlari menuju lobi hotel untuk mencari keberadaan kekasih sipitnya yang katanya ada urusan dengan menager yang mengelola hotel keluarganya ini.

Sementara dua orang yang melihat itu hanya diam memperhatikan tingkah Naresh.

"Udah Al, ayo jalan."

"KAJAA!!!"

- DREAM -

Saat ini Alfian dan Naren sedang berada di pinggir jalan menunggu pesanan bakso mereka dari tukang bakso gerobak yang di panggil oleh Alfian tadi. Ya, mereka memutuskan untuk berhenti sebentar setelah lelah mengelilingi jalanan Jogja.

"Permisi mas, baksonya." Ucap si abang sambil membawa dua mangkok bakso.

"Makasi bang." Sahut Naren.

Mereka makan dengan tidak tenang sebab Alfian tersedak kuah baksonya yang sangat pedas itu. Padahal tadi Naren sudah memperingatinya, jangan menaruh banyak sambel ke dalam bakso. Tapi Alfian tidak mendengarkannya, ia malah terus menerus menambahkan sambel ke dalam bakso miliknya, entah berapa sendok.

Muka Alfian yang tadinya biasa seketika berubah menjadi merah akibat kepedasan. Naren yang melihat itu bingung, mereka tidak membawa air minum sama sekali.

Dengan keberanian yang ia miliki, Naren mengambil kunci motor yang berada di dalam saku hoodie Alfian lalu pergi untuk membeli air minum. Perlahan Naren menjalankan vespa hitam tersebut menuju warung yang tidak begitu jauh dari temoat mereka membeli bakso.

Beberapa menit berlalu akhirnya Naren kembali membawa dua botol air minum berukuran sedang. Ia menyerahkan botol tersebut untuk kekasihnya dan langsung diterima oleh Alfian.

Alfian meminum air itu hingga habis tak bersisa sedikit pun. Muka merah Alfian sudah kembali seperti semula. Hanya saja mulut lelaki tinggi itu menjadi lebih dower akibat kebanyakan makan sambal.

"Besok besok banyakin lagi ya Al sambelnya." Ucap Naren dengan nada menyindir.

"Hehehe..."

"Gila. Udah cepetan makan lagi, kasian abangnya nunggu lama gara-gara kamu." Titah Naren sambil memasukkan bakso ke dalam mulutnya

"Nggak ah. Pedes." Sahut Alfian. Tangannya bergerak untuk menjauhkan mangkok yang masih penuh berisi bakso.

Naren tidak peduli, ia melanjutkan memakan baksonya dengan tenang.

- DREAM -

Alfian dan Naren sudah selesai dengan urusan makan baksonya dan sekarang mereka sedang berada di salah satu pusat perbelanjaan yang ada di sana. Karena tidak tau hendak pergi kemana, mereka memutuskan untuk menyusul teman-teman nya ke pusat perbelanjaan tersebut.

Saat memasuki hendak salah satu store yang ada disana, suara kembarannya terdengar meneriaki salah satu pengunjung yang berdiri di depannya dengan wajah yang menyebalkan. Langsung saja Naren menghampiri Naresh untuk di tenangkan.

"Naresh!" Panggil Naren bersamaan dengan Alfian.

Naresh yang merasa di panggil lantas menolehkan kepalanya kearah belakang dan mendapati kembaran dan temannya berjalan menuju dirinya.

"Lo kenapa sih? Suara lo kedengeran sampe sana." Tanya Naren penasaran.

"Cih! Ini orang gak tau malu banget. Udah jelas-jelas Jenan udah punya pacar masih aja genit ke pacar orang." Jelas Naresh sambil menunjuk orang yang ada dihadapannya.

"Baru pacar kan? Jadi masih ada kesempatan dong buat gue ngerebut dia." Balas orang di hadapan Naresh.

"Lo-"

"Udah! Gak malu diliatin sama orang-orang? Lo juga Jen, pacarnya lagi ribut malah di tonton bukannya ditenangin!" Ucap Naren memotong omongan Naresh.

Sementara Jenandra yang disebut hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dia sendiri bingung gimana cara menenangkan kelinci kesayangannya itu.

"Ya.." Hanya itu yang keluar dari mulut Jenandra.

"Ohiya aku boleh minta nomor kakaknya yang ganteng ini ga?" tanya seseorang yang berdiri di hadapan Naresh tadi.

"NGGAK! UDAH SANA LO PERGI! CARI COWO LAIN AJA! Kalau lo gak pergi, gue pastiin keluarga lo bakal bangkrut detik ini juga." Habis sudah kesabaran Naresh.

Meskipun Naresh terlihat seperti anak baik-baik, tapi kalau menyangkut keluarga nya dan kekasihnya, Naresh akan berubah menjadi orang yang berbeda.

"Lo siapa? Lo tau apa tentang gue?" Tanya perempuan tersebut.

"Kenalin gue Naresh Adhitama, anak dari Yudha Adhitama dan Winata Anggara yang sekarang udah jadi Winata Adhitama. Gue tau banyak tentang lo." Naresh menjeda ucapannya beberapa detik, lalu kembali melanjutakan ucapannya.

"Naya Mahesa. Bokap lo Bayu Mahesa, nyokap lo Karin Yunita. Lo tau kan Adhitama pemegang saham terbesar di Mahesa? Gimana jadinya kalau Adhitama nyabut semua saham yang ada disana?" Lanjut Naresh dengan wajah bertanya-tanya.

Perempuan yang berdiri di hadapan Naresh seketika terdiam saat mendengar nama Adhitama disebut. Adhitama, perusahaan terbesar ketiga setelah Dirgantara dan Mahardika.

"Lo bohong! Gak mungkin orang kayak lo anak dari keluarga Adhitama!" Ucap perempuan itu tidak percaya.

"Tch! Kalau lo gak percaya, liat ini." Naresh mengangkat ponselnya yang menunjukan foto dirinya bersama sang ayah, papi, dan kembarannya.

Perempuan itu kembali terdiam setelah melihat foto tersebut. Mukanya memerah, entah menahan malu atau menahan amarah. Dengan cepat ia melangkahkan kakinya meninggalkan Naresh serta tiga orang yang sedari tadi diam menyimak.

"Widih. Keren juga lo Na." Ucap Alfian sambil bertepuk tangan.

— DREAM —

JUJUR AKU LUPA SAMA ALUR CERITANYA. PENGEN BACA ULANG DARI AWAL, MALES BANGET.

UDAH LAH.

dream - guanren [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang