Sekarang mereka sudah berada di cafe milik Winata. Kebetulan cafe lumayan sepi karena jam makan siang sudah lewat. Naren langsung melangkahkan kakinya menuju satu-satunya ruangan yang ada di cafe tersebut. Sedangkan Alfian, ia sedang memesan minuman untuk dirinya dan Naren.
Cklek..
Naren menyembulkan kepalanya untuk melihat siapa yang berada di dalam sana.
"Papi mana Na?" tanya Naren saat ia melihat kembarannya berbaring di sofa yang ada di ruangan itu. Naresh; kembaran Naren menoleh ke arah pintu saat mendengar suara Naren.
"Pulang. Ditelpon sama ayah." sahut Naresh. "Lo ngapain ngintip gitu sih. Masuk sini." lanjutnya.
Naren yang baru sadar sama posisinya langsung membuka pintu dan masuk kedalam. Ia mendudukan dirinya di sebelah Naresh yang sedang serius bermain game online.
"Titipan lo." kata Naren saat sudah berada di sebelah saudaranya. Ia menyerahkan paperbag berukuran sedang ke Naresh.
"Makasih Naren~" ucap Naresh sambil memeluk Naren. Ponselnya ia taruh sembarangan, lalu membuka paperbag yang Naren berikan.
Tadi sebelum ke cafe milik Papi Win, Naren dan Alfian sempat mampir ke Miniso untuk membeli parfum titipan Naresh.
Naren memasukkan kembali parfum yang ia keluarkan tadi. "Ini berapaan Ren?"
"80"
Naresh yang mendengar itu langsung mengeluarkan dompetnya, lalu mengambil 2 lembar uang merah dan menyerahkannya ke Naren. "Nih."
Naren menatap uang yang dipegang oleh Naresh, "Ga. Lo ngembaliinnya harus pake makanan, baru gue terima." Naresh menghela nafas, dikepala saudara nya ini hanya ada makanan. Ia memasukkan kembali uangnya.
Beberapa detik kemudian, Alfian masuk dengan membawa dua gelas ice coffee dan cheesecake kesukaan Naren. Ia meletakan nampan tersebut di atas meja dan mengambil tempat di ssbelah Naren.
"Pacar lo mana Na?" tanyanya pada Naresh yang sedang memakan cheesecake milik Naren, sesekali ia menyuapi Naren. Yang ditanya mengedikkan bahunya, tanda ia tidak tau.
Setelah itu tidak ada percakapan lagi di antara mereka bertiga. Alfian diam sembari meminum ice coffee miliknya, sementara Naresh sibuk menyuapi Naren.
Keheningan itu berlangsung selama beberapa menit. Hingga....
"DOR!!" suara teriakan terdengar dibarengi dengan pintu yang terbuka lebar.
Alfian yang memang sedang melamun sambil meminum es nya terkejut, hingga membuatnya tersedak. Ia menatap tajam si pelaku yang telah membuatnya tersedak itu.
"Jenandra bajingan kau ya anjing!!" umpat Alfian untuk Jenandra; si pelaku yang membuat dia tersedak. Jenandra hanya tersenyum menampilkan eye smilenya sambil mengucapkan kata maaf.
"Sorry bi, sengaja." ucap Jenandra dengan watadosnya. Alfian mendengus kesal. Sementara itu si kembar hanya menyimak perdebatan kecil dari kekasih mereka.
Ohiya, 'bi' yang dimaksud sama Jenandra itu 'babi'.
— DREAM —
Tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul 7 malam. Mereka berempat memutuskan untuk mencari makan malam diluar. Saat Alfian hendak menjalankan mobilnya, ponsel milik Naresh berbunyi menampilkan notifikasi pesan dari Papi Win. Ia membuka ponselnya dan segera membalas pesan tersebut.
"Kata papi disuruh makan dirumah aja." ucap Naresh setelah membalas pesan dari papinya.
"Yaudah kalau gitu kita pulang aja." sahut Naren yang diangguki oleh Alfian.
"Lah terus motor gue gimana?" tanya Jenandra saat mobil Alfian sudah bergerak menjauhi cafe.
Alfian menatap Jenandra dari kaca, "Biarin aja, gaada yang mau ngambil motor butut lo itu."
PLAK!
Satu pukulan mendarat tepat di kepala Alfian saat ia menyelesaikan perkataannya. Pelakunya tak lain adalah Jenandra, yang duduk tepat di belakang Alfian.
"Motor butut pala lo." sahut Jenandra
"Sakit anjing!" Alfian meringis sambil mengusap kepala nya.
Saat Jenandra ingin membalas ucapan Alfian, mulutnya lebih dulu ditutup oleh Naresh. "Diem Jen. Aku capek denger kamu ngomong terus."
Jenandra menyingkirkan tangan Naresh dari mulutnya, lalu menyenderkan kepalanya di bahu Naresh dengan wajah cemberutnya.
10 menit kemudian, mobil Alfian tiba di depan rumah si kembar. Naren turun untuk membuka gerbang agar mobil Alfian bisa masuk. Kebetulan satpam di rumah Naren hari ini tidak masuk dikarenakan anaknya sedang sakit.
Setelah menutup gerbang, ia menyusul tiga orang yang sudah terlebih dahulu masuk ke dalam rumah.
"NARESH PULANG!!" teriak Naresh saat memasuki rumahnya. Ia berlari menuju ruang keluarga untuk menemui kedua orang tuanya.
"Selamat malam ayah mertua." Jenandra menyapa Yudha yang tengah menatapnya tajam. "Santai dong Yah natapnya."
Yudha berdecak, "Udah sana kalian makan, abis makan langsung mandi."
"Siap Ayah." sahut mereka bersamaan.
"Ayah ke kamar duluan. Nanti kalau udah selesai makan jangan lupa cuci piringnya." ucap Yudha yang diangguki oleh keempat remaja di depannya. "Ohiya, kalian berdua mau nginep atau pulang?" tanyanya ke arah Jenandra dan Alfian.
"Alfi nginep Yah, tadi udah izin sama papa."
"Jenan juga."
Mendengar itu Yudha hanya mengangguk, lalu meninggalkan mereka berempat.